Mampukah Widya Pratiwi Pertahankan Kursi Ketua?

  • Bagikan

Dihadang 4 Kandidat di Muswil PAN Maluku

Kursi Ketua DPW Partai Amanat Nasional (PAN) Provinsi Maluku periode 2025-2030 menjadi medan pertarungan politik yang tak bisa dianggap enteng. Petahana Widya Pratiwi Murad harus bersiap menghadapi gempuran dari empat kader internal yang menyatakan siap merebut tampuk kepemimpinan dalam Muswil ke-VI PAN Maluku.

Empat nama penantang itu yakni, Nita Bin Umar, Wahid Laitupa, M. Taufik Saimima, dan Pieter Tatipikalawan. Mereka telah mengembalikan formulir pendaftaran kepada Panitia Pelaksana Pendaftaran Balon Formatur Muswil, memastikan bahwa kontestasi kali ini tidak akan menjadi formalitas belaka.

Widya Pratiwi, yang menjabat sebagai Ketua DPW PAN Maluku sejak periode sebelumnya menggantikan Wahid Laitupa, kini harus membuktikan kembali kapasitas dan kepemimpinannya di tengah desakan regenerasi serta meningkatnya gairah politik kader muda dan senior.

Sementara itu, empat kandidat lainnya datang dengan kekuatan basis masing-masing. Seperti Wahid Laitupa dan Taufik Saimima, dikenal memiliki jaringan akar rumput yang kuat. Sementara Pieter Tatipikalawan dan Nita Bin Umar, disebut-sebut membawa visi segar untuk mengonsolidasikan PAN di tengah kompetisi ketat antarpartai menjelang Pemilu 2029.

Olehnya itu, Muswil PAN Maluku kali ini diprediksi berlangsung dinamis dan menentukan arah dan masa depan partai berlambang matahari putih di Maluku. Dan juga akan menjadi penentu, apakah kursi ketua akan tetap bisa dipertahankan Widya Pratiwi dengan kekuatan jejaringnya, atau justru bergeser ke kandidat lain yang dianggap lebih kompeten?

Terkait hal itu, Sekretaris Bapilu DPW PAN Maluku, Petrus Emanuel Temorubun, memastikan bahwa kepemimpinan sang petahana Widya Pratiwi masih sangat diinginkan oleh para kader internal, karena dinilai mempunyai kekuatan dari berbagai aspek, lebih matang dan mapan untuk menghandle PAN Maluku ke depan.

“Ibu Widya berhasil menjaga stabilitas partai di tengah situasi politik nasional yang dinamis. Ia juga punya kedekatan dengan DPP dan akses ke pusat kekuasaan, itu modal penting. Sehingga, kami semua ingin dan optimis Ibu Widya kembali memimpin PAN Maluku ke depannya,” ujar Petrus, saat dikonfirmasi media ini, di Ambon, Senin, 28 April 2025.

Alasannya lainnya, lanjut Petrus, kepemimpinan Widya Pratiwi telah membawa peningkatan popularitas PAN di wilayah Maluku. Hal ini dibuktikan dengan perolehan satu kursi DPR RI serta tiga kursi DPRD Provinsi Maluku, ditambah beberapa kursi di tingkat kabupaten/ kota. Capaian ini dinilai sebagai kemajuan signifikan bagi PAN di Maluku.

“Ketika Ibu Widya kembali terpilih, kami semua optimis akan ada peningkatan kursi DPRD di 11 kabupaten/ kota, termasuk di DPRD Provinsi Maluku. Karena faktanya, sebelumnya PAN hanya satu kursi di DPRD Maluku. Dan setelah dipimpin Ibu Widya, PAN peroleh tiga kursi. Sehingga ke depan akan bertambah menjadi tujuh kursi,” tandas loyalis Bunda Widya itu.

Dan tentunya, dengan capaian prestasi politik itu, maka harapan PAN secara nasional menuju empat besar itu akan terwujud, yang dikuatkan dengan kinerja seluruh DPW PAN se-Indonesia, lebih khusus di Provinsi Maluku yang dipimpin oleh Widya Pratiwi.

“Pada prinsipnya, semua kader punya potensi dan keinginan untuk memimpin PAN Maluku guna membawa arah perubahan yang lebih baik. Namun, melihat capaian kinerja Ibu Widya selama ini, kita juga harus memberikan kesempatan kepada beliau untuk kembali mewujudkan cita-cita PAN yang belum terealisasikan,” tutup Petrus.

Terpisah, Pengamat Politik, Amir Kotarumalos, mengatakan bahwa dinamika internal PAN Maluku menunjukan dinamika politik yang sangat aktif dan kompetitif dengan munculnya empat penantang Widya Pratiwi.

“Ini menandakan bahwa PAN Maluku memiliki kader-kader potensial yang percaya diri untuk memimpin partai,” katanya.

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Pattimura, itu menguraikan bahwa masing-masing kandidat membawa modalitas politik yang berbeda.

Di mana, Nita bin Umar dengan posisinya sebagai anggota DPRD Provinsi Maluku, ia memiliki legitimasi jabatan publik dan jaringan politik yang dapat dimanfaatkan.

“Taufik Saimima, Wahid Laitupa, dan Pieter Tatipikalawan, ketiganya memiliki pengalaman organisasi partai yang kuat, yang berpotensi memberikan mereka dukungan dari kader di tingkat bawah,” urai Amir Kotarumalos.

Meski demikian, munculnya banyak kandidat, kata Amir, dapat diinterpretasikan sebagai indikasi demokratisasi internal, di mana kader memiliki kebebasan untuk mencalonkan diri dan berkompetisi.

“Namun di sisi lain, hal ini juga bisa menjadi sinyal adanya friksi internal. Persaingan yang ketat seringkali memicu polarisasi dukungan dan potensi konflik. Penting untuk melihat bagaimana proses Muswil ini dijalankan,” jelasnya

Jika Muswil berjalan transparan dan adil, maka ini adalah indikator demokratisasi.

“Namun, jika diwarnai dengan praktik-praktik yang tidak sehat, maka ini adalah sinyal friksi internal yang serius,” ucapnya.

Ia juga mengakui bahwa peran DPP PAN dan dukungan struktural mempunyai pengaruh besar terhadap hasil Muswil, mulai dari kewenangan untuk mengatur mekanisme pelaksanaan Muswil, melakukan verifikasi dan penetapan calon, memberikan dukungan struktural kepada kandidat tertentu, termasuk dukungan politik dan sumber daya, dapat menjadi faktor penentu.

“Kandidat yang memiliki kedekatan dan dukungan dari elite DPP cenderung memiliki keuntungan. Namun, faktor-faktor lokal seperti jaringan dan pengaruh kandidat di daerah juga memainkan peran penting,” ungkapnya.

Muswil nanti, sambung Amir, bisa menghasilkan kepemimpinan yang legitimasi dan solid. Ini akan memperkuat konsolidasi partai. Kepemimpinan yang efektif dapat merumuskan strategi yang tepat untuk meningkatkan elektabilitas.

“Tapi jika ada konflik internal dan intervensi yang tidak sehat dapat memecah belah partai. Termasuk praktek politik uang dan kekecewaan kader dapat merusak citra partai,” jelasnya.

Dikatakan Amri, bahwa Muswil PAN Maluku adalah momen krusial yang akan menentukan arah partai di masa depan.

“Penting bagi PAN untuk memastikan bahwa proses ini berjalan demokratis dan menghasilkan kepemimpinan yang kuat dan legitimasi,” pungkasnya. (AAN)

  • Bagikan