Perempuan di Tual Serukan Damai, Tokoh Agama Ajak Warga Tahan Diri

  • Bagikan

RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID, AMBON, — Ratusan perempuan di tanah Kei turun ke jalan melakukan longmarch dari Wearhir hingga ke Kawasan Un, Kelurahan Ketsoblak, Kota Tual. Damai menjadi seruan para perempuan-perempuan tangguh tersebut.

Demi mengajak masyarakat untuk hidup rukun dan damai di tanah Tual, mereka berjalan dari kawasan berpenduduk Muslim ke kawasan Kristen (non-Muslim). Mereka menyerukan masyarakat bahwa kehidupan yang rukun dan damai tanpa membeda-bedakan suku, ras, budaya dan agama, adalah adat dan istiadat masyarakat di tanah Kei yang sudah ada sejak zaman dulu. Sebab, pertikaian hanya akan melahirkan kesengsaraan di semua kalangan, tanpa pandang usia dan status.

Aksi ini digelar, menyusul adanya isu liar yang masih beredar di tengah masyarakat, pasca terjadinya pertikaian antar kelompok warga di Kota Tual. Gabungan perempuan yang tak ingin masyarakat Tual terpecah belah, mereka lantas menggelar aksi untuk menghadang semua isu, agar konflik antar warga tidak kembali terulang.

“Mari, katong cinta damai. Jangan lagi ada yang bertukai di tanah ini. Kita semua bersaudara,” teriak salah satu warga saat ikut longmarch.

Aksi in mendapat perhatian warga. Mereka menginginkan aparat bertindak tepat dan tegas mengatasi konflik yang terjadi.

Selain aksi damai antar komunitas perempuan di Tual ini, ajakan untuk mengakhiri pertikaian warga juga disampaikan tokoh agama di Maluku.

“GPM berharap supaya masyarakat lebih dewasa untuk tahan diri. Jangan kita mengulangi lagi kesalahan kita di massa lampau. Sebab, 24 tahun yang lalu itu , semangat damai Maluku itu dimulai dari Tual, Nuhu Evav. Dan, saya kira itu falsafah, budaya Ain ni Ain itu diresapi penuh oleh seluruh masyarakat kita di Tual, tanpa membedakan siapapun,” pesan Ketua Sinode GPM, Pdt Elifas M Maspaitella, kepada rakyatmaluku.fajar.co.id, Kamis, 2 Februari 2023.

Dalam falsafah Ain ni Ain, lanjut Pdt Elifas, itu tidak ada perbedaan di antara satu dengan lain atas alasan apapun, dan selama ini masyarakat Nuhu Evav hidup dalam suasana kekeluargaan yang seperti itu. Konflik, tambah Ketua Sinode, menyengsarakan terutama pada anak-anak.

“Karena itu kami berharap hentikan seluruh konflik ini, karena itu akan menyengsarakan kita sendiri, terutama anak-anak kita yang sekarang sebenarnya sudah harus lebih fokus sekolah, belajar. Kasih mereka kesempatan untuk bisa belajar yang baik, lalu kita sebagai orang dewasa itu bertanggung jawab untuk menjamin masa depan mereka melalui situasi yang aman tanpa ada pertikaian,” ujarnya.

Kalau ada masalah, bicarakan secara bersama-sama dan persoalan satu dua orang tidak usah diperlebar menjadi persoalan satu kelompok, satu kampung. Pdt Elifas juga minta untuk tidak membuka ruang lagi. Karena bisa membuat orang mempolitisasi.

“Yang lalu membuat kita jatuh lagi di dalam lubang hitam yang pernah kita sama-sama alami di tahun 1999. Jadi hentikanlah semua konflik ini, tidak ada faedahnya juga. Mari kita bangun hidup bersama di atas pondasi budaya Ain ni Ain itu sendiri. Orang Key punya falsafah itu kan Ani batang Ain satu menolong lainnya, satu membantu yang lainya,” ingatnya.

Perdamaian apapun walapun ada campur tangan tokoh agama, pemuda, pemerintah maupun TNI-Polri, bila tidak didukung masyarakat, itu tidak akan selesai.

“Itulah yang kita perkuat. Kita berharap juga, namun itu kan harus dari masyarakat bukan dari siapa-siapa. Jadi aparat yang di Polri itu membantu fasilitasi tetapi kita yang harus berdamai,” tutupnya.

Ketua MUI Maluku Abdullah Latuapo mengatakan bahwa yang terjadi di Kota Tual sangat disesali. Padahal, dari Rabu siang hingga malam itu sudah kondusif, tapi kembali terjadi pada Kamis pagi.

“Kita, tokoh agama sangat menyesal ya, sangat menyesal terjadi bentrok. Kita tahu bahwa Kota Tual itu kota, daerah adat dan pranata-pranata sosial, sangat kuat. Masyarakat sangat menghargai itu, Ain ni Ain dan sebagainya itu betul-betul kita junjung tinggi,” katanya ketika dihubungi kemarin.

Dosen Institut Agama Islami (ISIN) ini mengaskan bahwa yang terjadi awalnya itu merupakan tindakan kriminal sehingga jangan dibawa ke nuansa SARA.

“Jangan sekali-kali kita membawa masalah kriminal murni dan dikemas menjadi nuansa agama, itu tidak boleh. Padahal, terjadi awal itu kriminal biasa. Kemudian informasi yang disampaikan itu harus informasi yang benar-benar, jangan informasi yang bersifat provokasi. Contoh seperti dikatakan musala terbakar, ternyata tidak terbakar,” tuturnya.

Latuapo mengimbau kepada semua komponen masyarakat terkhusus tokoh agama, pemuda dan masyarakat pemerintah, aparat agar berusaha meredam situasi di sana. Masyarakat juga harus bersabar, menahan diri jangan melakukannya tindakan-tindakan penyerangan dan lain sebagainya, karena itu semata-mata merugikan masyarakat sendiri dan menjadikan situasi kondisi yang tidak aman.

“Itu yang merugikan kita semua. Kita sebagai tokoh agama mengimbau kepada masyarakat terutama di kota Tual mari kita sama-sama bekerjasama, tokoh lintas agama tokoh masyarakat, pemuda, TNI-Polri semua mari kita berusaha untuk meredam masalah itu. Nanti kita mencari solusi untuk bisa kita selesaikan,” imbuhnya.

Ketua MUI juga minta agar masyarakat tidak engeluarkan pernyataan yang dapat memicu kembali konflik. Ucapan-ucapan yang mendatangkan atau mengundang emosi harus dihindari.

“Sekali lagi saya ingin mengimbau masyarakat agar tidak terpengaruh dengan oknum-oknum yang sekiranya kurang bertanggung jawab ya apalagi ini kan tahun politik,” pungkasnya.

Selain seruan damai, pemerintah bersama aparat kepolisian telah mengeluarkan aturan jam malam di Kota Tual. Aparat keamanan akan melakukan razia mulai pukul 21.00 WIT.

Warga yang berkeliaran atau kedapatan membawa senjata tajam akan diprosea sesuai aturan yang berlaku. Dalam maklumat tersebut, juga disebutkan bila masyarakat menolak dibubarkan maka aparat akan menindak tegas.

Sebelumnya, bentrok warga kembali pecah di Kota Tual. Padahal, Rabu siang hingga malam itu sudah kondusif. Konflik lanjutan ini menyebabkan sejumlah warga luka-luka dua diantaranya anggota Polri.

“Sudah kondusif kembali meletus tadi pagi (Kamis), ini yang kami sesalkan. Dan akibat bentrok tadi, ada beberapa orang yang kembali terluka. Diantaranya, dua personil diantaranya, Kabag Ops Polres Tual atas nama Kompol Arsad Rengur dan juga Danton Dalmas yang luka terkena panah,” ungkap Kabid Humas Kombes Pol M. Roem Ohoirat kepada wartawan di ruang kerjanya, Kamis, 2 Febrauari 2023.

Kombes Ohoirat mengatakan, berdasarkan data dari RS Tual, hingga siang tadi tercatat 33 orang mendapat perawatan medis. “Sampai saat ini 33 orang yang dirawat di RS berdasarkan data dari rumah sakit. Lima diantaranya Anggota. Tiga hari ini, dan dua pada bentrok kemarin,” kata Roem.

Untuk pengamanan, lanjut Kombes Ohoirat, Polda Maluku telah mengerahkan 30 personel Brimob yang berada di Kei Besar diperbantukan untuk ikut mengamankan lokasi bentrok.

” Kemudian hari ini, dari pasukan 733 (Rider) dikirim 70 orang. Besok (Jumat) 1 platon Brimob dari Polres Aru akan diberangkatkan ke Tual, dan yang dari Ambon ada 2 Platon Brimob dan 1 Sahbara,” tandas Roem Ohoirat. (AAN)

  • Bagikan