Abuya dan Festival Sahur

  • Bagikan

RAKYATMALUKU.COM — AMBON, — Setiap tiba bulan Ramadan selalu mengingatkan saya sosok bernama Abuya Bahaweres (62). Nama yang dimaksud tidak lain adalah seorang seniman musik di Kota Ambon.

Sebagai seniman yang sudah puluhan tah,un menekuni seni tarik suara khususnya di bidang kasidah dan gambus, Abuya termasuk generasi awal di Kota Ambon yang intens di dunia seni musik bercorak Islami itu.

Dari pengalamannya itu, hampir setiap tahun sejak digelar Ameks Festival Sahur yang digagas Koran Ambon Ekspres 10 tahun silam ia kerab diundang menjadi ketua dewan juri.

Abuya termasuk satu di antara beberapa deretan temannya yang menekuni dunia seni religius itu. Tak diketahui kapan tradisi musik sahur berkembang di kota ini.

Menurut Abuya, cikal bakal festival musik sahur dan kasidah moderen sudah ada sejak 1970-an yang dipelopori oleh vokal grup binaan Ayup Pelupessy. Namanya Papilon Grup yang bermarkas di Jl. Kolonel Herman Piterz, Ambon.

Sejak bergabung dan belajat di grup binaan Ayub Pelupessy beberapa saat kemudian ia pun membentuk grup kasidah yang baru bernama Al-Munir.

Dari grup inilah membentuk karakter Abuya menjadikannya sebagai wadah dalam bermusik hingga mengantarkan mereka meraih juara dalam berbagai lomba seni tarik suara baik dangdut maupun gambus.

Pengalaman di bidang tarik suara bernuansa Islami ini membuat Abuya dipercaya sebagai tim penilai pada beberapa ajang festival. Salah satunya ya itu tadi Ameks Festival Sahur.

Dimotori oleh sobat saya, H. Machfud Waliulu, SE, M.Si dkk di Koran Ambon Ekspres 2012 lalu saat masih menjadi direktur di koran itu Machfud Waliulu mencoba memprakarsai tradisi ini dengan cara mengelaborasi seni musik bercorak Islami dengan tradisi musik Totobuang khas Ambon yang dilakukan para peseni musik dari dua komunitas berbeda.

Untuk diketahui, sebagaimana di daerah lain tradisi bangun sahur melalui seni musik yang dilakukan sekelompok anak muda juga dijumpai di Kota Ambon.

Mereka ini terbagi dalam beberapa kelompok musik dan terpencar di beberapa kawasan rumah penduduk.

Saat tiba waktu sahur sembari melantunkan lagu-lagu qasidah diiringi dengan gitar, drumer, rebana dll. Mereka ini mendatangi rumah-rumah penduduk dan membangunkan warga untuk sahur.

Sahur! Sahur! Sahur! Menjadi sebuah ungkapan yang lazim terdengar saat tiba waktu sahur. Itulah fenomena bulan Ramadan dengan cara bermusik.

Tak tahu sejak kapan tradisi membangunkan sahur di Kota Manise ini dimulai. Yang pasti, menurut Abuya, sudah sejak lama kebiasan ini menjadi ciri khas.

Ia muncul dan menjadi fenomena sosial tanpa diikuti oleh suatu wadah yang mengorganisir. Mereka tampil secara alami. Apa adanya.

Langkah yang dilakukan Ameks Festival Sahur ini sejak dua tahun terakhir tak lagi digelar setelah virus corona mewabah. Abuya akhirnya tak bisa lagi “melantai” menjadi ketua dewan juri.

Walikota Ambon Richard Louhenapessy saat memberikan sambutan pada pembukaan Ameks Festival Sahur dirangkaikan dengan HUT Ambon Ekspres pada 2012 itu mengaku terkesan dengan ajang ini.

Bahkan sejak itu, politisi Golkar ini memasukkan Ameks Festival Sahur sebagai agenda tahunan Pemkot Ambon.

Festival seni yang memadukan antara seni musik Islami dengan musik khas Kota Ambon totobuang dalam satu event keagamaan di bulan Ramadan memang terbilang unik.

Keunikan itu terlihat pada bagaimana kemampuan mereka dalam memadukan antara gerakan tubuh dan kekompakan mereka dalam satu kolaborasi seni kasidah dalam bermusik.

Kelompok musik sahur dan kasidah ini memang memiliki banyak grup di Kota Ambon. Grup-grup itu terpencar dimana-mana. Ada pada setiap lingkungan.

Demikian pula kelompok musik totobuang. Mereka ini juga memiliki banyak grup. “Untuk totobuang ada grup musik totobuang Desa Latuhalat, grup musik totobuang Desa Soya, grup musik totobuang Desa Hukurila, dan grup musik totobuang Desa Ema,” ujar Abuya.

Melihat bakat dan animo generasi muda dalam bermusik sudah seharusnya potensi mereka ini harus dikelola dengan baik.

Sebagai kota yang oleh lembaga dunia UNESCO menetapkan Ambon sebagai Kota Musik Dunia seharusnya bakat dan potensi generasi muda di bidang seni semacam ini harus disalurkan.

Dan, langkah yang dilakukan teman-teman Ambon Ekspres melalui Ameks Festival Sahur harus diapresiasi.

Kita tentu tak bisa berharap terlalu banyak terhadap Walikota Richard Louhenapessy yang bulan depan akan mengakhiri masa jabatannya.

Namun yang pasti siapapun walikota mendatang potensi-potensi generasi muda dalam ajang semacam ini perlu ditangani dengan baik. Sangat disayangkan jika mereka dibiarkan atau “diterlantarkan”.

*

Kita tentu beruntung masih punya seniman seperti Abuya Bahaweres yang masih peduli pada dunia seni tarik suara Islami itu.

Abuya yang juga diketahui memiliki keahlian khusus dalam bermain orgen, drumer, dan gitar ini tentu memiliki bakat yang tidak semua dimiliki oleh orang lain. Dari pengalamannya, ia bahkan pernah menjadi Juara I Vokal Lagu Rock se-Kota Ambon.

Karena kemampuannya itu ia kerab diundang dalam bermain musik dan menjadi dewan juri. Dan terhitung dua tahun Abuya tak lagi menjadi ketua dewan juri pada ajang tahunan Ameks Festival Sahur setelah badai Covid-19.

“Pada 80-an saya bahkan Juara I Vokal Lagu Rock se-Kota Ambon, dan Juara 2 Bintang Dangdut Maluku,” katanya.

Karena kemampuannya itu ia kerab mengisi acara bersama Grup Gambus Al-Muluk di RRI Ambon, Dinas PDK, Dep.Penerangan, Pemkot Ambon, dan Pemrov Maluku.

Ia juga tidak lupa pada zamannya ada sebuah grup kasidah binaan almarhum Taha Patiiha bernama Grup Kasidah Yamuyaka (Yang Muda yang Berkarya).

Di sini awal mula mereka berkiprah hingga kemudiaan melahirkan Grup Kasidah Moderen Al-Munir, dan Grup Musik Gambus Al-Muluk yang diprakarsai Abuya Bahaweres dkk antara lain Gabil Attamimi, Moksen, dan Efendy Patty.

Kini, di usia 62 tahun Abuya tak lagi terjun langsung di dunia tarik suara. Seniman yang juga pengusaha kayu itu lebih banyak menghabiskan waktu beribadah di masjid tempat dimana ia kini bermukim yakni di Masjid Al-Kautsar BTN Kanawa, Ambon.

Sesekali sebagai muazin. Juga sesekali sebagai imam salat.

Bakat seni yang telah ada pada Abuya kini kembali mengalir ke putera tersayangnya Aqsha Bahaweres.

Puteranya itu kini aktif di salah satu grup musik Kota Ambon bernama Gahwa Band. Aqsha Bahaweres termasuk salah satu pemain gitar melodi terbaik di Maluku. Luar biasa!. (*) itu kini aktif di salah satu grup musik Kota Ambon bernama Gahwa Band. Aqsha Bahaweres termasuk salah satu pemain gitar melodi terbaik di Maluku. Luar biasa!

  • Bagikan