Amanah Sang Ibu

  • Bagikan

Tak ada kata lelah. Itulah yang tergambar dari lelaki bernama Muhammad Kamil Mony, SH, (39).

Muhammad Kami Mony sebagaimana yang terlihat dalam gambar ini (kanan) merupakan sosok yang telah enam tahun terakhir memperjuangkan tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia Abdoel Moethalib Sangadji atau AM.Sangadji agar dinobatkan sebagai pahlawan nasional.

Impiannya itu selain untuk melanjutkan perjuangan sang ayahnya Sam Habib Mony (65), juga dalam rangka memenuhi amanah sang ibunda tercinta Ny.Saud Sangadji (almh).

Untuk melengkapi wawancara saya sengaja janjian dengan putera kesayangan Pak Sam Habib Mony ini usai Jumatan lalu di Masjid Raya Al-Fatah, (11/11/22).

Sam Habib Mony yang merupakan ayah dari Muhammad Kamil Mony tidak lain adalah penulis buku: AM.Sangadji, Menuju Indonesia Merdeka (2016).

Pak Sam Habib Mony tentu saya kenal dekat. Beberapa saat setelah bukunya diterbitkan enam tahun lalu ia pun mengirimkan buku setebal 268 halaman karyanya itu. Namun sejak itu saya kehilangan kontak dengannya karena faktor kesehatan beliau.

Beliau orang baik. Ayah Muhammad Kamil Mony ini juga seorang penutur sejarah. Senang dengan gagasannya baik tentang daerah, keummatan, dan keindonesiaan.

Menghadapi situasi dan kondisi saat ini kita sulit menemukan sosok semacam Pak Sam Habib Mony yang selalu memberikan pencerahan.

Boleh jadi, Pak Sam Habib Mony adalah seorang single fighter. Melalui buku karyanya itu ia mencoba melakukan terobosan dengan menampilkan sosok AM.Sangadji pejuang dan tokoh sentral Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) asal Pulau Haruku, Provinsi Maluku, itu.

Ia berjuang dengan harapan agar AM.Sangadji bisa mendapatkan pengakuan dari pemerintah pusat untuk dinobatkan sebagai pahlawan nasional.

Sudah sekian lama ia berjuang menemui sejumlah pejabat dan lembaga penting untuk tugas mulia ini namun hingga kini belum membuahkan hasil.

Boleh jadi, kita tentu tak bisa berharap banyak dari seorang diri Sam Habib Mony untuk mendapatkan pengakuan AM.Sangadji sang “Jago Toea” itu sebagai pahlawan nasional. Kita butuh dukungan semua pihak.

Untuk memenuhi amanat orang tuanya itulah Muhammad Kamil Mony yang tidak lain cicit AM.Sangadji itu harus kembali ke Ambon menanggalkan profesinya sebagai pengacara di Jakarta.

Sejak 2016 setelah buku tersebut diluncurkan, Muhammad Kamil Mony aktif melakukan road show. Melanjutkan perjuangan sang ayah karena faktor kesehatan untuk kembali mengampanyekan sosok AM. Sangadji.

“Ini semua karena memenuhi amanah ibunda saya agar saya meneruskan perjuangan ayah saya setelah melihat kondisi kesehatannya mulai menurun,” ujar Muhammad Kamil Mony yang kini duduk sebagai Majelis Pakar Syarikat Islam yang dipimpin mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) DR.Hamdan Zoelva, SH, MH, itu.

Ia harus melanjutkan amanah itu beberapa saat sebelum ibunya wafat 14 Februari 2020. Karena melihat kondisi kesehatan ayahnya yang mulai menurun itulah ibunya pernah menitipkan amanahnya kepada putera kesayangannya itu.

Karena itu, menjaga kemungkinan atas kesehatan ayahnya ia pun ikhlas pulang ke Ambon melanjutkan perjuangan orang tuanya melakukan pendekatan dengan para pihak baik di Maluku maupun di Jakarta.

Sejak 2016 ia pun aktif melakukan aktivitas akademik melalui seminar dan diskusi, juga membangun jejaring sosial melalui surat kabar, kanal Youtube, radio, televisi, Podcast dll.

Muhammad Kamil Mony berharap melalui kegiatan tersebut kelak bisa mendorong dan mempercepat agar datuknya itu bisa mengikuti jejak dua tokoh sebelumnya yang pernah menjadi sahabat AM.Sangadji yakni HOS.Tjokroaminoto dan Haji Agus Salim yang oleh negara sudah lebih dulu diakui sebagai pahlawan nasional.

Untuk kepentingan itu ia kini mendirikan sebuah lembaga pemikir bernama: Abdoel Moethalib Sangadji (AMS) Institute. Di lembaga think-thank inilah ia bertindak sebagai CEO/Founder AMS Institute.

“Lembaga ini sebagai wadah intelektual mengampanyekan A.M.Sangadji di ruang-ruang publik,” ujar anak keempat dari delapan bersaudara itu.

Agar perjuangan ini berjalan sukses ia menjalankan misi mulia ini dengan mengusung jargon dengan nama: Gerakan Moral No Rupiah.

“Ini sekaligus memberi pesan moral ke hadapan publik bahwa berjuang untuk hal mulia seperti ini tidak selamanya butuh duit,” ujarnya.

Meski sudah lama berkiprah Muhammad Kamil Mony bergeming. Tidak menyerah. Ia terus berjuang. Karena semangatnya itu oleh senior dan teman-teman yang tergabung dalam timnya ia mendapat julukan baru sebagai “Jago Moeda” A.M.Sangadji.

Ia yakin dengan amanah sang ibunda bahwa lambat atau cepat kakek/oyang mereka itu akan dinobatkan sebagai pahlawan nasional.

Alumnus Fakultas Hukum Universitas Nasional Jakarta 2008 ini melihat hal itu setelah dua tahun terakhir perhatian pemerintah daerah Maluku melalui lembaga Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) yang dipimpin DR.Semy Touwe tersebut.

Lembaga yang dibentuk oleh Kementerian Sosial RI telah melakukan beberapa rangkaian kegiatan ilmiah baik dari sisi administrasi, akademik, maupun hukum untuk pengesahan penobatan AM.Sangadji sebagai pahlawan nasional.

“Tadinya TP2GD yang dipimpin DR.Semy Touwe ini sudah melakukan studi sampai ke sejumlah kota tempat dimana AM.Sangadji dulu pernah memimpin pergerakan seperti Kota Kutai Kartanegara, Samarinda,” ujarnya.

Hasil studi itu juga diikuti oleh Seminar Nasional AM.Sangadji Menuju Pahlawan Nasional dengan tema: Pahlawanku Teladanku yang diselenggarakan oleh Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Maluku di Ambon, 10 Nopember 2022, lalu.

Menampilkan penceramah nasional yakni Dirjen Pemberdayaan Kemensos RI Edi Suharto, Dosen Sejarah UI Prof.Dr.Susanto Zuhdi, M.Hum, dan Prof.Dr.Agus Mulyana, MPd. Sementara pembicara daerah yakni DR.Semy Touwe, M.Si, Dr.Nuraida Kubangun, M.Si, dan Dra.J.F.Akyuwen.

Jika mengikuti jadwal pengusulan ke pemerintah pusat mestinya naskah akademis itu sudah harus masuk Maret 2022 lalu agar AM.Sangadji bisa diusulkan pada Hari Pahlawan 10 Nopember 2022.

“Tapi entah karena alasan apa sehingga naskah akademisnya terlambat dimasukkan,” ujarnya.

Ia berharap –sebagaimana janji TP2GD— Maret 2023 nanti naskah akademis maupun syarat-syarat yang lain sudah bisa dimasukkan sehingga pada 2023 nanti AM.Sangadji oleh pemerintah pusat dapat diusulkan sebagai salah satu calon sosok pahlawan nasional dari Maluku.

“Kini kita tinggal menunggu political will pemerintah daerah Maluku. Melalui TP2GD yang berada di bawah binaan langsung Pak Gubernur Murad Ismail semoga melalui itikad baik kita semua untuk perjuangan mulia menjadikan AM.Sangadji sebagai pahlawan nasional ini bisa terwujud di tahun 2023,” ujarnya.

Ia mengakui jika mengacu pada Provinsi Maluku Utara dalam hal pengusulan calon pahlawan nasional ke pemerintah pusat kita di Provinsi Maluku tentu kalah cepat dengan Maluku Utara.

Mereka hanya dalam tempo tiga tahun sudah punya dua tokoh pejuang yang lolos masuk sebagai pahlawan nasional.

Pertama, tahun 2019 Sultan Ternate yakni Sultan Baabullah dan kedua tahun 2022 tokoh Pejuang Merah Putih Salahudin Bin Talabudin. Keduanya telah dinobatkan sebagai pahlawan nasional.

Kesuksesan Maluku Utara ini tentu menjadi pelajaran perlunya membangun kolaborasi semua komponen di Maluku baik pemerintah, akademisi, aktivis, juga politisi terutama yang ada di pusat maupun daerah sama-sama membangun sinergitas mendorong semua tokoh pejuang kita di Maluku menjadi pahlawan nasional.

“Alhamdulillah dengan niat bersih dan hati penuh tawadu atas langkah baik untuk menjadikan AM.Sangadji ini sebagai pahlawan nasional sudah mulai menampakkan banyak dukungan,” ujarnya.

Pada Desember 2022 nanti juga akan diikuti oleh sebuah seminar nasional di Auditorium IAIN Ambon membahas sosok AM.Sangadji.

Lalu pada 14 Nopember Senin hari ini juga akan digelar Dialog Interaktif melalui RRI Ambon dengan topik: AM.Sangadji Menuju Pahlawan Nasional.

Acara ini menampilkan pembicara Ketua Tim TP2GD Provinsi Maluku yang dipimpin DR.Semy Touwe dan Muhammad Kamil Mony dengan pembawa acara Uya Leurima juga membahas hal yang sama.

Ini juga sekaligus memperkuat dokumen akademis mendukung laporan penelitian oleh Tim TP2GD Provinsi Maluku. Selain itu juga sudah ada dukungan dari beberapa politisi DPRD Maluku untuk mendorong kegiatan yang sama.

Mengapa seminarnya di IAIN Ambon? Kabarnya, salah satu alasan karena jika status IAIN Ambon kelak berubah menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) maka nama AM.Sangadji bakal menjadi salah satu nama calon yang diusulkan sebagai nama UIN AM.Sangadji Ambon.

“Nah, untuk mengabadikan nama besar tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia AM.Sangadji itulah seminar nasional ini sengaja digelar di Auditorium IAIN Ambon,” ujarnya.

*
Nama AM.Sangadji adalah satu di antara tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia asal Maluku yang ikut ambil bagian dalam sejarah penting menuju Indonesia merdeka.

AM.Sangadji merupakan tokoh utama PSII bersama dua rekannya yang lain yakni H.O.S. Tjokroaminoto dan Haji Agus Salim.

AM.Sangadji lahir di Rohomoni, Uly Hatuhaha, Maluku Tengah, 3 Juni 1889. Ia dikenal sebagai pejuang yang berani, jujur dan sederhana.

AM.Sangadji yang juga digelar “Jago Toea” adalah sosok yang gigih memperjuangkan kemerdekaan hingga memaksa ia harus hengkang dari tanah kelahirannya di Pulau Haruku menuju Jakarta lalu pindah ke Makassar, Samarinda, Kalimantan Timur, dan Jogyakarta.

Semua itu ia lakukan semata-mata untuk mengobarkan semangat perjuangan kemerdekaan bersama tokoh nasional lainnya yakni Sarjan dan Mohammad Roem.

Karena ketokohannya itu ia dihormati oleh warga Samarinda dengan didirikannya sebuah monumen sejarah AM.Sangadji tepatnya di Kota Kutai Kartanegara.

Melalui pidato-pidatonya yang keras, di dua tempat itulah AM.Sangadji sempat ditangkap oleh pemerintah Belanda.

Ia dikenal sebagai seorang Islam yang taat, orator ulung, karena itu tak membuat ia jera meski ditangkap dan dipenjara oleh Belanda.

Setelah keluar dari penjara AM.Sangadji melakukan perlawanan lagi pada revolusi fisik, dan bersama tokoh pejuang lainnya ia pun pindah ke Jogyakarta untuk berjuang lagi di sana hingga meninggal karena ditembak mati PKI, Mei 1949.

AM.Sangadji lahir dari seorang ayah bernama Abdul Wahab Sangadji dan ibunda
Siti Sa’ad Pattisahusiwa putri Raja Negeri Siri Sori Islam bernama Abdoel Madjid Pattisahusiwa.

Dari perkawinan kedua orang tua itu lahir empat orang anak yakni Abdullah Sangadji, AM.Sangadji, M.Zen Sangadji, dan Sitti Nur Sa’ad Sangadji.

“Adapun kakek AM.Sangadji adalah Abdoel Madjid Pattisahusiwa sedangkan neneknya adalah Munjuna Toisutta. Dari garis matrilineal sang ibu,” ujar Muhammad Kamil Mony.

Adapun Muhammad Kamil Mony tidak lain adalah cicit dari AM.Sangadji dari garis ibu bernama Ny.Saud Sangadji yakni cucu dari Abdullah Sangadji. “Jadi ayah saya Sam Habib Mony adalah cucu mantu dari keponakan AM.Sangadji,” ujarnya.

Semasa kuliah Muhammad Kamil Mony telah aktif sebagai aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Badan Perwakilan Mahasiswa.

Setelah tamat kuliah ia juga aktif di Pengurus DPP KNPI, alumni Lemhannas Pemuda 2013, dan sekarang tercatat sebagai anggota Advokat Peradi.

Ia juga bergabung dalam tim pengacara Indonesia Solution Law dan pernah terlibat dalam penanganan perkara hukum kasus pembangunan proyek Meikarta.

Gerakan sosial (social movement) yang ia lakukan selama ini selain bentuk pengabdian guna menunaikan amanah sang ibunda, juga untuk mengedukasi publik, memberikan pemahaman dan pencerahan akan salah satu putera terbaik Maluku bernama AM.Sangadji yang memiliki jasa besar terhadap umat, bangsa dan negara.

Ia mengaku diuntungkan dengan perkembangan digitalisasi sosial media dalam gerakan ini. Hal yang pada awalnya dirasakan mustahil lambat laun menghentak publik dan mendapatkan apresiasi dari seluruh elemen bangsa tanah air.

Saat ini Muhammad Kamil Mony juga tercatat sebagai Anggota Majelis Pakar DPP Syarikat dengan ketua majelis pakarnya Prof Dr Ahsanul Qosasi dan juga Prof Valina Singka Subekti (Ketum DPP Wanita Syarikat Islam).

Kita tentu masih punya harapan di tangan cicit AM.Sangadji yakni Muhammad Kamil Mony ia masih punya semangat memperjuangkan tokoh pejuang kemerdekaan kita.

Tekad dan semangat menjalankan amanat sang ibunda tercinta Ny.Saud Sangadji telah membuat ia bergeming. Berjuang tiada henti dengan satu tekad agar sang tokoh AM.Sangadji bisa dinobatkan sebagai pahlawan nasional.

Tapi dukungan itu tidaklah cukup datang dari seorang Muhammad Kamil Mony. Yang kita perlukan adalah membangun kolaborasi dan kerjasama semua komponen di Maluku agar kelak AM.Sangadji bisa segera dinobatkan sebagai pahlawan nasional mengikuti jejak temannya HOS.Tjokroaminoto dan Haji Agus Salim.

Selamat berjuang sang cicit AM.Sangadji. (***)

  • Bagikan