RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Sejumlah pihak menyuarakan kekecewaan terhadap pelayanan PT Pelindo IV Cabang Ambon, khususnya di area pelabuhan penumpang, yang dinilai belum optimal.
Pelabuhan berstatus kelas I ini mestinya menerapkan standarisasi pelayanan maksimal untuk melayani pihak pihak pengguna jasa. Namun, sejauh ini masih banyak kelemahan dalam sistem pelayanannya.
Contohnya, PT. Pelni Cabang Ambon, sebagai operator kapal yang menggunakan jasa Pelabuhan dengan membayar berbagai biaya, seperti sandar dan pas pelabuhan, masih menghadapi kualitas pelayanan yang tidak sebanding dengan biaya yang keluarkan.
“Kami sudah bayar, bahkan biayanya terus naik tajam, tapi pelayanannya begitu-begitu saja. Harusnya kami terima bersih. Bahkan untuk urusan keamanan, kami harus sewa sendiri,” ujar, salah satu Pegawai Pelni yang enggan disebut namanya.
Ia juga menyoroti adanya perlakuan berbeda antara kapal dalam negeri dan kapal asing.
“Kalau kapal asing datang, pelabuhan bisa steril, kucing pun takut masuk. Tapi kalau kapal lokal yang datang, suasananya semrawut,” tambahnya dengan nada menyindir.
Menanggapi hal ini, General Manager PT Pelindo IV Cabang Ambon, Zahlan, menjelaskan bahwa pihaknya terus melakukan pembenahan, namun tantangan utama adalah lokasi pelabuhan yang berdempetan langsung dengan permukiman dan pasar tradisional.
“Pelayanan kami mencakup bongkar muat peti kemas, distribusi barang, hingga terminal penumpang. Namun, menjaga area steril di pelabuhan menjadi tantangan besar karena banyaknya aktivitas masyarakat sekitar,” jelas Zahlan, Jumat (9/5/2025).
Ia mengungkapkan bahwa pedagang asongan masih kerap masuk ke area pelabuhan dengan berbagai modus, meski hanya 325 pedagang yang terdata resmi sebagai mitra Pelindo.
“Kami menduga masih ada keluarga atau pihak lain yang menyusup. Itu tidak dibenarkan,” tegasnya.
Lebih jauh, Zahlan juga menyoroti kondisi fisik pelabuhan yang masih memungkinkan akses ilegal, termasuk kasus warga yang berenang di kolam pelabuhan.
“Itu berbahaya dan tidak diperbolehkan. Namun karena banyaknya celah, terkadang masih kecolongan. Ini jadi tanggung jawab bersama antara security, KPLP, dan instansi terkait lainnya,” tambahnya.
Ia menegaskan bahwa pihaknya telah mengajak koperasi dan para pedagang untuk berdialog menjelang renovasi terminal penumpang tahun ini.
“Kami tidak tinggal diam. Edukasi dan koordinasi terus dilakukan. Tapi butuh dukungan semua pihak, termasuk masyarakat, untuk menciptakan pelabuhan yang tertib dan aman,” ujarnya.
Zahlan juga mengakui bahwa perlakuan berbeda terhadap kapal asing dan kapal lokal tidak dapat dihindari karena alasan strategis dan ekonomi.
“Kapal asing membawa potensi devisa, wisatawan, dan protokol pengamanan yang ketat serta terkoordinasi lintas instansi, termasuk pemerintah dan aparat. Mulai dari pintu masuk hingga ke kapal, semuanya steril dan terkontrol,” ungkapnya.
Sebaliknya, kapal penumpang domestik seperti milik PT Pelni lebih bersifat subsidi negara dan melayani ribuan masyarakat, sehingga dinamika pelabuhan jauh lebih kompleks.
“Dengan banyaknya pengantar dan penjemput, suasananya tentu berbeda. Tapi kami terus berusaha agar layanan tetap ditingkatkan tanpa mengabaikan aspek keamanan dan kenyamanan penumpang,” pungkasnya. (CIK)