Syekh Mohsen dan Palestina

  • Bagikan

AMBON — Belum seminggu ulama asal Palestina bernama Syekh Mahmoud YM Mohsen mela­kukan Safari Ramadan di Kota Ambon. Di tengah upaya yang dilakukan oleh beliau untuk penggalangan dana bantuan kemanusiaan bagi Palestina kini negeri itu kembali terusik oleh agresi militer Israel.
Seperti kita sudah tahu serangan Israel di hari Jumat (15/4/22) di saat kaum muslim sedang berpuasa para serdadu Israel itu kembali menyerang di Masjidil Aqsa. Seperti tahun lalu serangan kali ini juga dilakukan saat kaum muslim sedang berpuasa Ramadan.
Ini untuk kesekian kali setelah sebelumnya Mei 2021 kaum zionis itu melepaskan tembakan membuat 300 muslim luka-luka dan 35 tewas. (Baca: Malapetaka di Masjid Aqsa, 17 Mei 2021).
Syekh Mohsen ketika menjadi pembicara di hadapan jamah salat tarawih Masjid BTN Kanawa, Ambon, 9 April 2022, itu tak membantah kekejaman tentara zionis itu.
“Hidup di tengah ancaman nyawa oleh zionis Israel tidak membuat semangat rakyat Palestina meredup. Mereka kini terus bertahan di tengah puing-puing bangunan yang luput dari liputan media,” ujar Syekh Mohsen dalam bahasa Arab.
Saat ini Palestina sedang menghadapi agresi militer Israel tiada henti. Tak sedikit nyawa dan harta benda warga dirampas. Perempuan dan anak-anak Palestina selalu menjadi korban kekejaman zionis Israel.
Selain menjadi penceramah syekh yang juga seorang hafidz (penghafal Al-Quran) itu juga menjadi imam. Ia memiliki lantunan suaranya sangat bagus. Maklum sejak usia 14 tahun sang hafidz dari Kota Rafa, Palestina, ini sudah menghafal Al-Quran.
Kedatangan Syekh Mahmoud ke Indonesia selain melakukan Safari Ramadan bersama tim Sahabat Palestina Memanggil (SPM) dan Lembaga Amil Zakat Yayasan Kesejahteraan Madani (Yakesma) Maluku juga sebagai ajang silaturahmi yang diinisiasi Ustad Zulkifli Farojai Alhafidz, S.Pd.I, M.Pd dan Candra Henaulu.
Bagi Anda yang terbiasa mengikuti bacaan imam Masjidil Haram di Makkah atau Masjid Nabawi di Madinah di Youtube, suara khas Syekh Mahmoud tak beda jauh.
Kefasihan melantunkan ayat-ayat Al-Quran berikut makrajnya (hukum keluar-masuknya huruf-huruf Al-Quran dari rongga mulut) mirip suara imam di dua kota suci itu.
Dalam ceramah berbahasa Arab itu bertindak sebagai penerjemah Ustad Zulkifli Farojai Alhafidz. Ustad Farojai tak lain adalah Direktur YAKESMA Maluku.
Ia mengatakan rasa bangga atas kedatangannya ke Indonesia. Indonesia bagi rakyat Palestina tak bisa dipisahkan. Kedua negara ini memiliki sejarah penting. Karena Palestina negara pertama yang mendukung kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah.
Saat ini Palestina sedang menghadapi agresi militer Israel. Tak sedikit nyawa dan harta benda warga Palestina dirampas secara paksa kaum zionis itu.
Di tengah kondisi itu sang syekh mengaku bangga karena perhatian dan dukungan rakyat Indonesia terus mengalir ke wilayah tempat dimana tiga agama Samawi itu berdiri: Yahudi, Nasrani dan Islam, itu.
Ia juga menyinggung tentang Masjid Aqsa. Masjid yang punya pertalian sejarah dan menjadi kiblat pertama umat Islam sebelum kemudian oleh Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad untuk memalingkan arah kiblat dari Masjid Aqsa di Palestina ke Masjidil Haram di Kota Makkah.
Mengutip riwayat, kata sang syekh, ada tiga tempat suci yang wajib dikunjungi selain Masjidil Haram di Makkah, Masjid Nabawi di Madinah dan Masjid Aqsa di Palestina.
Masjid Aqsa yang kini menjadi sasaran agresi militer Israel itu punya tonggak sejarah penting terkait dengan peristiwa Isra Mikraj. Sebuah kisah yang menceritakan tentang perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjid Aqsa untuk kemudian ke langit menerima perintah Allah SWT mendirikan salat lima waktu itu.
Suatu ketika, cerita sang syekh, Nabi Muhammad pernah bercerita tentang Palestina di hadapan para sahabatnya.
Nabi memerintahkan kepada mereka untuk berkunjung pada tiga tempat suci selain Masjidil Haram dan Masjid Nabawi juga Masjid Aqsa di Palestina.
Kepada sahabatnya itu, Nabi mengingatkan bila kemudian mereka terhalang dalam perjalanan saat ke Masjid Aqsa maka kepada mereka diminta cukup mengirimkan minyak ke Palestina.
Tidak dijelaskan minyak apa. Tapi oleh para mufassirin mengutip riwayat itu, kata sang syekh, minyak di sini bisa diartikan dengan bantuan.
Bantuan untuk rakyat Palestina sebagaimana telah diisyaratkan jauh sebelumnya oleh Nabi Muhammad di kota para nabi itu bisa dalam bentuk apa saja baik harta ataupun ilmu. Juga doa.
Bantuan di sini juga sebagai pertanda kepedulian kita atas nama kemanusiaan untuk membebaskan rakyat Palestina dari agresi Israel merupakan sebuah keharusan.
Serangan tentara zionis Israel Jumat pekan lalu menurut Associated Press telah menewaskan 25 warga muslim dan melukai lebih 152 orang itu tentu menambah daftar panjang kekejaman Israel terhadap Palestina setelah negeri itu didudukinya pada 1948.
Sejak itu Palestina selalu di bawah bayang-bayang ketakutan, teror dan intimidasi menambah daftar panjang penderitaan rakyat Palestina. Perempuan dan anak-anak mereka selalu menjadi korban kekejaman Israel.
Tindakan brutal Israel itu tak saja merusak nilai-nilai kemanusiaan, tapi juga merobek peradaban dunia. Hak-hak warga yang selalu menjunjung tinggi kebebasan dan hak hidup manusia atau suatu bangsa tak dipeduli Israel.
Lembaga dunia dan negara adidaya selalu memilih jalan mendua. Tak ada sanksi keras jika itu sudah terkait kepentingan kaki tangan asing di Palestina. Negara yang selama ini menganggap diri sebagai kampiun demokrasi justeru memilih bungkam.
Suara lembaga atau kelompok pengusung perdamaian dunia, forum agama-agama, para penyuara anti-radikalisme dan anti-terorieme nyaris tak terdengar dan memilih membisu.
Pun lembaga dunia semacam PBB dan negara adidaya semisal Amerika Serikat seolah membiarkan dan memilih bungkam jika sudah terkait Israel. Hukum tebang pilih boleh berlaku bagi yang lain, tapi tidak dengan Isarel.
Langkah Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengutuk tindakan kekerasan dan penyerangan oleh aparat Israel sebagaimana disampaikan Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Prof Sudarnoto Abdul Hakim patut digarisbawahi.
Sikap Israel itu benar-benar memalukan. Artinya, serangan mereka secara membabibuta di saat orang sedang menjalankan ibadah puasa di Masjid Aqsa itu sebagai langkah tak berprikemanusiaan. (*)

  • Bagikan