Temui Komisi II DPRD Maluku
RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Empat perwakilan masyarakat adat Negeri Kayeli, Kecamatan Teluk Kayeli, Kabupaten Buru, yakni Ibrahim Wael, Anggos Wael, Ahmad Wael, dan Mansur Wael, menemui Komisi II DPRD Maluku untuk menyampaikan aspirasi menolak kehadiran 20 koperasi di kawasan tambang emas Gunung Botak.
Sebab, 20 koperasi yang dibangun oleh orang luar dan fokusnya mengelola limbah dan sedimen tersebut, diduga bergabung dengan oknum-oknum yang selama ini bermain mercuri di lokasi tambang emas Gunung Botak.
“Jadi dong (Mereka) ini bergabung dengan pemain lama di Gunung Botak yang main mercuri. Jadi, kami, masyarakat Kayeli menolak adanya 20 koperasi ini,” kata Ibrahim Wael, tokoh adat Negeri Kayeli, kepada wartawan di DPRD Maluku, Selasa, 22 April 2025.
Dari pengalaman mereka, kata Ibrahim, donatur koperasi yang lebih meraup untung besar ketimbang warga lokal yang dipekerjakan sebagai karyawan. Di mana, pembayarannya tidak sesuai.
“Bahkan, donatur untuk koperasi ini ada dari Tiongkok atas nama ibu Halena, dan donatur lokal yakni Gusman dan Ucok, yang mengaku sudah kantongi ijin dari Pemda Provinsi Maluku,” bebernya.
Ia berharap, aspirasi yang disampaikan bisa segera ditindaklanjuti secepatnya oleh Komisi II DPRD Maluku. Sehingga, dapat memberikan rasa keadilan bagi masyarakat adat setempat.
“Semoga apa yang kita sampaikan hari ini bisa menjadi perhatian DPRD untuk selanjutnya dibicarakan saat rapat berikutnya bersama Dinas ESDM,” harap Ibrahim.
Anggota Komisi II DPRD Maluku Anos Yermias, mengatakan, aspirasi para tokoh adat ini bahwa Gunung Botak termasuk dalam hak ulayat keluarga Wael. Sehingga, mereka menolak terhadap hadirnya koperasi yang sementara dibentuk untuk pengelolaan emas di Gunung Botak.
“Saya sudah terima aspirasi mereka, nanti kami teruskan kepada pimpinan untuk diagendakan dalam rapat komisi berikutnya dengan Dinas ESDM Maluku,” janji Anos, usai menerima perwakilan masyarakat adat Negeri Kayeli, kepada wartawan di kantornya.
Anos juga mengakui bahwa keberadaan tambang emas Gunung Botak sejauh ini belum memberikan manfaat untuk daerah Maluku. Dan selama ini hanya oknum tertentu yang mengambil keuntungan bukan.
Padahal, kata dia, jika dikelola dengan baik, sudah pasti akan memberikan kesempatan bagi warga Maluku untuk bekerja di daerahnya sendiri tanpa harus pergi bekerja ke Weda, Provinsi Maluku Utara.
“Kita punya tambang tapi orang-orang kita ke Maluku Utara kerja di sana. Kita berharap Gunung Botak harus di perhatikan secara baik agar bisa membawa manfaat bagi daerah, tidak saja di Buru, tetapi Maluku secara keseluruhan,” jelas Anos.
Ditanya apakah akan ada kunjungan komisi langsung ke lokasi Gunung Botak untuk menyaksikan aktivitas koperasi yang dibangun itu? Anos mengatakan hal itu tergantung dari hasil keputusan saat rapat berikutnya bersama Dinas ESDM.
“Untuk kunjungan ke sana nanti dilihat setelah rapat dengan Dinas ESDM. Kami sudah minta mereka tinggalkan nomor kontak untuk nantinya dihubungi guna agenda rapat berikutnya,” pungkasnya. (RIO)