Mereka semua ini adalah pemikir dan ilmuwan yang hari ini banyak di antara intelektual kita di Tanah Air telah menjadikan buku dan kitab mereka sebagai rujukan. Mereka adalah sosok yang telah menjadi idola juga sebagai inspirasi tokoh pergerakan.
Pada masanya kita melihat begitu banyak stiker Imam Khomeini di pasang dimana-mana oleh para aktivis setelah Revolusi Islam Iran 1979 yang dipimpin Khomeini berhasil menumbangkan rezim Dinasti Reza Pahlevi yang modernis dan pro barat.
Setelah revolusi ini akhirnya berdirilah negara Republik Islam Iran hingga kemudian menjadi salah satu negara Islam di Timur Tengah yang ikut memainkan peran sentral dalam geopolitik melawan hegemoni barat.
Mestinya diskusi saya hari itu bersama putera Negeri Latu, kelahiran Kairatu, Pulau Seram, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), 5 April 1973, itu bukan soal perang Iran vs Israel.
Tapi, gara-gara polemik soal mazhab Syiah-Sunni yang sengaja diserem-serempet oleh para netizen dalam perang itu membuat diskusi kami pun melebar. Kebetulan Dr. Abidin Wakano memang mengambil studi khusus S2 dan S3 tentang kajian pemikiran dalam Islam.
Apa yang terjadi hari ini atas hegemoni barat melalui tangan Amerika Serikat di Timur Tengah tak lepas dari pengalaman masa lalu yang pernah terjadi di Maluku ratusan tahun silam melalui politik devide et impera. Karena ingin menguasai ekonomi di Maluku Belanda akhirnya melakukan politik pecah belah atau adu-domba.
Dalam sejarah, Iran adalah negeri yang tidak pernah takluk pada barat. Ia satu-satunya negara Islam sejak zaman Persia telah menjadi sebuah negara tangguh. Mereka punya ilmuwan dan orang-orang pintar tidak terkalahkan.
“Hanya negeri yang punya ilmuwan yang hebat yang bisa menjadi bangsa yang tangguh. Dan, itu sudah dibuktikan oleh bangsa Iran hari ini,” ujarnya.
Kalau hari ini ada upaya untuk mengadu-domba Islam di Timur Tengah untuk melawan Iran, maka tak ada cara lain harus dibuat politik pecah-belah. Dan, melalui pendekatan sektarianisme itulah barat sengaja membuat dikotomi antarmazhab Syiah-Sunni untuk melawan Iran. Dan, hingga kini Iran adalah negeri tak terkalahkan oleh barat dan tak bisa menembus untuk menghancurkan negeri para mullah itu.
Perang 12 hari Iran vs Israel yang kali ini mendapat simpati dunia luar atas serangan rudal Iran yang menyerang Israel secara bertubi-tubi itu membuktikan secara tidak langsung telah menurunkan reputasi Israel pun negara-negara sekutu barat AS.
Aksi balasan Iran atas Israel hari itu memberi sinyal pada kita bahwa penindasan Israel terhadap tanah Palestina haruslah diakhiri. Sebab, sampai kapanpun Israel tidak akan memenangkan pertarungan di kawasan Timur Tengah.
Kalau upaya damai di kawasan Timur Tengah tak dilakukan maka serangan rudal Iran yang ikut menghancurkan fasilitas Israel saat itu menjadi bukti bahwa bukan saja Israel yang terpuruk di tengah lautan bangsa Arab, tapi AS dan Eropa yang selama ini berada di belakang Israel juga akan semakin terkucil.
Mereka ini akan terus terpukul di tengah tekanan dunia internasional atas kekejaman rezim Zionis di atas tanah Palestina tempat dimana turunnya tiga agama Samawi: Yahudi, Kristen, dan Islam, itu.(*)