Aktivis Millenial Desak Kadis Pemberdayaan Perempuan Dicopot

  • Bagikan

RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Sejumlah aktivis millenial yang tergabung dalam enam organisasi pemuda dan masyarakat sipil yakni, GMKI, Kohati Cabang Ambon, DPC GMNI, KOPRI PMII, Suara Millenial dan IMM menggelar aksi solidaritas bersama korban kekerasan seksual pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi Maluku.

Aksi yang berlangsung di Kantor Dinas P3A Provinsi Maluku di Jalan, Pattimura, Kota Ambon, Senin 17 Juli menuntut Kepala Dinas DP3A, David Katayane dicopot dari jabatannya. Pasalnya, David diduga telah melakukan perbuatan asusila terhadap salah seorang bawahannya.

Saat aksi dilakukan, David sedang berada di kantornya. Pengunjukrasa langsung berinisiatif menemui terduga.

Saat bertemu, David Katayane sempat meminta maaf dan menyampaikan siap menerima sanksi yang diberikan.

Koordinator aksi, Sukma Patty mengatakan, sebagai pejabat, melekat pada pelaku tanggungjawab moriil dan etika untuk menjaga marwah ASN dan jabatannya. Melekat pula tanggungjawab untuk memberikan perlindungan kepada stafnya. Bukan malah memanfaatkan jabatannya untuk secara semena-mena memperlakukan staf-stafnya yang perempuan, apalagi sampai menjadikan stafnya objek melampiaskan hasrat seksual bejadnya.

Melalui aksi itu, mereka menyampaikan lima tuntutan, yakni segera me-non aktifkan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Maluku, David Katayane dan melepaskan yang bersangkutan dari jabatannya saat ini.

Demi memutus mata rantai kekerasan seksual, Gubernur Maluku dan Sekda Maluku diminta mempertimbangkan rekam jejak kejahatan terselubung yang dimiliki oleh yang bersangkutan untuk tidak lagi memberikan jabatan kepada yang bersangkutan. Hal ini sekaligus menjadi upaya pemulihan dari korban-korban baik yang telah dengan kekuatannya speak-up sehingga kejahatan kadis itu terungkap, maupun korban-korban yang tidak sempat untuk speak up dan memendam trauma dalam hidupnya.

Memberikan upaya pemulihan bagi korban. Membuka ruang yang luas bagi korban untuk melakukan upaya hukum sebagaimana yang menjadi haknya, ini sekaligus juga akan menjadi bentuk pemulihan bagi korban dan efek jera bagi pelaku. Terakhir massa meminta mengambil langkah yang tepat untuk mengembalikan marwah Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Maluku sebagai lembaga yang layak menjadi rumah yang nyaman bagi Perempuan dan Anak Maluku korban kekerasan.

Sebelumnya diberitakan, salah seorang oknum pimpinan Organsiasi Perangkat Daerah (OPD) Provinsi Maluku inisial DK, diduga melakukan pelecahan seksual terhadap salah satu perempuan yang adalah pegawainya sendiri.

Sumber media ini mengatakan, teman sekantornya itu mengalami pelecehan seksual bukan baru pertama kali, melainkan sudah tiga kali selama Juli 2023, ketika korban dipanggil DK di ruang kerjanya.

“Korban mengalami pelecehan saat jam kerja, saat pimpinan kami (DK) memanggil di dalam ruangannya,” jelas sumber seperti diceritakan korban, kepada media ini, Sabtu, 15 Juli 2023.

Menurutnya, sebagai seorang pimpinan, DK seharusnya dapat melindungi kaum perempuan, apalagi jabatannya selaku kepala dinas.

“Sebagai pimpinan di kantor, harusnya melindungi, bukan menjadikan pegawainya sebagai korban pelampiasan hawa nafsunya,” kesal sumber itu.

Dia menjelaskan, insiden tersebut sudah dilaporkan ke Sekretaris Daerah (Sekda) Maluku, Sadali Ie, untuk memproses tindakan yang dilakukan oknum pimpinan OPD tersebut.

“Korban secara resmi melaporkan ke Sekda Maluku untuk diproses,” jelasnya.

Sementara itu, Sekda Maluku Sadali Ie ketika dikonfirmasi media ini, tidak berhasil terhubung.

Pesan singkat berisi pertanyaan yang dikirim via WhatsApp (WA), juga tidak direspon hingga berita ini diterbitkan. Padahal, pesan yang dikirim telah tercengang dua alias masuk.

Sementara terduga selama Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Provinsi Maluku, David Katayane, menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Maluku, khususnya terhadap salah satu pegawainya di kantor, atas dugaan pelecehan seksual yang dilakukannya.

“Saya akui, saya menyesal, saya khilaf, saya minta maaf kepada semua masyarakat Maluku, khususnya kepada korban dan keluarganya. Selaku pimpinan, tidak seharusnya saya melakukan hal-hal seperti itu,” ungkap David, saat dikonfirmasi koran ini, Senin, 17 Juli 2023.

Dia menceritakan, awalnya dirinya memanggil korban untuk datang menghadap ke ruang kerjanya dalam hal urusan pekerjaan. Ketika korban sudah berada di ruang kerjanya, David spontan mengeluh drop alias meriang.

Korban, kata David, kemudian menawarkan beberapa tukang pijet. Namun David menolaknya dan mengatakan bahwa dirinya lebih suka dipijat oleh orang-orang terdekat.

“Lalu dia (korban) pijat saya dari belakang tanpa ada unsur paksaan. Dan sementara dipijat, saya angkat tangan dan tidak sengaja mungkin menyentuh dadanya. Jujur, semuanya mengalir apa adanya tanpa ada rencana atau disengaja seperti yang diberitakan,” ungkap David berkelit.

David juga mengaku tidak menyangka insiden tersebut bakal dipermasalahkan oleh korban saat ini. Sebab, pada kesempatan hari berikutnya, korban juga sempat memijat pundaknya tanpa ada unsur pemaksaan.

Dia menjelaskan, laporan korban ke Sekretaris Daerah (Sekda) Maluku, Sadali Ie, kini sudah ditindaklanjuti. Dimana, dirinya bersama korban telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Internal Provinsi Maluku.

“Saya dan korban sudah dipanggil dan diperiksa oleh Badan Pemeriksa Internal sejak Jumat, Sabtu dan hari ini (Senin). Prinsipnya, saya akui semua kesalahan saya,” jelas David.

“Kita manusia ini tidak pernah tahu kapan hari na’as (sial) terjadi. Mungkin ini adalah nasib sial saya. Dan mungkin saya banyak kesalahan dan tuhan menegur saya melalui peristiwa ini. Dan selaku manusia biasa, saya anggap peristiwa ini ada hikmah untuk saya,” tambahnya.

Selain mengakui kesalahannya, David mengaku telah berusaha untuk mencoba menghubungi korban. Bahkan, isterinya juga sudah mencoba mediasi dengan cara mengubungi korban agar masalah tersebut dapat dibicarakan dan diselesaikan baik-baik atau secara kekeluargaan.

“Tapi sepertinya korban menghindar. Jujur, dengan adanya peristiwa ini, saya dan semua keluarga saya, khusunya isteri dan anak saya, semuanya sangat merasa malu, saya hanya bisa pasrah dengan kejadian ini,” pungkasnya. (CIK-RIO)

  • Bagikan