Merajut Kemajemukan

  • Bagikan
Capres Anies Rasyid Baswedan saat tiba di Bandara Pattimura Ambon Minggu tadi malam, (14/1/24). Foto: Tangkapan Layar

Pentingnya merajut kemajemukan di Tanah Air pernah diutarakan almarhum DR.Sinyo Harry Sarundajang. Saat itu ia tampil menjadi salah satu dari 10 peserta Konvensi Partai Demokrat dalam rangka Pilpres 2014 yang diselenggarakan di Gedung Islamic Center, Ambon, (10/3/14).

Dalam catatan saya, Sinyo Sarundajang pernah menyampaikan pesan-pesannya dan mengingatkan kita bahwa merawat kemajemukan merupakan suatu keharusan, sebab sebagai bangsa yang besar Indonesia memiliki karakteristik berbeda dengan negara lain.

Kalau kemajemukan itu tidak dikelola dengan baik bukan tidak mungkin hal tersebut bisa menjadi ancaman dan malapetaka.

Sinyo Sarundanjang tidak sendiri. Tapi ada sembilan peserta konvensi lainnya yang menjadi pembicara hari itu yakni Anies Rasyid Baswedan, Ali Masykur Musa, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Gita Wirjawan, Hayono Isman, Irman Gusman, Marzuki Alie, minus Jendral TNI Pramono Edhie Wibowo dan Dahlan Iskan.

Jika di urut ke belakang Gedung Islamic Center Ambon ternyata sudah banyak mencatat sejarah para tokoh nasional hadir dan menjadi pembicara.

Selain Presiden Joko Widodo yang membuka Sidang Tanwir Muhammadiyah, pada 2017 di Gedung Islamic Center Ambon, Wapres Jusuf Kalla juga pernah memberikan sambutan penutup di acara yang sama.

Di awal sambutan Wapres sempat berbicara soal ancaman kesenjangan yang kian melebar antara yang kaya dan miskin di Tanah Air.

Hari ini, Senin 15 Januari 2024, di tempat yang sama di Gedung Islamic Center Ambon ini Capres 2024 Anies Rasyid Baswedan juga akan tampil berkampanye di hadapan lebih 2000 pendukung.

Kemajemukan itu, menurut Sinyo Sarundajang, menjadi sumber pemersatu, namun bisa saja menjadi ancaman jika tidak dikelola dengan baik.

Kita memiliki falsafah Pancasila sebagai ideologi bangsa yang telah mempersatukan kita, karena itu negara tak boleh kalah dengan segala bentuk kekerasan dan anarkisme yang mengancam kemajemukan.

Sinyo Sarundajang yang juga adalah Gubernur Sulawesi Utara saat itu mengingatkan kita bahwa keragaman dan kemajemukan merupakan suatu kelebihan yang dimiliki bangsa ini, karena itu nilai-nilai luhur tersebut harus dikelola dengan baik sebab ia menjadi dasar yang telah lama tumbuh dan berkembang di Tanah Air.

Pentingnya merawat kemajemukan bangsa sebagai pijakan strategis untuk kemajuan bangsa ke depan sangatlah penting, sebab jika kita gagal merawat dan mengelola kemajemukan atau keberagaman maka hampir dipastikan akan menjadi malapetaka bagi masyarakat.

Bertolak dari pengalamannya selama memimpin Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara yang pernah dilanda konflik komunal, Sinyo Sarundajang mengajak para pemimpin nasional tanpa kecuali kepala daerah agar memahami setiap karakteristik daerah dengan idiom-idiom lokal yang ada. Jangan sampai kita gagal hanya karena kita tidak memahami karakteristik daerah yang kita pimpin.

Persoalan besar dan serius sekaligus tantangan kita saat ini adalah bagaimana agar keberagaman dan perbedaan mencakup asal-usul, agama, etnis, golongan, ras, dan daerah, tidak menjadi sumber konflik yang mengancam kehidupan kolektifitas kita sebagai bangsa.

Kesungguhan dan ketekunan menuntut kita sebagai pimpinan di level nasional dan daerah wajib mempelajari kearifan lokal di tengah masyarakat dengan memahami karakter, adat, dan budaya mereka.

Pernyataan Sinyo Sarundajang 10 tahun lalu itu masih relevan di tengah kita menghadapi suasana kampanye dan memasuki Pemilu 14 Februari 2024 nanti.

Persoalan perbedaan dalam memilih sosok calon presiden (Capres) 2024 dari tiga nama kandidat Capres: Anies Rasyid Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Machfud MD, tidak mengharuskan kita saling membenci, menghasut, dan menghujat.

Menghadapi iklim kehidupan masyarakat kita yang heterogen ini menuntut kita harus terus menjaga dan memelihara kohesi sosial agar kehidupan dan hubungan solidaritas semakin baik dan tetap Manise.

Karena itu, menghadapi situasi politik yang mulai hangat saat ini kita semua tentu berkewajiban menjaga dan memperkuat kohesi sosial dengan menghindari sikap saling hujat.

Meski berbeda pilihan politik tidak mengharuskan kita saling membenci, sebaliknya kita harus menjaga suasana hati yang nyaman dan damai.

Sebagaimana daerah lain di Tanah Air kita semua tentu berkewajiban menjaga dan memelihara Kota Ambon Manise tercinta ini dari tangan-tangan orang yang tidak bertanggung jawab agar daerah ini terhindar dari segala marabahaya dan prahara.

Kita berharap kedatangan para Capres ke Kota Ambon untuk berkampanye dan melakukan dialog dengan para pendukung, tokoh masyarakat, akademisi, dan tokoh agama bisa memperkaya khazanah kita semua dalam rangka menatap dan membangun kehidupan masyarakat dan daerah kita tercinta.

Karena itu kita semua tentu harus terbuka terhadap semua kandidat Capres untuk bisa menyampaikan visi dan misinya dalam rangka membangun daerah dan bangsa.

Di tengah kehidupan masyarakat kita yang heterogen atau majemuk dengan keragamannya yang berbeda, kita semua harus tetap menjaga kekompakan dan silaturahmi.

Jangan karena berbeda pilihan politik kita kemudian saling mengancam. Kita tentu harus menolak semua bentuk kekerasan dari segala tekanan dan teror oleh kelompok-kelompok kepentingan melalui tangan-tangan tersembunyi (invisible hand) untuk membuat suasana tidak nyaman di masyarakat selama masa kampanye para Capres di Tanah Manise.

Sebagai tuan rumah yang baik, kedatangan para Capres ke Kota Ambon patut diapresiasi.

Ancaman berbau kekerasan yang dialamatkan kepada Capres Anies Rasyid Baswedan sebagaimana ramai diberitakan beberapa hari terakhir ini selain merusak ekuilibrium demokrasi, juga tidak pantas dilakukan di tengah kehidupan kita sebagai bangsa majemuk yang menjunjung tinggi falsafah Pancasila.

Kita berharap dari Gedung Islamic Center Ambon ini lahir gagasan-gagasan besar dari semua para tokoh bangsa yang berlaga dalam Pilpres ini untuk merajut kemajemukan sebagai kekuatan dan menjadikan masa depan Provinsi Maluku dan Indonesia menjadi lebih baik.

Mumpung masih 30 hari lagi kita akan memasuki pencoblosan para kandidat kita di balik bilik suara. Sambil menunggu waktu yang tidak lama lagi itu mari kita tenangkan pikiran dan kedepankan akal sehat untuk memilih kandidat terbaik kita guna membangun masa depan Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.(*)

  • Bagikan