Pemerintah Negeri Hila Minta Arkeolog Teliti Alquran Tertua di Maluku

  • Bagikan

RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — HILA, — Pemerintah Negeri Hila di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, meminta tim arkeologi untuk meneliti kualitas kertas dan tinta Alquran tertua di Maluku.

“Kami minta perhatian pemerintah daerah (pemda) dalam hal ini peneliti arkeologi atau instansi terkait pelestarian budaya dan sejarah, untuk meneliti kualitas kertas dan tinta Alquran tertua yang ditulis dengan tangan dan sudah berusia ratusan tahun,” Kata Kepala Seksi Pemerintah Negeri Hila, Nurdin Lating, di Ambon, Sabtu.

Ia mengatakan penelitian dilakukan agar dapat diketahui secara ilmiah tahun berapa Alquran yang disimpan di Negeri Hila ditulis.

“Selama ini kami memprediksi Alquran tulisan tangan tertua di Maluku ditulis hampir 1.000 tahun lalu, berdasarkan perhitungan garis keturunan keluarga ke-14 yakni satu keturunan dihitung mencapai usia tujuh puluh tahun,” katanya.

Penelitian, katanya, dilakukan dengan tujuan melindungi dan melestarikan warisan budaya dan sejarah di Negeri Hila.

“Melalui penelitian diharapkan warisan budaya yang ada dapat dijadikan aset cagar budaya, baik mushaf Alquran tulis tangan tertua, rumah raja, gereja, dan masjid tertua di Hila,” ujarnya.

Alquran tertua katanya, terakhir kali dipamerkan tahun 1983, selanjutnya hingga saat ini tersimpan dalam kain putih di rumah keluarga Selang.

Pihaknya berharap pemda atau instansi terkait dapat melihat keberadaan warisan budaya dan sejarah di Negeri Hila tersebut.

Ia mengatakan warisan budaya dan sejarah membuat tempat ini menjadi tujuan wisatawan lokal maupun mancanegara.

Pada tahun 2022 Negeri Hila ditetapkan sebagai salah satu dari 50 desa wisata terbaik pada program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tahun 2022.

Penetapan Desa Wisata Negeri Hila setelah mengikuti proses uji standar penilaian tim juri yang terdiri dari tujuh kategori yakni pertama, daya tarik pengunjung (alam dan buatan, seni dan budaya). Kedua, suvenir (kuliner, fesyen, dan kriya). Ketiga, homestay. Keempat, toilet umum. Kelima, digital dan kreatif. Keenam, Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability (CHSE), serta yang ketujuh, kelembagaan desa.

“Setelah ditetapkan sebagai desa wisata kami mendapatkan pembinaan dan pendampingan dari mitra strategis Kemenparekraf yakni Astra melalui Program Desa Sejahtera Astra (DSA) selama satu tahun,” katanya.(ant)

  • Bagikan

Exit mobile version