14 Tahun Sukardi Menanam Dharma, Menuai Purnatugas dengan Bahagia

  • Bagikan

Saya dilantik di rumah dinas Pak Kanwil waktu itu, Pak Attamimi. Saya masih ingat betul. Waktu itu, saya langsung pegang Hindu dan Buddha, padahal saya belum pernah belajar ajaran Buddha. Tapi saya harus siap, kenangnya dengan senyum lebar kepada koran ini, Senin 4 Agustus 2025.

Lahir di Kutai Kartanegara, 7 Agustus 1967, Sukardi menempuh pendidikan di Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Bali dan lulus pada 1994. Gelar sarjananya di bidang hukum agama Hindu sempat terasa sia-sia saat bekerja di perusahaan swasta. Tapi takdir membawanya ke jalur yang selaras dengan ilmunya, pengabdian keagamaan.

Saat pertama kali tiba di Ambon, ia melihat satu masalah besar: minimnya akses pendidikan untuk umat Hindu. Tanpa pendidikan, mereka sulit bersaing, sulit mendapatkan pekerjaan. Maka Sukardi pun bergerak cepat, menjalin kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi Hindu di Indonesia.

Pertama, kami kirim 10 orang kuliah di Jakarta. Sekarang mereka sudah jadi P3K, ada juga yang jadi staf saya. Semuanya anak-anak Maluku yang dulu tak punya harapan, tuturnya lirih.

Dari Jakarta, kerja sama merambah ke STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja, UHN I Gusti Bagus Sugriwa di Bali, IHN Gde Pudja di Mataram, hingga STAH Negeri Jawa Dwipa di Jawa Tengah. Puluhan anak muda Hindu Maluku dikuliahkan secara gratis. Sukardi tak membangun sekolah, ia membangun masa depan.

Namun pengabdiannya tak hanya soal pendidikan. Ia juga aktif menyuarakan kebersamaan lintas agama. Ia kerap diminta membuka kegiatan antariman, bahkan pernah dipercaya membuka acara pelepasan haji.

Saya pernah buka acara haji di Grand Avira. Itu pesan kuat dari Kanwil, bahwa Kemenag ini milik semua agama, ucapnya bangga.

  • Bagikan