Ketika Gigitan Mematikan Datang Tak Terduga

  • Bagikan

Wabah Sunyi Rabies di Ambon

RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Di sudut-sudut Kota Ambon yang biasa riuh oleh suara anak-anak bermain dan anjing-anjing berlarian, kini tersisa kecemasan.

Rabies, penyakit kuno yang menular melalui air liur dan gigitan hewan seperti anjing, kucing, monyet, dan kera, mulai menyerang warga.

Dalam empat bulan terakhir, enam warga kota ini meninggal dunia akibat gigitan anjing rabies.

Virus yang menyerang saraf dan bergerak cepat ini, hampir selalu berujung fatal jika tidak ditangani segera.

“Sudah enam orang meninggal terhitung dari Januari sampai akhir April ini,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Ambon, Muhammad Abdul Aziz, kepada koran ini, Minggu, 27 April 2025.

Ia mengungkapkan, penyebaran virus rabies di Ambon terfokus di beberapa wilayah, di antaranya, Passo, Kezia (Siwang), Kayu Putih, Latuhalat, dan Airlouw.

Data yang dihimpun Dinas Pertanian menunjukkan terdapat tiga kasus gigitan di daerah Passo, dua di antaranya berujung kematian karena korban menolak vaksinasi.

Kemudian daerah Halong Baru, terdapat satu korban meninggal dunia setelah menolak vaksinasi. Begitupun juga dengan daerah Kesya (Siwang), satu korban meninggal karena gigitan anjing rabies.

Selain itu, daerah Bentas terdapat satu kasus gigitan, dan daerah Poka (Kelurahan Tihu), juga terkait dua kasus gigitan. Tiga kasus ini berhasil tertangani setelah mendapat vaksin.

Di daerah Airlouw, juga terdapat dua kasus gigitan, satu korban meninggal, dan satunya lagi selamat berkat vaksinasi.

“Di Latuhalat juga ada, satu korban meninggal dunia akibat gigitan,” ungkap Abdul Aziz.

Di balik setiap angka itu, ada keluarga yang kehilangan orang tercinta, ada kekosongan yang tiba-tiba menyeruak di tengah kehidupan sehari-hari.

Menyadari ancaman serius ini, Pemerintah Kota Ambon bertindak cepat. Pada 17 April 2025, Wali Kota menerbitkan Surat Edaran tentang Peningkatan Kewaspadaan dan Penanganan Rabies. Awal Mei mendatang, pengadaan vaksin rabies secara massal akan mulai dilakukan.

Namun, tantangan tak mudah. Abdul Aziz mengakui keterbatasan stok vaksin akibat pemotongan anggaran APBD tahap II, yang mengikuti Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025. Dalam situasi darurat seperti ini, waktu menjadi musuh terbesar.

Pemerintah meminta masyarakat untuk tidak menyepelekan gejala rabies pada hewan peliharaan mereka. Anjing atau kucing yang tampak gelisah, agresif, atau menunjukkan perubahan perilaku drastis harus segera dilaporkan ke RT setempat, puskesmas, atau Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan.

Selain itu, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan mengkoordinasikan penanganan rabies di lokasi terindikasi gigitan rabies di seluruh Kota Ambon, menginventarisir jumlah pemilik anjing di seluruh Kota Ambon.

“Kami minta warga selalu waspada, dan apabila ada kasus gigitan atau menemukan gejala mencurigakan pada anjing maupun kucing, segera dimasukkan ke dalam kandang untuk dilakukan observasi oleh dinas terkait, atau laporkan ke RT untuk ditindaklanjuti,” pintanya.

Dan bagi korban gigitan, tindakan pertama sangat krusial, segera cuci luka dengan air mengalir dan sabun antiseptik selama 10 hingga 15 menit, oleskan alkohol atau yodium, dan segara ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan vaksin

“Jangan tunda. Rabies bergerak cepat. Selamatkan diri sebelum terlambat,” tegas Abdul Aziz.

Rabies adalah penyakit zoonosis yang menular dari hewan ke manusia. Setelah masa inkubasi, orang yang terinfeksi virus rabies akan mengalami berbagai gejala, mulai dari demam, tubuh lesu, sakit kepala, hingga kesulitan menelan dan produksi air liur berlebih. Tanpa pengobatan cepat, rabies hampir selalu berakhir dengan kematian.

Di tengah keterbatasan dan kecemasan, harapan tetap menyala. Pemerintah dan masyarakat kini bergerak bersama, berusaha menghentikan penyebaran rabies sebelum makin banyak nyawa yang melayang.

Karena di balik setiap gigitan yang tak tertangani, ada satu lagi kisah kehilangan yang tak ingin diulang. (MON)

  • Bagikan

Exit mobile version