Ketua KPK RI Sampaikan Kuliah Umum kepada Civitas IAIN Ambon

  • Bagikan

Dialog, – Rektor IAIN Ambon, Prof. Dr. Zainal Abidin Rahawarin, M.Si (kiri_red) mendampingi Ketua KPK RI, Komjen. Pol. (Purn.) Drs. Firli Bahuri, M.Si, dalam Sesi Dialog pada Kuliah Umum Pendidikan Anti Korupsi oleh Ketua KPK RI kepada civitas IAIN Ambon, Kamis, 08 Juni 2023. Foto: IST.

RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID, AMBON, — Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Republik Indonesia, Komjen Pol (Purn.) Drs. Firli Bahuri, M.Si memberikan Kuliah Umum dengan tema Pendidikan Anti Korupsi kepada civitas Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon, yang dipusatkan di Gedung Auditorium, Kamis, 08 Juni 2023. Kuliah Umum dihadiri seluruh unsur pimpinan serta ratusan mahasiswa IAIN Ambon.

Ketua KPK RI, Firli Bahuri mengawali Kuliah Umum dengan mengisahkan perjalanan hidupnya semasa kecil hingga dewasa dan sampai kini diamanahkan menjadi orang nomor satu yang mengurus persoalan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) di Indonesia.

Firli mengawali ceritanya dengan tanggal lahir. Firli adalah anak terakhir dari enam saudara. Berasal dari Palembang, Firli bersama keluarganya tinggal di rumah panggung, yang jauh dari dibawa kemiskinan.

Menjelang kelulusan sekolah, Firli diminta mengisikan formulir untuk ijazah. Lantaran tidak mengetahui tanggal lahirnya, Firli kemudian bertanya kepada ibunya tentang tanggal tersebut. Ia mendapat jawaban, kalau tanggal lahirnya ditulis dengan arang di loteng. Namun, loteng rumah Firli telah roboh, dan tanggal lahir yang ditulis, sudah tidak ada.

“Tetapi saya ingat bahwa saat kau lahir, karet yang sekarang kita sadap, itu ditanam oleh bapakmu.” Alasan ini, kemudian mengerucut kepada penentuan tanggal lahir Firli, yang kini menjadi orang penting di negara. Di mana, kata ibunya, karet tersebut biasanya dipanen setelah berusia 12 tahun. Dari situ, diambil tanggal 8 November sebagai hari lahirnya pada 60 tahun silam.

“Itu dihitung mundur 11 tahun belakang, ketemulah 1963. Ini tanggalnya adalah tanggal saat mengisi formulir ijazah 8 November, karena kita akan lulus Desember,” kisah Firli mengawali kuliah setelah diputarkan video profil singkatnya.

Suka-duka sebagai warga yang hidup dibawa garis kemiskinan, menyelimuti kisah hidupnya sejak lahir. Akibat lahir di kebun karet, dan tidak ada dokter, maka bapaknya, lanjut Firli, bertindak sebagai dokter untuk memotong tali pusat atau pusarnya dengan sebila bambu.

Kisah singkat Firli, sebagai catatan untuk mawas diri, bahwa tidak ada satupun manusia di dunia ini, yang menghendaki tempat atau dari ibu siapa dilahirkan. Tidak ada satupun manusia dapat memilih, terlahir sebagai orang kaya atau miskin. Tapi, setiap orang yang sudah terlahir, dapat menyiapkan masa depannya sejak dini, pesan Firli kepada mahasiswa IAIN Ambon.

Sebagai generasi muda, Firli mengajak mahasiswa IAIN Ambon untuk rajin dan tekun belajar. Sebab, nasib keluarga, bangsa dan negara berada di tangan generasi muda. Dari tangan generasi muda itulah, masa depan bangsa akan ditentukan. Sedari sungguh, urai Firli, mahasiswa harus memiliki kesadaran untuk menjaga harmonisasi kehidupan antar sesama sesuai amanat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan begitulah, kehidupan sosial masyarakat akan berjalan dengan aman dan damai.

Terkait kejahatan korupsi di negara, Firli mengakui diawali dari proses-proses politik yang tidak sehat. Salah satunya, politik jual beli suara. Politik jual beli-suara ini, kerap diperankan oleh para donatur, bukan politisi. Iming-imingnya, si calon akan memuluskan seluruh usaha donatur, setelah menjadi pimpinan daerah.

Ia mengakui, 82,23% Pilkada dibiayai oleh donatur. Dan, 94 persen calon kepala daerah menjanjikan donatur untuk dimudahkan segala urusannya, bila mana sudah menjadi kepala daerah. Kritik Firli, kalau suara rakyat adalah suara Tuhan, maka mestinya, suara Tuhan tidak diperjual-belikan. Prinsif dasar untuk mencegah jual-beli suara, adalah dengan menjaga demokrasi. Sementara, demokrasi sendiri, rohnya adalah keterbukaan. Jadi, sepanjang tidak ada keterbukaan, maka demokrasi akan pincang.

Firli meminta para mahasiswa untuk memandang masa depannya sejak dini. Penting, agar kuliah yang kini dijalani mahasiswa, tidak hanya asalan atau ikut-ikutan.

Soal kebangsaan, Firli mengemukakan, terdapat empat permasalahan yang kini dihadapi. Pertama, Indonesia adalah negara kepulauan, yang rentan sangat dengan bencana. Kedua, negara kita rentan terkait dengan narkotika dan peredaran gelapnya. Ketiga, soal terorisme dan ajaran radikalisme. Empatnya, kata Firli, korupsi. Korupsi, lanjut dia, menjadi tanggungjawab semua anak bangsa.

Belajar dari Cina untuk mengatasi korupsi di lembaga pemerintahan, maka harus diawali dengan pembersihan terhadap para penyelenggara negara atau aparat hukum. Kemudian pengelola aset negara, seperti BUMN dan BUMD. Selanjutnya, pengurus partai politik. Sebab, korupsi di partai politik berantai. Partai mengendalikan kepala daerah dan anggota legislatif. Kepala daerah dan legislatif mengatur pemerintah.

Firli mengakui, kendala yang dihadapi bangsa dalam memberantas korupsi, karena sistemnya yang tidak baik. Peran perguruan tinggi, termasuk IAIN Ambon dapat menunaikan tugasnya dengan cara mengelola sistem tersebut secara transparan dan akuntabel. Dimulai dari sistem penerimaan mahasiswa baru yang dilakukan secara terbuka dan terukur. Menolak sogok atau suap.

Setelah mendalami sistem perekrutan mahasiswa baru ini, KPK memasuki dunia perguruan tinggi untuk mengajarkan pentingnya pendidikan anti korupsi.

“Kita sekarang sedang mengembangkan yang disebut dengan sistem integritas pendidikan.” Firli kemudian mengajak civitas IAIN Ambon untuk bersama-sama melaksanakan program KPK dengan sistem integritas pendidikan tersebut. Sebab, pendidikan yang bersih dapat melahirkan generasi bangsa yang bersih, jujur dan jauh dari tindakan korupsi. Sebagai penutup, Firli mengajak civitas IAIN Ambon untuk mengamalkan Pancasila sebagai benteng pencegahan tindakan korupsi. Firli, secara rinci menjelaskan lima sila berkaitan dengan pribadi seseorang untuk jauh dari tindakan korupsi. Mulai dari kepercayaan diri kepada Tuhan sampai pada keadilan sosial. (MON/WHL/adv)

  • Bagikan