Ibadah Haji, Kepatuhan Seorang Muslim

  • Bagikan

Oleh: M. Kurnia Bantam

Puncak kegiatan ibadah haji adalah melaksanakan wukuf di Arafah sesuai dengan sabda Rasulullah, “al-hajju ‘arafah”, artinya haji intinya adalah melaksanakan wukuf di Arafah.

Di Padang Arafah inilah umat muslim seluruh dunia melaksanakan puncak ibadah haji. Di tempat inilah semua identitas sosial, kultur, politik, ekonomi, suku bangsa, ras, jenis kelamin, jabatan, warna kulit dan bahasa ditinggalkan. Apakah dia seorang presiden, raja, legeslatif, pedagang, tukang sapu sekalipun.

Lihatlah cucu Adam dari seluruh dunia, cuman menggunakan dua lembar kain (IHROM) yang warnanya putih sebagai pertanda tidak ada perbedaan bagi manusia di hadapan ALLAH.

Ibadah haji adalah pengukuhan tauhid dan refleksi kepatuhan kepada Allah Subhana Wataalla dan Rasulnya. Selain itu juga merupakan komitmen menegakan kebenaran, menyebar kasih sayang dan membina persaudaraan.

Setiap tahun dengan segala kesusahan, jumlah umat islam yang melaksanakan ibadah haji selalu mengalami peningkatan, entah itu ada  kenaikan ONH ataupun persoalan-persoalan lainnya. Namun antusias kaum muslimin di dalam menyempurnakan rukun islam yang kelima selalu menjadi penyemangat di dalam hal ibadah.

Kepatuhan seorang muslim di dalam hal ibadah haji adalah selalu dan terus mengikuti manasik haji, pemeriksaan kesehatan yang berkelanjutan serta pelunasan ONH.

Saya dan istri saya adalah seorang dari sekian banyak jamaah haji yang merasa special di dalam melaksanakan rangkain ibadah haji tahun1443 hijriyah/ 2022 Masehi.

Yang pertama, jumlah jemaah haji dari seluruh dunia di angka satu juta orang, sedangkan untuk Indonesia diangka 100 ribu. Ini merupakan pengurangan sekitar 50 persen dari jamaah haji normal.

Yang kedua, puncak haji atau wukuf jatuh pada hari jum’ad, dan ini yang dikenal dengan haji Akbar. Nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan. Karena pada saat itu saya merasa menjadi salah satu hamba yang terpilih untuk hadir di sana pada saat itu bersama istri saya.

Kami tergabung dalam kloter 9 UPG Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), Provinsi Maluku. Kami bergerak ke Arafah mencari ridha dan ampunan Allah pada 8 Dzulhijah atau 7 Juli 2022.

Sesuai sabda Rasulullah shalallahu alaihi wassalam “tiada hari yang paling banyak Allah bebaskan hambanya dari siksaan api neraka, pada hari arafah”.

Sesungguhnya Allah Subhana Wataalla turun ke sepertiga langit, kemudian membanggakan para hambanya itu kepada malaikat seraya berkata “Lihatlah wahai para malaikat apa yang dikehendaki para hamba ku ini”.

Di padang arafah inilah miniature dari Padang Mahsyar, sebagai pengadilan tertinggi bagi manusia kelak. Di sinilah seluruh jamaah berserah diri berdoa, berzikir, tilawah mengharap ridha Illahi.

Di Padang Arafah ini juga tempat pertemuan akbar sebuah perhelatan yang di ajarkan Rasulullah, Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam, bahwa “Haji adalah Arafah”, sebab yang menunaikan ibadah haji wajib wukuf di arafah, bahkan yang sakit pun harus ke arafah (Safari Wukuf).

Peristiwa yang sangat dahsyat serta heroic ini tidak dapat diukur dengan harta kekayaan, jabatan atau pun status sosial lainnya. Bukan sekedar kemampuan materi, kemabruran haji seseorang terefleksi pada kesolehan dalam beribadah termasuk dalam sikap, tingkah laku dan tutur kata yang senantiasa memberikan kebaikan baik pada dirinya maupun kepada sesama lingkungan, dan mabrur menjadi tujuan utama ibadah haji.

Karena itu diperlukan kebesaran jiwa serta ikhlas karena Allah dan betapa kecilnya manusia dihadapan kebesaran Allah Subhana Wataalla. (*)

  • Bagikan