Drs. H. Johnny Hardjojo, M.Si menyatakan kesiapannya mencalonkan diri sebagai Ketua Umum (Ketum) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat periode 2025 – 2030 dalam Kongres Luar Biasa (KLB) yang dijadwalkan digelar akhir Agustus 2025 di Jakarta.
“Saya sangat cinta PWI. Saya ingin bersama teman-teman memulihkan kembali dan terus menjaga citra, martabat, wibawa, dan marwah PWI. Inilah yang mendasari saya terpanggil mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PWI Pusat,” ujar Johnny, saat berbincang dengan sejumlah koleganya di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu, 23 Juli 2025.
Johnny memiliki rekam jejak panjang dalam dunia jurnalistik dan kepengurusan di PWI. Karier jurnalistiknya dimulai sejak akhir 1970-an di Metro Pos Jakarta. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Pemimpin Redaksi Harian Umum ABRI, Pemimpin Redaksi Tabloid Star News, Pemimpin Redaksi Berita Kota, serta Pemimpin Redaksi korankota.co.id.
Saat ini, ia dipercayakan sebagai Pemimpin Redaksi Kawanua TV dan manadopost.id, bagian dari Jawa Pos Group. Perjalanan panjang Johnny di dunia wartawan membuktikan idealisme dan semangat juang dalam pers tanpa batas.
Alumnus Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Ibnu Chaldun Jakarta dan Magister Ilmu Komunikasi Universitas Sahid Jakarta, itu terus gelisah dan punya motivasi yang kuat berbuat sesuatu di tengah industri media yang sedang tidak baik-baik saja.
“Saya ingin berbuat sesuatu dan menggerakkan ikhtiar bersama untuk mengatasi masalah PHK besar-besaran terhadap wartawan yang sekarang ini banyak terjadi di media-media di Indonesia,” ujarnya.
Selain punya rekam jejak panjang di dunia jurnalistik dan organisasi kewartawanan, Johnny juga sudah teruji punya jejaring nasional yang luas dan strategis.
Mantan wartawan Harian Terbit, Berita Buana, dan Pelita yang mempersunting gadis asal Ternate-Tidore Dra Hj Mariam Hadi ini merupakan Alumnus KRA XXXIX Lemhannas RI tahun 2006.
Mantan Pimpinan Perusahaan Harian Umum ABRI (1998-1999) ini mendapatkan Piagam Kehormatan dari Gubernur Lemhannas dan Menteri Pendidikan Nasional karena kualifikasinya sebagai dosen Ilmu Kewarganegaraan.
Di lingkungan organisasi profesi, Johnny pernah sebagai Ketua Departemen Pertahanan dan Militer PWI Pusat (2003-2008) dan Anggota Dewan Penasihat PWI Pusat (2008-2013). Saat ini Johnny menjabat sebagai Ketua Dewan Penasihat PWI Jaya (2024-2029) dan Ketua Dewan Kehormatan Forum Pemred Media Siber Indonesia.
Pada 2015, Anggota Bidang Organisasi dan Hubungan Antar Daerah DPP Ikatan Alumni Lemhanas RI (2015-2020) ini mendapat penghargaan Brevet TNI dari Panglima TNI Jenderal Moeldoko. Sebuah pengakuan atas kontribusinya di bidang pertahanan dan keamanan negara.
Mantan Ketua RT 004/014 Kelurahan Klender Duren Sawit Jakarta Timur ini memiliki tiga anak berprestasi. Putrinya, Diah Ayu, alumni London School of Public Relations (LSPR) Jakarta, istri Kombes Pol Anton Firmanto, saat ini Kapolres Balikpapan.
Putranya, Mayor Dwi Harmanto, Abituren Akmil, 2011, perwira aktif di Bekangdam Jaya. Anak bungsunya, dr. Milka Anisya, dokter lulusan Universitas YARSI dan Magister ARS Universitas Pelita Harapan (UPH) Jakarta, isteri dari Ray Zulham Farras Nugraha, Ketua Umum Pengurus Besar Tinju Indonesia (Perbati).
“Alhamdulillah anak-anak kan sudah selesai semua. Sekarang saya punya banyak waktu. Bisa lebih fokus mengabdi dan membesarkan organisasi (PWI),” kata Ketua/Anggota Badan Pembina Yayasan Mesjid An-Nur Buaran Indah Duren Sawit ini.
Dengan kerendahan hari, Johnny memohon dukungan teman-teman pengurus dan anggota PWI di seluruh Indonesia untuk mendukungnya sebagai Ketua Umum PWI Pusat,.
“Saya memohon dukungan dari semua teman-teman pengurus dan anggota PWI. Tekad saya satu saja, mari kita bersatu, bangkit dan membuat siapapun respek dan bangga terhadap PWI,” harapnya.
Diketahui, kepengurusan PWI Pusat masa bakti 2023-2028 terjadi dualisme. Ada kepengurusan PWI Pusat dengan Hendry Ch Bangun sebagai ketua umum, dan satu lagi dengan ketua umum Zulmansyah Sekedang.
Situasi ini membawa keprihatinan dari berbagai pihak, termasuk di kalangan wartawan di seluruh tanah air. PWI terjebak dalam dinamika konflik internal yang merusak citra organisasi wartawan tertua di Indonesia ini.
Melalui upaya mediasi berbagai pihak, kedua kubu akhirnya bersepakat melaksanakan Kongres Luar Biasa (KLB) untuk memilih ketua umum yang baru. (RIO)