14 Tahun Sukardi Menanam Dharma, Menuai Purnatugas dengan Bahagia

  • Bagikan

Tapi harapan terbesarnya belum tuntas: mendirikan sekolah Hindu dari jenjang dasar hingga menengah di seluruh Maluku. Sejauh ini, baru satu TK Hindu berdiri di Seram. Tapi peluang itu terbuka setelah terbit PMA No. 2 Tahun 2024, yang menjadi payung hukum pembentukan satuan pendidikan agama Hindu.

Lahan sudah tersedia: masing-masing dua hektare di Buru Selatan dan Unit 10 Pulau Buru. Namun belum ada guru, belum ada izin operasional. Di sinilah ia berharap, penerusnya melanjutkan misi tersebut.

Umat Hindu di Maluku lebih dari 18 ribu jiwa. Mereka butuh sekolah. Mereka butuh tempat tumbuh yang sesuai dengan identitasnya, tegas Sukardi.

Tak hanya berjuang di jalur struktural, Sukardi juga mendirikan Yayasan Rana Sambrama di Buru sebagai lembaga yang mewadahi pendidikan dan budaya Hindu. Kini yayasan tersebut sudah berkembang ke Seram dan Maluku Tenggara, menjadi cikal bakal sekolah Hindu yang akan datang.

Atas pengabdiannya, pada 2024 ia menerima penghargaan nasional kategori UAPPA-W Kecil Terbaik I dari Kementerian Agama. Sebuah penghargaan administratif yang seolah menjadi titik puncak dari seluruh dedikasinya.

Namun Sukardi tak berhenti di sini. Setelah pensiun nanti , ia memilih melanjutkan pengabdian di jalur spiritual: menjadi pendeta Hindu (sulinggih). Ia berencana kembali ke kampungnya, Desa Manunggal Jaya, Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, untuk melanjutkan hidup dalam keheningan dan pelayanan batin.

Kalau umur panjang, paling tidak di usia 60 saya sudah bisa jadi pendeta. Itu cita-cita saya berikutnya, katanya, dengan suara tertahan.

1 September 2025 nanti, Sukardi menutup lembaran sebagai aparatur negara di Kanwil Kemenag Maluku. Tapi jejaknya tak akan hilang. Ia telah menanam Dharma selama 14 tahun menyiraminya dengan air ketulusan, menjaga akarnya dengan sabar, dan kini ia menuai purnatugas dengan wajah bahagia.

Tak ada candi dari batu yang ia bangun. Tapi candi Dharma telah ia dirikan di hati ribuan orang dari pelosok Buru hingga pulau-pulau kecil di Maluku. Dan candi itu, tak akan runtuh oleh waktu.(*)

  • Bagikan