Ajang Pagelaran Seni Budaya Nusantara yang digelar SMANSEB Ambon boleh dikata wah. Sudah dua kali saya mengikuti lomba seni budaya nusantara oleh SMANSEB Ambon ini tapi penampilan yang digelar kali ini di Teater Gedung Budaya Maluku, Karang Panjang, Ambon, jauh lebih menarik, Rabu, (28/5/25).
Atraksi seni budaya diikuti tarian dan pakaian dari beragam daerah oleh siswa/siswi ini memukau para anak didik dan orang tua wali-murid. Ditunjang oleh dekorasi, lampu, dan sound system, di ruang teater yang menampung lebih 600 undangan itu membuat Pagelaran Seni Budaya Nusantara ini patut diapresiasi.
Tak salah Kadis Pendidikan Maluku James Thomas Leiwakabessy yang membuka ajang ini merasa bangga dan mengajak para guru agar terus memacu kreatifitas para siswa dalam bidang seni dan budaya.
Pagelaran Seni Budaya Nusantara SMANSEB Ambon ini menurut Thomas Leiwakabessy menunjukkan sebuah bentuk kepedulian dari sekolah yang dipimpin Kepsek Drs. La Ima Kampono, M.Pd, itu.
Ia melihat pagelaran seni budaya para siswa ini menunjukkan salah satu bentuk konsistensi bagi seorang pendidik tidak saja untuk dunia pendidikan, tapi dengan ajang ini kita telah ikut melestarikan dan memperkuat nilai-nilai kesatuan, kebersamaan, dan keberagaman yang inklusif bagi bangsa juga untuk kita di Maluku.
Melihat antusiasme para siswa pada ajang ini oleh Kadiknas Maluku Thomas Leiwakabessy memberikan apresiasi. Pagelaran seni budaya ini dinilai tidak saja berguna untuk lingkungan sekolah, tapi diluar sana mereka ini sesungguhnya adalah pahlawan budaya karena mereka telah ikut berperan melestarikan dan menjaga keragaman yang inklusif.

Ini untuk kali pertama saya ke ruang Teater Taman Budaya Maluku untuk menghadiri undangan orang tua wali-murid. Sebelumnya, dulu beberapa kali saya pernah ke tempat ini tapi di gedung berbeda saat mengikuti kegiatan dan menggelar pelatihan oleh Maluku Media Center (MMC).
Baru sekali ini saya melihat ada ruang teater yang dikelola oleh Kantor Dinas Pendidikan Maluku tampak begitu wah. Menurut petugas ruang teater ini baru direnovasi tahun 2015 lalu.
Kini, saatnya ajang seni dan budaya di Maluku harus bangkit seiring nama besar sejarah yang telah banyak ditorehkan oleh para seniman kita di daerah ini.
Dan, ini membuktikan kita tentu tidak kekurangan baik berupa fasilitas lokasi tempat pementasan teater maupun para pekerja seni di Maluku. Sekarang tinggal niat baik dari para stakeholder lembaga pendidikan untuk mau atau tidak menggerakkan dunia seni dan budaya untuk anak didik kita.
Kita tentu bersyukur orang seperti “Diaz Dosa” satu di antara seniman yang dimiliki daerah ini hingga kini masih tetap eksis menekuni dunia seni dan budaya. Ia adalah sosok seniman yang telah ikut berperan mengawal anak-didik SMANSEB Ambon menekuni dunia seni seperti dalam penampilan mereka di Ruang Teater Taman Budaya Maluku, itu.
Sebelumnya, “Diaz Dosa” bersama para mentor teater juga pernah menampilkan sebuah pementasan festival seni budaya digelar oleh sekolah yang sama di aula Badan Pertanahan Kota Ambon. Lalu diikuti pula oleh atraksi pementasan seni oleh 360 siswa/siswi SMA menandai berakhirnya Ujian Akhir Sekolah, Sabtu, (9/3/24).
Lantas, Februari 2025 bersama para mentor terater Ambon mereka juga pernah menggelar acara serupa tapi dengan nuansa berbeda. Bersama para siswa SMANSEB terpilih di bawah Yayasan Embun Ambon yang dipimpin “Diaz Dosa” itu mereka mengetengahkan 12 topik teater bertema: Broken II Bicara dan Protes Lewat Kesenian, Pulang, Bumi Manusia, Koruptor yang Budiman, Napak Tilas, Ayahku Pulang, Tifa Hatukau, Puisi Catatan Anak Gersang, Raut Laut, Aku Vs Ayahku, Makuku Marahua, dan DAN Kata-Kata Belum Binasa.
Siapakah sosok “Diaz Dosa” itu?
Ia tak lain guru seni budaya pada SMANSEB Ambon. Dialah sosok yang berada di balik bersama para koreografi atau mentor teater Ambon membuat ajang Pagelaran Seni Budaya Nusantara ini berjalan sukses.
Setiap tahun SMANSEB Ambon memang menggelar ajang seni. Untuk menghasilkan karya seni bermutu sebagaimana yang dipagelarkan itu membutuhkan latihan selama lebih lima bulan.
“Diaz Dosa” adalah nama pena di kalangan pekerja seni Kota Ambon bernama lengkap Said Magribi (baca Monday: Diaz Dosa dari Banda, 19/2/24).
Pria berdarah Banda, kelahiran Kota Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, 25 Mei 1966 itu, sejak muda ia telah mengawali pendidikan seni pada Sekolah Pendidikan Seni Menengah Pertama Ambon.
Selain menjadi founder pada sejumlah yayasan seni seperti Yayasan Bengkel Seni Ambon ia juga aktif menjadi guru freelance mengajar mata pelajaran yang sama untuk para siswa/siswi pada sejumlah sekolah di Kota Manise.
Di tangan Pak “Diaz Dosa” inilah pagelaran seni budaya khususnya di SMANSEB Ambon terasa lebih hidup.
Tentang pagelaran seni budaya nusantara ini tentu membutuhkan kepedulian semua pihak. Baik sekolah, orang tua wali murid, juga dinas terkait.
Untuk mengasah kemampuan dan rasa memiliki atas nilai-nilai keragaman seni, budaya, dan musik, para stakeholder dan lembaga-lembaga pendidikan di daerah ini haruslah terus menumbuhkan kepedulian yang sama untuk menghidupkan pentas seni semacam ini.
Caranya harus melakukan kolaborasi bersama para pekerja seni. Sebab, dengan menjadikan ajang ini ke pentas teater di sana ada kebanggaan dalam memperkenalkan nilai-nilai budaya nusantara juga akan membentuk kesadaran dan karakter anak-didik kita pada nilai-nilai keragaman dan inklusifisme.
“Diaz Dosa” mengakui secara pribadi untuk meyakinkan pihak sekolah menggelar acara pentas seni seperti ini sangat tidak mudah. Butuh pembuktian yang benar-benar terukur. Belum lagi tidak semua guru mau mendukung.
Sejalan dengan saran Kadiknas Maluku Thomas Leiwakabessy itu, penganyaan pendidikan untuk memperkaya kemampuan siswa/siswi yang sifatnya kokulikuler di bidang seni dan budaya ini perlu mendapat perhatian.
Semoga melalui ajang Pagelaran Seni Budaya Nusantara yang ditampilkan siswa/siswi SMANSEB Ambon, Rabu lalu itu, —sebagaimana dikatakan Kadiknas Maluku Pak Thomas Leiwakabessy— selain melestarikan nilai-nilai seni dan budaya secara tak langsung mereka ini juga telah ikut menjadi bagian dari duta budaya sekaligus berperan menjaga dan memelihara keragaman dan memperkuat kohesi sosial yang inklusif.(AHMAD IBRAHIM)