RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID, AMBON, — Kinerja panitia penyelenggara Perbasi Cup 2025 Kategori KU 16 18 di Kota Ambon, patut dipertanyakan karena terkesan amburadul. Bagaimana tidak, pelatih Klub Kapitan terkena hukuman lantaran salah satu pemain terlibat pemalsuan data.
“Kami dari Klub Kapitan mengaku bersalah sebab salah satu pemain terlibat pemalsuan data, dan itu sangat merugikan club. Kami terima jika pemain tersebut dihukum sebagai efek jera, tetapi alasan apa panitia memberikan hukuman bagi pelatih? Pelatih tidak mengetahui apa-apa mengenai data dan administrasi pemain. Itu adalah tanggung jawab manager dan klub. Tapi kenapa pelatihnya juga terkena hukuman tanpa dalil apapun,” tanya Ketua Klub Basket Kapitan, I Made Wahyu.
Dirinya meminta klarifikasi dari panitia maupun Perbasi alasan apa pelatih juga terkena hukuman.
I Made Wahyu sangat menyayangkan panitia tidak melakukan screening dengan baik, karena data semua sudah diserahkan ke panitia dan harusnya panitia juga ikut bertanggungjawab terhadap kelalaian ini.
Panitia tidak boleh lepas tangan dan memberikan seluruh hukumannya hanya untuk Klub Kapitan. “Panitianya juga harus dituntut mengapa mereka dalam melakukan screening, lalai untuk hal tersebut,” sesal dia.
I Made Wahyu juga mempertanyakan dalam point Technical Meeting, dinyatakan bahwa setiap klub yang melakukan protes harus memberikan uang jaminan sebesar Rp 10 juta, namun ketika ada klub yang memberikan laporan atau protes, tiba-tiba langsung diambil keputusan tanpa melalui proses administrasi pembayaran uang jaminan terlebih dahulu.
“Panitia telah melangkahi kesepakatan dalam Technical Meeting. Kami tidak melihat ada uang jaminan yang diberikan ketika protes berlangsung di quarter ketiga,”tanya I Made.
Selain itu, ketika Klub Kapitan Putri bermain, salah satu pemain kami terjatuh, namun sangat disayangkan tidak ada tenaga medis di lokasi perlombaan.
“Akhirnya kami harus membawanya ke rumah sakit, namun untuk keterangan agar bisa diklaim, kami disuruh mengganti keterangan kecelakaan dengan jatuh di rumah, kepleset, bukan jatuh saat perandingan,”sesal I Made seraya sangat menyayangkan hal-hal tersebut, karena menurut kami panitia tidak siap dan tidak bertanggungjawab serta terkesan lepas tangan dari musibah yang dialami pemain.
Selain itu, I Made Wahyu juga mempertanyakan perangkat pertandingan yang terlibat dalam panitia, sehingga Klub Kapitan sangat dirugikan.
Yang sangat disayangkan, kata I Made Wahyu, sebelum pihaknya menerima surat keputusan dari Perbasi, ada VN yang beredar dari salah satu pelatih Klub, yang memberitahukan kepada pemainnya bahwa point-point keputusan itu salah satu, pointnya yaitu pemainnya yang didiskualifikasi dan pelatih yang terkena hukuman.
“Sangat disayangkan kapasitasnya sebagai pelatih tapi karena merangkap juga sebagai perangkat pertandingan, dia memberitahu isi surat keputusan yang kami dari klub pun belum menerima keputusan tersebut,”ungkap I Made Wahyu seraya menuntut tegas pihak panitia maupun Perbasi untuk melakukan klarifikasi secara terbuka kami Klub Kapitan sudah dipermalukan secara terbuka.
“Kami merasa dipermalukan sebab ketika anak-anak kami bermain di babak final malah kami dipermalukan di muka umum, dimana panitia membacakan seluruh keputusan Perbasi, padahal kami dari pihak klub belum disurati. Kami menuntut tegas pihak Perbasi atau panitia untuk melakukan klarifikasi ini secara terbuka karena kami sudah di permalukan secara terbuka, terima kasih,”tutup I Made Wahyu. (IST)