Sang “Cahaya dari Timur”

  • Bagikan

Di antara yang merasa paling kehilangan atas wafatnya Pelatih Tim Tulehu FC Sany Tawainela adalah Ketua Asprov PSSI Maluku Sofyan Lestaluhu. Kabar kepergian Sany Tawainela, Rabu, (28/6/23), telah menyita perhatian bagi para penggemar sang pemeran Bintang Film Cahaya dari Timur itu. Sebuah film yang bercerita tentang sepak bola Tulehu.

Sany Tawainela termasuk satu di antara sosok pemain sepak bola asal Tulehu yang telah sukses mengantarkan nama besar Tulehu sebagai legenda sepak bola Maluku. Mengapa tidak, di usia yang relatif masih muda kala itu ia telah menjadi bintang pemain sepak bola pada Timnas Pelajar Indonesia U-18.

Tak heran di mata Ketua Asprov PSSI Maluku Sofyan Lestaluhu kepergian almarhum Sany Tawainela ia merasa ada yang hilang. “Almarhum merupakan sosok sebagai pemain dan pelatih yang punya kemampuan khusus hingga membawa harum pemain sepak bola Maluku di tingkat nasional,” ujar Sofyan Lestaluhu.

Semalam, Minggu, (2/7/23), saya menghubungi Ketua Asprov PSSI Maluku itu karena selama ini ia punya kedekatan dengan almarhum. Sama-sama pemerhati sepak bola juga berasal dari kampung yang sama: Tulehu.

Letaknya di ujung timur Pulau Ambon — inilah kampung yang telah “mengikrarkan” diri sebagai legenda sepak bola. Di Maluku satu-satunya untuk memasuki pintu gerbang punya tagline: “Kampung Sepak Bola” boleh jadi hanya ada di Tulehu.

Tagline itu dipasang di jalan masuk ke Kampung Tulehu terpajang di sana ungkapan itu. Tidak jauh dari papan nama itu — saat menuju ke arah sebelah kanan Kampung Tulehu ada lapangan bola. Namanya Stadion Matawaru.

Di lapangan inilah almarhum Sany Tawainela dkk mengasah ketrampilan mereka. Setiap petang Sany Tawainela mengadu kemampuan bersama teman-teman merumput di lapangan hijau.

Dari lapangan ini pula Sany Tawainela telah melahirkan sejumlah pemain berbakat dari Tulehu hingga mengantarkan mereka untuk bermain pada level nasional.

Mereka yang menjadi binaan Sany Tawainela itu antara lain Rizki Pellu, Alvin Tuasalamony, Hendra Bayau, Alghy Fariz Nahumarury, Rizki Lestaluhu, Riski Ramdhani, Ilham Lestaluhu, dan Saleh Al-Ayubi Pary.

Tadinya, setelah sukses bermain di Timnas Pelajar Indonesia U-18, Sany Tawainela kemudian kembali ke Tulehu membentuk Tim U-15 dan mengalami perkembangan hingga membawa tim usia 15 ini menjadi juara nasional pada 2006.

Dari nama-nama pemain asal Tulehu yang sukses berlaga mengikuti turnamen Liga Remaja UC News yang digagas oleh UC, anak perusahaan Alibaba Group pada 27 November 2017 di Jakarta itu, lima orang adalah putra Tulehu binaan Sany Tawainela.

Itulah membuat Sofyan Lestaluhu sebagai tokoh olahraga Maluku merasa kehilangan sepeninggal almarhum karena telah berjasa melahirkan sosok pemain tangguh dari Kampung Tulehu.

Walau demikian, Ketua PSSI Maluku ini masih menaruh harapan besar bahwa bakat-bakat pemain sepak bola dari Tulehu akan tetap eksis, sebab masih ada harapan lahirnya pesepakbola hebat dari kampung yang oleh banyak orang kerab dijuluki sebagai “Brazil”-nya Maluku itu.

Ia mencontohkan selain Tim Sekolah Sepak Bola (SSB) Tulehu FC binaan Sany Tawainela, juga ada SSB Matawaru binaan Rivai Lestaluhu, SSB Academik Tulehu Putera binaan Hasyim Asri, dan SSB Persnal Hurnala.

“Kita sangat kehilangan sosok Sany Tawainela yang telah berjasa melahirkan pemain-pemain berbakat dari Tulehu. Terima kasih untuk almarhum atas dedikasinya pada sepak bola Maluku,” ujarnya.

*

Tahun 2018 lalu saya pernah menemani salah seorang Staf Media dan Kerjasama Kebudayaan Konsulat Jenderal (Konjen) Amerika Serikat (AS) di Surabaya Esti Durashanti menemui Sany Tawainela dkk di Lapangan Matawaru, Tulehu, Minggu, (20/5/18).

Setelah sukses membawa Tim U-15 dan mengalami perkembangan hingga menjadi juara nasional pada 2006 — membuat Sany Tawainela yang dikenal sebagai pelatih berbakat itu — menjadi idola baru bagi pecinta sepak bola di Maluku.

Tidak heran, begitu mendengar kabar duka atas kepergian sang pemeran Bintang Film Cahaya Dari Timur yang bercerita tentang sepak bola Tulehu itu membuat para penggemarnya merasa kehilangan.

Kedatangan staf Konsulat AS di Lapangan Matawaru sore itu selain melihat dari dekat aktivitas tim sepak bola Sani Tawainela, staf Konsulat AS ini juga ingin mendengar cerita langsung dari tangan pertama para pemain Tulehu FC.

Dari cerita dan melihat sarana Stadion Matawaru Tulehu berikut kisah-kisah sukses jawara sepak bola itu staf Konsulat AS ini tertarik atas semangat anak-anak muda Tulehu hingga membuat Tulehu menjadi legenda pesepak bola nasional.

“Cerita-cerita yang mereka sampaikan sangatlah inspiratif. Saya tertarik melihat dan mendengar langsung cerita mereka. Siapa sangka dari kampung ini banyak melahirkan pemain-pemain hebat,” ujar Esti Durashanti.

Saat menyaksikan tim kesebelasan Tim Tulehu FC yang sedang merumput didampingi sang pelatih Sani Tawainella di Lapangan Matawaru, itu staf Konsulat AS terkagum-kagum.

Mendengar cerita tentang legenda sepak bola Tulehu itu Konsulat AS yang sedang menjajaki kerjasama khususnya dalam bidang kepemudaan menaruh perhatian besar. Sebab kunjungan mereka kali ini sekaligus bertujuan untuk mengetahui lebih jauh dan mengeksplorasi program-program untuk dikerjasamakan guna mendorong potensi anak-anak muda Maluku.

Nama Tulehu sebagai salah satu “gudang” pencetak pesepakbolaan Indonesia sudah menjadi icon. Karena itu mereka tertarik dan mengembangkan potensi mereka itu. Agar kedepan kemampuan dan bakat mereka itu tidak saja dipertaruhkan pada ajang turnamen atau liga bola nasional namun bisa juga berlaga pada liga antarnegara.

Salah satunya, begitu yang saya tangkap dari staf Konsul AS sore itu, rencana mereka untuk mengikutsertakan kesebelasan Tim Tulehu FC binaan Sany Tawainela ini untuk dipertandingkan pada ajang persahabatan di Negeri Paman Sam.

Ia berkesimpulan setelah mendengar cerita dan menyaksikan kondisi di lapangan, salah satu motivasi yang membuat mereka mampu bertarung pada ajang liga nasional karena ketulusan mereka untuk berlatih. Inilah kuncinya hingga mendorong mereka bisa berkompetisi pada ajang sepak bola nasional.

Tulehu sendiri sebagaimana diketahui hanyalah sebuah desa di Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah.  Sejak turun-temurun orang tua mereka telah mewarisi para pemain sepak bola berbakat tempat dimana lahirnya para talenta adu kaki itu.

“Kami berharap jika memang program pertukaran pemain Tulehu ke Amerika ini bisa berjalan, maka kedepan akan mendorong animo putra-putra terbaik Tulehu untuk memperdalam teknik permainan sepak bola dalam berbagai ajang sepak bola bisa lebih baik lagi,” ujarnya.

Mendengar kabar baik dari Staf Konsulat AS itu, Sany Tawainela merasa bangga jika kesebelasan yang dipimpinnya ini bisa diundang mengikuti ajang liga persahabatan di Negeri Paman Sam.

“Alhamdulillah, semoga niat baik ini bisa terkabulkan. Ini semua tak lepas dari kerja keras dan doa,” ujarnya.

Sany Tawainela menjadi idola karena ia salah satu sosok penting di balik kesuksesan Tim Tulehu FC. Walau di tengah keterbatasan fasilitas olahraga dan dana, dia tetap memacu semangat anak-anak muda Tulehu ini untuk terus berkiprah menekuni profesi tersebut.

“Saya selalu bilang ke mereka, harus kerja keras dan sungguh-sungguh. Jika Anda bermain dengan niat yang tulus dibarengi dengan doa maka insyaAllah jalan akan selalu terbuka. Ini yang selalu saya berikan motivasi kepada mereka agar tidak setengah-setengah menekuni profesi sepak bola,” ujar Sani Tawainela.

Sayang, impian Sany Tawainela untuk membawa Tim Tulehu FC berlaga di level antarnegara pada ajang persahabatan bersama Tim Kesebelasan AS sebagaimana yang disampaikan Staf Konsulat itu belum kesampaian setelah dipanggil oleh Sang Khalik.

Namun demikian Ketua Asprov PSSI Maluku Sofyan Lestaluhu ini punya harapan besar semoga kedepan impian almarhum sebagaimana yang pernah dijanjikan Staf Konsulat AS itu bisa disuarakan kembali kepada pihak Kedutaan AS di Jakarta.

Sebab dengan mengikuti ajang liga persahabatan di Negeri Paman Sam bisa menjadi bukti bahwa keberpihakan tim sepak bola Tulehu yang selama ini telah melahirkan sosok-sosok pemain sepak bola berbakat, tidak saja berkiprah pada liga nasional tapi mereka juga mampu mempertaruhkan nama besar Tulehu pada level internasional.

Dan, langkah awal yang baik untuk membawa harum nama Tulehu sebagai legenda sepak bola di Maluku itu telah dimulai oleh seorang Sany Tawainela pada ajang sepak bola nasional. Saatnya reputasi dan semangat yang telah dibangun oleh almarhum Sany Tawainela harus terus dihidupkan. Selamat jalan Sang “Cahaya dari Timur”.(*)

  • Bagikan