Khazanah Antarmazhab

  • Bagikan

Berbincang bersama salah seorang sosok intelektual yang satu ini kita seolah tidak kekurangan wawasan atau pengetahuan. Tak ada yang kurang dalam diskusi terkait pemahamannya soal khazanah pemikiran dalam Islam. Termasuk diskusi menyangkut politik Islam kontemporer, dan sejarah peradaban Islam masa lalu dan hegemoni barat di Maluku.

Pun perang opini yang sempat mengemuka dalam kasus kontak senjata antara Iran vs Israel baru-baru ini dan berbuntut pada upaya adudomba soal khazanah klasik pemikiran antarmazhab Syiah-Sunni juga menjadi tema menarik dalam bincang-bincang saya dengan figur yang satu ini di ruang kerjanya Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Abdul Muthalib Sangadji Ambon, Selasa, (8/7/25).

Siapa gerangan nama beliau?

Bagi kalangan intelektual, akademisi, dan pegiat perdamaian di Maluku namanya sudah tak asing. Ia tidak lain DR.Abidin Wakano, M.Ag. Jabatan sehari-hari adalah Rektor UIN Abdul Muthalib Sangadji Ambon.

Saya tadinya ingin bertemu Dr.Abidin Wakano setelah janjian untuk suatu urusan meminta tanda tangan beliau pada kata pengantar buku saya. Di luar agenda tandatangan itu mengalirlah aura keilmuwan sang doktor pemikir Islam itu.

Dr. Abidin Wakano yang saya tahu adalah “duta” perdamaian. Di samping sebagai dosen ia adalah seorang pekerja kemanusiaan untuk resolusi konflik.

Kalau ada jihad untuk membunuh, kata Dr.Abidin Wakano, maka harus ada pula jihad untuk berdamai. Jadi kalau ada namanya provokator maka harus ada pula namanya provokator damai sebagai bentuk antitesa dari provokator.

Sejak kecil Dr. Abidin Wakano sudah dibesarkan dalam lingkungan pendidikan agama di organisasi Nahdatul Ulama. Ayahnya bernama H. Umar Wakano (Alm) yang pensiunan pada Kantor Kemenag Provinsi Maluku itu adalah seorang tokoh agama yang juga dikenal sebagai mantan Ketua Wilayah NU Maluku.

Dr.Abidin Wakano dilantik di Jakarta sebagai Rektor UIN Abdul Muthalib Sangadji Ambon oleh Menteri Agama RI Prof. Dr.H. Nasarudin Umar, Senin, (30/6/25).

Mantan aktivis HMI Ambon ini termasuk salah satu think thank atau pemikir yang tergabung dalam tim penyusun naskah pidato pada masa gubernur Maluku dipimpin oleh Pak Karel Alberth Rahalalu dan Pak Said Assagaff.

Bersama Pdt DR.Jack Manuputty dari Gereja Protestan Maluku (GPM) mereka kerab diundang oleh sejumlah lembaga internasional untuk menjadi pembicara soal resolusi konflik — tidak saja di Ambon dan beberapa kota lain di Tanah Air — tapi mereka diundang hingga mancanegara.

Itu pula membuat sosok DR Abidin Wakano dan Pdt DR Jack Manuputty kerab diidentikkan sebagai agen Provokator Damai yakni sebuah antitesis terhadap para provokator di tengah konflik sosial yang sengaja memprovokasi masyarakat.

Tentang perang opini dan upaya pecah-belah mazhab Syiah-Sunni selama perang 12 hari Iran vs Israel, 13 Juni 2025, lalu, menurut Dr Abidin Wakano mestinya tidak perlu terjadi.

Sebab, kata beliau, bagi Anda yang pernah bergelut pada studi pemikiran dalam Islam polemik soal mazhab Syiah vs Sunni sudah menjadi kekayaan khazanah intelektual sejak awal Islam.

“Kalau ada yang menyeret Syiah-Sunni ke pertentangan soal mazhab tidaklah tepat. Mengapa? Karena pemikiran keagamaan soal mazhab Syiah-Sunni dalam Islam itu sudah ada sejak lama,” ujarnya.

Karena itu bila kemudian muncul polemik dan upaya saling mengkafirkan dalam konteks antarmazhab Syiah-Sunni itu tidak lepas dari upaya adu-domba oleh pihak barat untuk memecah-belah konsentrasi di dalam Islam.

Sepengetahuan Dr Abidin Wakano, persoalan perang di Timur Tengah itu lebih pada masalah ekonomi dan politik. Tidak terkait soal ideologi.

Amerika Serikat yang hari ini menjadi polisi dunia tak mau kehilangan power di Timur Tengah untuk menguasai ladang minyak di sana. Dan, hari ini kita menyaksikan begitu banyak Amerika Serikat telah membuat pangkalan militer di kawasan Tanah Arab tak lain untuk mempertahankan hegemoni.

Itulah mengapa Sunni yang dominan berada di tanah Arab dan Syiah yang mayoritas di Iran dibuat seolah ada pertentangan. Padahal, sebenarnya Syiah juga ada di Arab juga sebaliknya Sunni juga ada di Iran meski tidak banyak.

Iran menjadi pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam tempat dimana lahir banyak ilmuwan besar, juga para penyair hebat seperti Rumi, Hafez, dan Omar Khayyam.

Siapa tak kenal pakar Iran bernama Al-Farabi ilmuwan dan filsuf serba bisa. Siapa tak kenal Ibnu Sina seorang dokter muslim yang filsuf dan oleh barat dikenal dengan nama Avicenna. Pun siapa tak kenal Al-Khawarizm penemu angka “0”. Mereka ini semua berasal dari Iran.

“Dan, siapa tak kenal Imam Al-Ghazali yang teolog, filsuf, dan punya kitab terkenal yakni Ihya Ulumuddin. Siapa tak kenal pemikir Islam kontemporer Ali Syariati, Murthada Munthahari, Mulla Sadra, Allamah Thabatabai dan Ayatullah Rohullah Khomeini pemimpin Revolusi Islam Iran itu,” ujarnya.

  • Bagikan

Exit mobile version