Capten KM Sabuk Nusantara 87 yang Humanis

  • Bagikan

Tak banyak yang tau tentang suka duka seorang capten kapal. Apa lagi kapten kapal perintis yang malayari pulau-pulau kecil dan terluar di Maluku hinga Nusa Tenggara Timur. Menghadapi masyarakat dengan karakter yang berbeda, tentunya butuh kesabaran, namun sang capten yang bernama Ampa Uleng ini tetap rendah hati. Banyak misi kemanusiaan yang telah dilakukannya.

RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Kemarin, Minggu 19 November 2023, KM Sabuk Nusantara (SN) 87 bertolak dari Pelabuhan Ambon. Kapal ini kembali berlayar setelah dua hari tertunda. Kapal berangkat dengan penumpang dan angkutan yang cukup sarat. Kapal ini memang banyak dininati pengguna jasa, teristimewa masyarakat Maluku Barat Daya karena rutenya yang dianggap pendek dan cepat tiba di MBD.

Dari Ambon, kapal berlayar selama sehari semalam langsung tiba di Damer dan kemudian ke Tepa, Kecamatan Babar Barat, lalu ke Luang, Leti, Moa, Kisar, Wetar dan lanjut ke Kupang.

Selain itu tiketnya yang murah, hanya puluhan ribu karena disubsidi pemerintah pusat membuat seringnya penumpang jadi membludak.

Ditemui sehari sebelumnya di atas kapal, Ampa Uleng mengisahkan suka dukanya selama hampir tiga tahun menahkodai kapal tersebut.

Pria setengah abad lebih itu yang humanis ini mengaku menemui banyak persoalan dalam pelayaran melayani masyarakat.

”Tak jarang ada perkelahian di atas kapal. Itu karena penumpang yang naik sudah pada mabuk. Selain perkelahian antar penumpang, terkadang ada juga ABK yang dipukul. Kami terpaksa turun tangan dengan melibatkan aparat kemananan,” kisahnya.

Dikatakannya, sopi selalu menjadi sumber masalah, namun memang tidak bisa dihilangkan karena sudah merupakan budaya masyarakat di MBD.

”Memang kami melarang keras mengkonsumsi miras di atas kapal. Tapi rata-rata mereka minum dulu di darat baru naik ke atas kapal. Kami tidak bisa melarang mereka yang sudah mabuk naik ke kapal, karena hampir semua penumpang begitu. Untungnya perkelahian di atas kapal, juga di pelabuhan saat ini sudah berkurang, karena kami memberikan sanksi kapal tidak menyinggahi pelabuhan tempat kejadian sampai ada pernyataan tidak terulang lagi,” kata Ampa Uleng.

Ia lalu menguisahkan, sering sekali kapalnya membawa orang yang sudah sakit parah ke Ambon atau ke Kupang untuk berobat.

”Kebetulan di kapal ini ada klinik sehingga mereka yang sakit ditempatkan di sana dengan ditemani perawat. Alhamdulillah selama ini mereka yang sakit itu bisa tiba dengan selamat untuk berobat dan kembali lagi dengan kondsisi yang sehat,” ungkap sang capten.

Selain orang sakit, tak jarang ada juga yang melahirkan di atas kapal. ”Selama saya jadi kapten proses kelahiran di atas kapal berjalan dengan baik. Ketika ada yang mau melahirkan biasanya kami umumkan kalau-kalau ada bidan atau perawat yang ikut dalam pelayaran, kami minta untuk membantu. Untungnya, selama ini selalu ada tenaga medis di atas kapal jika ada yang mau melahirkan,” tambah dia.

Ia juga menyebutkan, kebanyakan anak yang dilahirkan di atas kapal SN 87 diberi nama sesuai nama kapal.

Kapalnya, juga tak jarang membawa jazad orang yang sudah meninggal untuk dipulangkan agar dikebumikan di kampung halamannya.

Ia juga mengaku sangat menikmati dan senang bisa membantu masyarakat yang rata-rata masih tergolong tingkat ekenomi lemah, kendati untuk pekerjaan ini ia harus rela tak bertemu cukup lama dengan anak isterinya yang ada di Makassar.

”Saya ke makassar, hanya kalau kapal sedang doking saja, terkadang juga isteri dan anak sekali-kali datang ke Ambon,” akuinya.

Ampa Uleng juga menyebutkan dengan kondisi lancarnya perhubungan laut, perekmomian masyarakat perlahan bisa ditingkatkan. Hasil-hasil pertanian dan peternakan mereka bisa dibawa dengan kapal untuk dijual ke kota dan kemudian mereka bisa berbelanja barang-barang untuk kembali agar kebutuhan-kebutuhan sehari-hari mereka bisa terpenuhi.

”Kami beberapa kali memuat penumpang hingga melebihi kapasitas. Tapi semua itu dilakukan untuk melayani masyarakat yang berkebutuhan penting,” kata dia.

Ia mencontohkan, pada awal November ini, ketika para honorer harus ke Ambon untuk mengikuti seleksi PPPK, pihaknya terpeksa tidak bisa amereka yang naik dari setiap pelabuhan. ”Mereka bahkan kami gartiskan, karena kami ingin membantu mereka meraih masa depan. Kendati begitu, kami tetap memperhatikan keselamatan dalam pelayaran,” paparnya.

Ia juga menambahkan, menjekang Natal dan Tahun Baru (Nataru), KM SN 87 sudah siap dan layak untuk melayani penumpang yang akan mudik. ”Dua pekan lalu Kemenhub melalui kantor KSOP Ambon sudah melakukan uji petik dan kelayakan kapal ini dan Alhamdulillah kapal dinyatakan siap dan layak untuk melayani masyarakat saat Nataru.”

Dikatakan, kapasitas muat penumpang di kapal ini sebanyak 500 orang dan biasanya tiket yang dijual itu di bawah 500.

”Kami sisahkan beberapa seat, kalau-kalau ada yang punya kepentingan mendesak dan tidak kebagian tiket. Karea memang setiap kali selalu saja ada kejadian seperti itu. Misalnya yang mereka harus berengkat saat itu juga karena urusan pekerjaan, atau karena urusan penting menyangkut keluarga,” sebut dia.

Menyoal apa saja yang ditakutkannya ketika sedang dalam pelayaran, sang capten mengatakan perilaku penumpang yang dapat membahwayakan keselamatan kapal.

”Penumpang paling suka naik ke bagian paling atas di kapal. Mungkin karena di dalam mereka kepanasan. Memang AC kapal sudah banyak yang rusak. Ketika penumpang di atas itulah yang kami takutkan, kapal bisa oleng, apa lagi jika ombak besar dan ombaknya datang dari samping. Itu sangat berbahaya, makanya kami selelu mengimbau, jangan telalu banyak yang naik di bagian paling atas,” ungkapnya pula.

Di ujung percakapannya, Ampa Uleng meminta perhatian para pengguna jasa kapal untuk ikut membantu menjaga dan melestarikan semua fasilitas yang ada di atas kapal.

”Kapal ini milik kita semua. Agar kepala bisa terus melayani, mari sama-sama kita menjaga kapal ini dengan baik. Kami juga mengharapkan peran pemerintah dan aparat keamanan agar memberikan edukasi kepada masyarakat untuk sama-sama menjaga kapal ini dan tidak membuat onar agar kenyamanan bisa selalu tercipta,” harap Ampa Uleng. (**)

  • Bagikan