Puluhan Rumah Warga Rusak

  • Bagikan

RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.I — AMBON, — Puluhan rumah di pesisir pantai Pulau Ambon rusak setelah diterjang gelombang tinggi disertai angin kencang sejak Senin hingga Selasa 27 Desember 2022.

Daerah-daerah yang terdampak diantaranya; kawasan pesisir pantai Pandang Kasturi, Tantui dan Kelurahan Benteng. Warga yang terkena bencana dilaporkan telah mengungsi.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ambon, Eva Tuhumury mengungkapkan, rumah-rumah yang terdampak angin kencang dan gelombang dilaporkan oleh masyarakat.

“Yang ada, laporan dari masyarakat karena gelombang tinggi dari 25 Desember itu,” ungkapnya.

Tercatat dua rumah mengalami kerusakan di Kelurahan Benteng, sedangkan di Pandang Kasturi terdapat sejumlah rumah yang dihuni 10 KK.

Sejauh ini, kata dia, BPBD baru memberikan bantuan terpal, karena gelombang air laut masih terus terjadi.

“Warga yang rumahnya terdampak gelombang itu mereka lagi mengungsi di lorong taman makam bahagia ada juga yang tinggal di rumah keluarga,” bebernya.

Sementara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Provinsi Maluku mengimbau kepada seluruh masyarakat yang hendak melaksanakan liburan akhir tahun 2022 bersama keluarga, untuk dapat waspada terhadap hujan sedang hingga lebat yang disertai petir dan angin kencang.

“Kita tidak melarang setiap masyarakat untuk berlibur di akhir tahun ini, tapi saran kami tetap waspada saja. Karena beberapa hari kedepan masih berpotensi hujan sedang hingga lebat yang disertai petir dan angin kencang,” imbau Prakirawan Stasiun Meteorologi Klas II Pattimura Ambon, Warjo, saat dikonfirmasi koran ini via seluler, Selasa, 27 Desember 2022.

Dia menjelaskan, untuk peringatan dini cuaca pada 27 Desember 2022, waspada hujan sedang hingga lebat yang disertai petir dan angin kencang berpotensi terjadi di wilayah Kota Ambon, Maluku tengah, Seram Bagian Timur, Kepulauan Tanimbar, dan Maluku Barat Daya.

Dan peringatan dini cuaca pada 28 Desember 2022, waspada hujan sedang hingga lebat yang disertai petir dan angin kencang berpotensi terjadi di wilayah Kota Ambon, Tual, Maluku tengah, Seram Bagian Timur, Buru Selatan, Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Aru, dan Maluku Barat Daya.

Sedangkan peringatan dini cuaca pada 29 Desember 2022, waspada hujan sedang hingga lebat yang disertai petir dan angin kencang, lanjut Warjo, berpotensi terjadi di wilayah Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Aru, dan Maluku Barat Daya.

“Untuk di Kota Ambon sendiri memang didominasi oleh cuaca cerah berawan, namun lebih diwaspadai beberapa hari kedepan itu adanya potensi awan kumulonimbus yang berkembang menjelang pagi dan sore hari, yang mana dapat mengakibatkan awan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai angin kencang, namun durasinya tidak terlalu lama,” jelas Warjo.

Awan kumulonimbus, kata Warjo, adalah sebuah awan vertikal menjulang yang sangat tinggi, padat, dan terlibat dalam badai petir dan cuaca dingin lainnya. Dimana, awan ini terbentuk sebagai hasil dari ketidakstabilan atmosfer. 

“Jadi sebenarnya bulan Desember ini masuk pada musim kemarau, tapi karena ada beberapa perubahan cuaca akibat ketidakstabilan atmosfer, sehingga menimbulkan awan kumulonimbus tersebut,” pungkas Warjo.

Badan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Stasiun Meteorologi Maritim Ambon, meminta agar mewaspadai cuaca ekstrem khususnya di laut.

Gelombang setinggi 2,50 sampai dengan 4 meter diprediksi akan terjadi di sejumlah perairan di provinsi Maluku.

Gelombang tinggi yang membahayakan ini akan berlaku hingga Rabu, 28 Desember 2022.

Gelombang tinggi 4 meter berpeluang terjadi di laut Banda, Arafuru Bagian Tengah, serta perairan Kepulauan Tanimbar, Kei, dan Aru.

Selain gelombang setinggi 4 meter, gelombang sedang atau setinggi 1,25 – 2,50 meter juga diperkirakan melanda sejumlah perairan laut di Maluku.

“Diantaranya laut Seram Bagian Timur, perairan Pulau Buru, Ambon-Kepulauan Lease, dan Selatan Pulau Seram,” jelas Kepala BMKG Maritim Ambon Ashar lewat siaran persnya, Selasa, 27 Desember 2022

BMKG menyarankan warga agar dapat memperhatikan risiko keselamatan pelayaran. Terhadap perahu nelayan, kecepatan angin diprediksi bisa lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter.

Sedangkan untuk kapal tongkang kecepatan angin berpotensi mencapai lebih dari 16 knot dengan tinggi gelombang 1,5 meter.

Sementara untuk kapal ferry kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter. Sedangkan kapal berukuran besar seperti kargo atau kapal pesiar, kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas empat meter.

“Dimohon kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap waspada,” pintanya.

Akibat gelombang tinggi itu, sejumlah kapal rakyat yang tambat di Pelabuhan Slamet Riyadi, ditunda keberangkatannya.

KM Elisabeth tujuan Namlea, yang seyogyanya berpangkat Selasa malam 27 Desember, terpaksa ditunda karena ombak.

“Kami diminta untuk menunggu hingga besok (Rabu) karena ombak. Kalau cuaca masih tidak bersahabat berarti Kamis malam baru berangkat,” kata dia kepada wartawan di Pelabuhan Slamet Riyadi.

Humas Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kiki Samallo yang dikonfirmasi soal penundaan ini mengatakan, sejauh ini belum ada informasi dari pos pelayanan ke pihaknya. Karena itu akan dicek dulu.

“Dari pos yang ada di pelabuhan belum sampaikan ke kita soal penundaan. Nanti saya cek dulu ya, kalau ada saya akan sampaikan,” kata dia lewat seluler.

Meskipun belum ada informasi dari petugas pos pelayanan, dia memastikan tidak ada warning.

“Kalau di pelabuhan besar (Yos Sudarso) semua kapal Pelni berangkat. Kalau fery tidak di kita. Kalau pelabuhan rakyat tidak ada warning. Kalau ada itu penundaan, pagi baru berangkat,” tandasnya. )
(*)

  • Bagikan