RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Langit Langgur pagi itu mendung, seolah turut berkabung. Rabu, 2 Juli 2025, di halaman RSUD Karel Sadsuitubun, aroma duka menggantung pekat di udara. Dua peti jenazah dibalut bendera, diam dalam kesunyian, menunggu untuk pulang. Bukan ke rumah, tapi ke keabadian.
Mereka adalah Septian Eka Rahmadi (22) dan Bagus Adi Prayogo (21), dua mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, yang gugur dalam tugas pengabdian Kuliah Kerja Nyata (KKN), tenggelam dalam pelukan ombak di perairan Debut, Maluku Tenggara.
Sejak pagi pukul 09.00 WIT, persiapan dilakukan dengan hening yang nyaring. Di tengah kesibukan administrasi rumah sakit, mata-mata yang sembab menyiratkan luka batin yang dalam. Kedua jenazah akan diberangkatkan ke Ambon, menuju pelukan keluarga dan tanah kelahiran.
Orang-orang penting hadir dalam balutan duka, Bupati Maluku Tenggara M. Thaher Hanubun, beserta wakilnya C. Viali Rahantoknam, Wakil Walikota Tual Amir Rumra, Dandim 1503/Tual Letkol Inf Andi Agussalim, Danyon Brimob Batalyon C Pelopor Kompol Rudi Muskitta, Kasi Propam Polres Maluku Tenggara Ipda A. Rettob.
Hadir juga Dr. R.A. Antari Inaka Turingsih, S.H., M.Hum selaku dosen pembimbing di Fakultas Hukum UGM dan Prof. Rahmawan yang juga selaku dosen pembimbing. Mereka datang bukan sebagai pejabat, tapi sebagai pelayat yang membawa belasungkawa mewakili seluruh negeri.
Pukul 09.30 WIT, iring-iringan jenazah meninggalkan RSUD. Di sepanjang jalan menuju Bandara Karel Sadsuitubun, sunyi memeluk setiap langkah. Bendera setengah tiang berkibar lunglai. Bahkan angin pun berbisik perlahan, seakan takut mengganggu duka yang menggantung.

Sesampainya di bandara pukul 10.20 WIT, seluruh proses tampak tertahan oleh waktu. Pesawat Lion Air JT 881 yang seharusnya mengantar kepergian, tertunda hingga pukul 13.30 WIT. Seolah langit pun belum rela melepaskan.
Dan tepat pukul 13.43 WIT, upacara pelepasan digelar. Lapangan bandara berubah menjadi altar perpisahan. Bupati Thaher Hanubun memimpin langsung upacara di bawah langit kelabu. Sekitar 150 orang terdiri dari PNS dan mahasiswa UGM, berdiri membentuk lingkaran haru.
Dalam amanatnya, sang bupati berkata lirih namun pasti. “Musibah ini bukan buatan manusia. Ini adalah ketetapan Tuhan. Kita hanya bisa menerima dan memeluk luka ini dengan keikhlasan,” tuturnya.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada TNI, Polri, tenaga medis, Basarnas, dan masyarakat yang telah berjibaku dalam pencarian hingga akhirnya dua sosok muda itu ditemukan.
Kemudian, dengan mata yang nyaris basah, Bupati menyerahkan dua jenazah kepada pihak kampus. Sebuah simbol, bahwa tanggung jawab daerah telah ditunaikan. Kini, mereka akan kembali ke pelukan almamater dan keluarga.
Di kesempatan itu, Dr. R.A. Antari Inaka Turingsih, dosen pembimbing mereka di Fakultas Hukum UGM, menyampaikan pesan dengan suara gemetar.
“Kami sangat kehilangan. Namun kami ingin adik-adik mahasiswa KKN lainnya tetap kuat, tetap semangat. Ini duka, tapi juga pengingat akan makna sejati pengabdian,” pesannya.
Ia pun menghaturkan terima kasih kepada seluruh pihak di Maluku Tenggara atas kepedulian dan kerja sama tanpa batas.
Suasana menjadi puncak haru saat penghormatan terakhir dilakukan. Seluruh hadirin berdiri tegak, memberi hormat kepada dua jenazah yang terbaring dalam damai. Di bawah langit yang mulai terang, doa-doa dilepaskan seperti burung-burung putih ke angkasa.
Pukul 14.05 WIT, Bupati, Wakil Bupati, Wakil Walikota, Dandim, Danyon Brimob, dan rombongan mengiringi langkah terakhir menuju pesawat. Tak ada tepuk tangan, hanya isak tertahan dan mata yang menolak berkedip.
Pukul 14.40 WIT, pesawat Lion Air JT 881 akhirnya lepas landas. Dua peti itu terbang, membawa sepasang nama yang kini telah menjadi cerita tentang pengabdian, tentang keberanian, dan tentang duka yang tak akan mudah dilupakan.
Dan Maluku Tenggara pun kembali sunyi, menyimpan jejak langkah dua mahasiswa UGM yang pernah datang membawa cahaya harapan dalam misi KKN, dan pulang membawa pelajaran tentang betapa agungnya makna pengabdian bagi masyarakat. (RIO)