Mati Lampu

  • Bagikan

Satu bulan sebelum beroperasi kapal pembangkit listrik berna Karadeniz Powership Yasin Bey Marine Vessel Power Plant (MVPP) di Kota Ambon, Februari 2017, Direktur Karpowership untuk Asia Tenggara Ufuk Berk bersama tim pernah berkunjung ke Redaksi Koran Rakyat Maluku.

Kedatangan Ufuk Bey merupakan bagian dari kerjasama pemilik kapal swasta terkaya asal Turki dari keluarga Karadeniz Yasin Bey asal Presiden Erdogan itu ke Kota Ambon dengan PT.PLN (Persero) Wilayah Maluku dan Maluku Utara untuk pengembangan listrik di Kota Manise.

Kunjungan Ufuk Bey ke Redaksi Rakyat Maluku itu juga menjadi bagian dari partisipasi atas undangan khusus keluarga perusahaan Yasin Bey untuk wartawan Koran Rakyat Maluku Abdul Karim Angkotasan bersama 18 wartawan Indonesia lainnya meninjau proyek pengembangan perusahaan listrik ternama di Turki itu, September 2016.

Dalam dialog itu Ufuk Bey berbicara banyak seputar perusahaannya yang telah membuka jaringan yang sama di beberapa negara di Asia selain Indonesia yakni Eropa, dan Afrika.

Di Indonesia kerjasama pengembangan listrik nasional selain Ambon juga Medan, Manado, Gorontalo, Kupang, Lombok, dan beberapa kota lainnya.

Karadeniz Holding, induk perusahaan Karpowership bahkan telah bergerak di berbagai sektor energi di dalam dan luar negeri selama 20 tahun terakhir.

Sejak tahun 2003, Karpowership sudah memasok 27 miliar kWh listrik di berbagai negara termasuk Ambon.

Saat itu ia juga berbicara soal plus-minus menggunakan teknologi listrik melalui pembangkit kapal laut tersebut baik dari sisi efisiensi dan langkah untuk meminimalisir potensi-potensi korupsi untuk pembelian mesin-mesin menggunakan tenaga diesel dengan kapasitas kecil.

Selain boros di minyak, daya tahan untuk menggerakkan mesin pembangkit listrik diesel juga tidak efektif. “Kalau mesin yang kami gunakan ini jauh lebih efisien karena menghemat bahan bakar minyak. Pun skala untuk menggerakkan mesin pembangkit jauh lebih besar. Sekali tarikan energi yang dikeluarkan relatif kecil. Jadi ada penghematan di bahan bakar minyak,” ujarnya.

Dengan menggunakan kapal pembangkit listrik, kata Ufuk Bey, konflik kepentingan terkait pembebasan lahan untuk pembangunan listrik yang berlokasi di darat relatif tidak terjadi karena tak ada lagi lahan yang jadi rebutan.

Ia juga berbicara kedepan tentang pentingnya soal alih teknologi kelistrikan di Indonesia dengan pola kerjasama antara PT PLN dengan perusahaan keluarga Yasin Bey itu.

“Kami siap mentrasfer alih teknologi kelistrikan yang kami miliki. Ilmu yang kami dapatkan melalui kapal pembangkit listrik Karadeniz Powership Yasin Bey MVPP ini siap kami tularkan,” ujar Ufuk Bey.

Ia mengatakan, potensi Indonesia dengan wilayah kepulauan mestinya harus mengembangkan industri kelistrikan menggunakan teknologi kapal pembangkit listrik.

“Maluku harus melakukan kolaborasi ini karena sangat efektif. Selain mengurangi konflik kepentingan dalam hal pembelian mesin dan pembebasan lahan. Kalau pembangkit listrik melalui kapal tak ada lagi peluang pihak-pihak tertentu untuk berspekulasi baik menyangkut pembelian lahan maupun lainnya,” ujar Ufuk Bey.

Kini setelah lima tahun masa kontrak usai, Februari 2022, kapal listrik yang berlabuh di bibir pantai Desa Waai, Pulau Ambon, itu tak lagi kelihatan.

Sabtu, (7/4/22), saya mencoba melewati pesisir Desa Waai dari arah Tulehu menuju Pantai Liang. Dari seberang saya berhenti di ujung Desa Tulehu memotret dari kejauhan.

Dari sana terlihat kapal pengganti hasil kolaborasi dua BUMN antara PT PLN dan PT PAL Surabaya yang diberi nama Barge Mounted Power Plant (BMPP) berkapasitas 60 MW itu.

BMPP tahap pertama yang dikembangkan PLN melalui anak usahanya PT Indonesia Power yang bersinergi dengan PT PAL ini diberi nama BMPP Nusantara I. Sejak Januari kapal ini telah tambat di bibir Pantai Desa Waai untuk menggantikan kapal Turki itu.

Sejauh ini seiring pergantian kapal pembangkit listrik dan alih fungsi dari kapal Turki ke kapal BMPP Nusantara I barulah terjadi cukup lama gangguan pemadaman selama lebih 10 jam, Minggu dinihari, (8/5/22).

Dari penjelasan Manager Kahumas PLN Maluku dan Maluku Utara Khairul Hatala, diketahui pemadaman itu terjadi adanya gangguan kelistrikan akibat black out saat pemulihan pada jalur evakuasi daya yang menyuplai kelistrikan Ambon dari kapal pembangkit listrik Barge Mounted Power Plant (BMPP) Nusantara I di Desa Waai.

Sejak kepergian kapal Turki sekaligus menandai berakhirnya kerjasama PT PLN itu pihaknya sejak awal sudah mengantisipasi kemungkinan tersebut. “Nah, saat terjadi pemulihan alih fungsi daya ke kapal BMPP Nusantara I itulah terjadi black out,” ujar Hatala.

Untuk menghindari potensi pemadaman dan kemungkinan black out pihak PLN mengantisipasi dengan cara menghidupkan tiga tempat Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yakni PLTD Poka, PLTD Galala, dan PLTD Waai.

Itulah sebab mengapa pemadaman seketika terjadi seantero Kota Ambon sejak menjelang subuh hingga sore hari. Dari black out itulah diketahui ada beberapa jaringan penangkal petir atau arister pada sejumlah gardu jebol.

“Jadi, bukan PLN tidak siap. Kami siap. Akibat black out itulah justeru petugas kami bisa mengetahui dimana saja arister atau alat penangkal petir yang jebol. Dan pada gardu mana saja yang harus diperbaiki. Mudah-mudahan dengan pemulihan jalur evakuasi jaringan listrik melalui kapal BMPP Nusantara I ini jaringan PLN di Kota Ambon bisa normal,” ujarnya.

Banyak pelanggan listrik PLN merasa terpukul menyusul gangguan pemadaman sejak pagi itu. Sebab, selama lima tahun setelah kapal pembangkit listrik asal Turki beroperasi Februari 2017 sudah jarang kita mendengar pelanggan PLN di Kota Ambon “berteriak” saat mati lampu.

Lima tahun kita memang menikmati suasana tidak mati lampu sejak kapal pembangkit listrik milik Karadeniz Powership Yasin Bey MVPP itu beroperasi.

Dari kapal Turki inilah pasokan listrik dialirkan untuk menerangi warga Kota Manise berpenduduk lebih 300.000 jiwa itu. Sejak kapal pembangkit listrik MVPP berkapasitas 120 MW yang berteknologi canggih ini tambat di sebelah timur Pulau Ambon tepatnya di Pantai Desa Waai, Kabupaten Maluku Tengah, kita merasa aman-aman saja karena telah terjadi surplus aliran listrik.

Dengan kapasitas pemakaian untuk Kota Ambon dan sekitarnya sebesar 57 MW, saat itu kita masih punya cadangan listrik di atas kapal asal Presiden Edrogan ini sebesar 63 MW. Itu artinya tak ada masalah soal persediaan listrik untuk Kota Ambon dan sekitarnya.

Kita berharap semoga keberadaan kapal pembangkit listrik BMPP Nusantara I hasil kolaborasi dua BUMN yakni PT PLN dan PT PAL berkekuatan 60 MW yang ditandai oleh black out atas insiden mati lampu Minggu subuh itu tidak lagi berlanjut.(AHMAD IBRAHIM)

  • Bagikan