Check Dam Rinjani

  • Bagikan

Kalau tiga hari ini Kota Ambon sempat dilanda hujan deras diikuti oleh status awas/waspada dan tidak terjadi banjir besar khususnya di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Batumerah maka dipastikan salah satu penyebab karena Check Dam Uprgrading Ritensi Rinjani mulai berfungsi.

Pasti banyak yang tidak percaya alasan ini. Bagi mereka yang tidak pernah melihat langsung proyek tersebut boleh jadi alasan ini terkesan hanyalah dibuat-buat.

Hari Minggu, kemarin, (14/5/23), saya memang sengaja mengelilingi dan melihat dari dekat proyek Balai Wilayah Sungai Maluku (BWSM) yang didanai Asian Development Bank (ADB) senilai Rp 138 Miliar itu.

Saya penasaran sebab selama tiga hari intensitas curah hujan begitu tinggi tapi mengapa tidak ada keluhan warga. Tidak ada heboh di medsos terkait luapan air DAS Way Batumerah yang seolah telah menjadi jatah tahunan itu.

Padahal, bila dibandingkan intensitas curah hujan tahun 2012 dan 2013 yang mencapai 120 mm, curah hujan tiga hari lalu Jumat dan Sabtu, (12-13/5/23), intensitasnya jauh lebih tinggi 130,5 mm. Tapi mengapa tidak ada luapan air di sana.

Diikuti oleh ketinggian air pasang di laut mencapai 1,16 mm, mestinya jika mengikuti parameter berdasarkan debet air hujan yang turun dan air pasang pada hari itu DAS Way Batumerah sudah harus meluap.

Jangankan curah hujan yang berada pada angka di atas 130,5 mm, intensitas di atas angka 100 mm saja DAS Way Batumerah mestinya air hujan sudah merembes ke rumah penduduk.

Nyatanya itu tidak terjadi. Padahal hari itu Jumat dan Sabtu pada alat pengukur kecepatan hujan atau Automatic Rain Recorder (ARR) sudah ada pemberitahuan status awas, siaga, dan waspada.

“Kalau kemarin itu tidak terjadi luapan air hujan di DAS Way Batumerah pertanda bahwa dampak pembangunan Check Dam Upgrading Ritensi Rinjani kini sudah mulai terasa untuk menahan laju kecepatan air hujan,” ujar petugas di Pos Curah Hujan BWSM, di Check Dam Petra, Minggu, (14/5/23).

Lokasi DAS yang berada di bawah lembah di Kelurahan Waihoka, dan Desa Batumerah, itu memiliki dua check dam dengan dua aliran sungai berbeda.

Aliran sungai yang satu berada pada Kawasan Petra dengan nama Check Dam Petra. Dan aliran sungai satunya lagi berada di Kawasan Yakobus namanya Check Dam Yakobus.

Kedua aliran sungai ini kemudian dipertemukan dan bermuara pada satu titik yang sama namanya Lembah Rinjani.

Lembah ini sebelumnya bernama Check Dam Rinjani, tapi karena ada peningkatan status untuk menampung debet air hujan dan mengantisipasi luapan banjir dan longsor yang parah di DAS Way Batumerah maka status proyeknya ditingkatkan menjadi Check Dam Upgrading Ritensi Rinjani.

Ketiga proyek bergengsi BWSM ini berada dalam satu payung yang sama namanya Project Flood Risk Management in Selected River Basins (FMSRB).

Proyek yang dibiayai oleh dana ADB itu merupakan proyek multiyear. Diperkirakan Desember 2023 proyek ini sudah final. Jika proyek ini dikerjakan sesuai jadwal maka kedepan resiko banjir sebagaimana yang selama ini dikeluhkan warga khususnya di sepanjang bantaran DAS Way Batumerah bakal teratasi.

Antusiasme pekerjaan ini begitu besar. Sejumlah alat berat terlihat bergeliat menyelesaikan pekerjaan. Pun truk-truk mondar-mandir mengangkut sedimen dari bibir sungai.

Bila dilihat dari dekat rupanya kita harus optimistis proyek prestisius Check Dam Upgrading Ritensi Rinjani yang dikerjakan oleh BWSM ini.

Rasanya tidak juga tepat jika ada nada miring yang mempertanyakan keberadaan proyek BWSM ini. Dari soal pembebasan lahan hingga pengerukan sedimen pada DAS Way Batumerah, misalnya, tentu bukan perkara gampang.

Di Kota Ambon sendiri ada lima aliran sungai besar dan juga punya problem yang sama. Semua aliran sungai ini masuk dalam pengawasan BWSM. Yakni DAS Way Batumerah, DAS Way Ruhu di Desa Galala, DAS Way Tomu jalur Dinas PU Maluku, DAS Way Batugajah atau sepanjang Masjid Jami, dan DAS Way Batugantung sepanjang Dok Waihaong.

Pada semua muara sungai ini telah dipasangi alat-alat canggih pengukur intensitas curah hujan. Dengan menggunakan Automatic Rain Recorder (ARR) ini, kapan dan dimana pun kita berada bisa mengetahui berapa kecepatan debit air hujan yang turun pada smartphone Anda.

Pun ketinggian air pasang dan air surut di laut grafiknya juga bisa terdeteksi dengan sempurna. Bahkan sampai pada tingkat peringatan awas, siaga, dan waspada bisa terbaca di nomor handphone Anda.

Di sepanjang jalur DAS Way Batumerah saat ini telah dikuasai oleh tempat tinggal warga. Jika kemudian terjadi luapan banjir dan longsor tentu tidak bisa dipungkiri, karena hampir dapat dipastikan tidak ada lagi alur sungai yang berjalan normal karena telah terhalang oleh rumah-rumah penduduk.

Di samping itu, fungsi check dam yang mestinya untuk menahan dan meminimalisir luapan air kini seolah tidak lagi dipeduli warga karena tidak diikuti oleh tingkat kesadaran lantaran mereka membuang sampah di sepanjang DAS.

Problem terberat selain tidak diikuti oleh kesadaran warga dengan membuang sampah di alur sungai, juga tidak diikuti oleh program reboisasi dari Pemda.

Sudah begitu, tidak pula didukung oleh pembebasan lahan oleh pemilik lahan di sepanjang lembah dimana check dam itu berada. Padahal dengan membuat tembok dan diikuti oleh reboisasi berarti kita telah ikut membantu menahan laju sedimen dan ancaman longsor.

Syarat pemerintah pusat kalau mau mengucurkan bantuan ke daerah kecuali kalau persoalan pembebasan lahan dianggap clear oleh Pemda setempat.

Pun bantuan dana ADB itu bisa jalan jika masalah lahan di areal sungai berjalan tuntas. “Nah, kalau di sepanjang lembah check dam tidak ada reboisasi dan tidak ada warga yang mau membebaskan lahannya bagaimana kita bisa menahan laju sedimen yang turun ke DAS,” ujar sumber di BSWM, itu.

Tentu dengan berfungsinya tiga check dam ini yakni Check Dam Petra, Check Dam Yakobus, dan Check Dam Upgrading Ritensi Rinjani langkah untuk meminimalisir bahaya luapan air khususnya untuk DAS Way Batumerah bisa teratasi.

Tapi itu tidaklah cukup. Kesadaran warga tidak membuang sampah di alur sungai diikuti oleh kemauan untuk membebaskan lahan dari para pemilik tanah yang masuk pada daerah sungai, juga diikuti kemauan Pemda untuk menggalakkan reboisasi juga perlu.

Tanpa kesadaran warga dan dukungan Pemda tentu langkah untuk meminimalisir ancaman dari luapan air hujan sulit teratasi.

Kita tentu berharap setelah sukses pembangunan tiga check dam ini yakni Check Dam Petra, Check Dam Yakobus, dan Check Dam Upgrading Ritensi Rinjani di DAS Way di Kelurahan Waihoka dan Desa Batumerah, maka kedepan harus diikuti pula oleh pembangunan DAS Way Ruhu, DAS Way Tomu, DAS Way Batugajah dan DAS Way Batugantung.

Biar kedepan Kota Ambon Manise ini tidak lagi terkepung oleh bahaya banjir dan longsor.(*)

  • Bagikan