Duo Bioetanol

  • Bagikan

RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Dua mahasiswi Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon ini punya bakat yang patut diapresiasi. Khususnya di bidang ilmu pengetahuan. Paling tidak untuk saat ini. Khususnya di bidang penelitian teknologi bioetanol.

Walau masih duduk di Semester III Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Unpatti keduanya telah berhasil membawa harum nama kampus ini pada ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) di Kota Jambi. Mereka adalah Veitra Marel Tahapary dan Puan Maryam Leaongso.

Dari 37 kampus di Tanah Air yang mendaftar pada ajang Physics Star 2022 melalui LKTI dengan tema: “DELTA (Developmeent of Education, Science and Technology for Physics Education,” itu karya tulis Veitra dan Puan ini masuk 10 besar perguruan tinggi yang ikut dilombakan di Kota Jambi, 1 s/d 2 Oktober 2022.

Kegiatan yang berlangsung di Balairung Universitas Jambi itu tentu membawa baik nama kampus ini karena topik yang dipilih boleh dikata sangat relevan dengan kondisi kekinian.

Tentang Bahan Bakar Minyak (BBM). Tentang pemanfaatan bahan bakar terbaru dan terbarukan melalui rumput laut.

Itulah yang menjadi pertimbangan mengapa karya tulis mereka berjudul: Pemanfaatan Teknologi dari Rumput Laut sebagai Bahan Baku Energi Terbarukan di Provinsi Maluku berhasil dilombakan pada ajang nasional itu.

Rumput laut atau dalam bahasa Latin disebut Eucheuma Cottonii itu merupakan salah satu bioetanol yang bisa diproduksi dari bahan nabati (rumput laut) yang difermentasi untuk menghasilkan bahan bakar.

“Di Brazil, Irlandia dan beberapa negara sudah berhasil melakukan hal itu. Mestinya dengan kemampuan 700 ton sebulan produksi rumput laut kita di Maluku sudah bisa melakukan alih teknologi untuk bahan bakar minyak,” ujar Veitra Tahapary di Kampus Poka, Jumat, (7/10/22).

Kita tahu salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair) BBM di samping biodiesel yang didapat dari hasil kilang melalui fosil adalah Solar, Bensin, Pertalite, Pertamax, dan
Avtur.

Sementara bahan baku bioetanol yang diproduksi dari bahan baku nabati terutama rumput laut masih langka.

Dari hasil studi yang dilakukan Vietra dan Puan itu ditemukan tidak kurang potensi rumput laut di Maluku mencapai 19.509,29 hektar.

Itulah alasan studi ini dilakukan oleh kedua mahasiswi Unpatti itu. Dari hasil telaah melalui pendekatan perpustakaan pun yang dilakukan oleh Brazil dan Irlandia atas pemanfaatan rumput laut itu, diperoleh kesimpulan potensi rumput laut di Maluku perlu dilakukan uji laboratorium untuk pemanfaatan bahan bakar.

“Selama ini kita hanya berkutat menjadikan rumput laut sebagai bahan ekspor untuk pemanfaatan fermentasi bahan baku bagi pemanfaatan teknologi kesehatan dan perawatan kulit. Padahal rumput laut juga memiliki potensi sebagai bahan bakar minyak,” ujar Puan Maryam Leaongso.

Diakui, studi ini baru sebatas pemanfaatan
rumput laut sebagai energi alternatif merupakan potensi yang sangat besar. Potensi tersebut, menurut Vietra dan Puan terdapat pada kandungan selulosa yakni salah satu serat yang dimiliki oleh Eucheuma Cottonii.

Kandungan selulosa tersebut dapat menghasilkan bioetanol. Juga karena memiliki daya serat karbohidrat yang tinggi.

“Kuntungan rumput laut untuk dijadikan bahan baku bioetanol — karena itu tadi memiliki kandungan selulosa yang
tinggi,” ujarnya.

Keduanya mengakui, memang secara ilmiah karya tulis mereka ini untuk pemanfaatan rumput laut belum diuji secara mekanis. Artinya, studi ini baru bersifat telaah dari literatur yang mereka baca. Pun dari keberhasilan yang pernah dilakukan oleh negara Brazil dan Irlandia.

Dari kajian Vietra Tahapary dan Puan Maryam di hadapan dewan juri Prof. Drs. Maison, M.Si, DR.Nurida Isnaeni, SE, M.Si, dan Haerul Fathoni, SPd, M.PFis, mereka akui tingkat akurasi atas pemanfaatan rumput laut sebagai sarana alih teknologi untuk dijadikan sebagai bahan bakar bioetanol bisa mencapai 75 persen.

“Sisanya tinggal diuji secara mekanis. Tentu setelah melalui uji laboratorium,” ujarnya.

Karya tulis Vietra dan Puan ini memang tergolong baru. Sebelumnya, pada 2014 di kampus yang sama juga pernah ada yang melakukan studi serupa tentang pemanfaatan rumput laut oleh salah satu mahasiswa Fakultas MIPA bernama Vounda D.Loupatty.

“Tapi kajian untuk bioetanol khususnya pemanfaatan serat karbohidrat, kadar air, protein, dan kadar abu untuk menghasilkan bioetanol belum ada. Dan, ini baru kami yang lakukan,” ujarnya.

Meski belum mendapat juara pada ajang bergengsi di Universitas Jambi itu tidak membuat Vietra Tahapary dan Puan Maryam patah semangat.

“Kami tetap bangga karena kami telah memulai sesuatu yang baru. Karya tulis kami ini kelak bisa menjadi pembuka untuk selanjutnya dilakukan penilitan lebih mendalam tentang pemanfaatan rumput laut,” ujarnya.

Vietra dan Puan mengaku bahwa mereka akan terus berjuang menemui pihak-pihak terkait baik pimpinan fakultas, pihak universitas, Pemda dan mereka yang peduli dengan masa depan pemanfaatan alih teknologi untuk rumput laut di Maluku agar bisa didayagunakan bagi kemaslahatan.(*)

  • Bagikan