Gaji Sembilan Dokter di RS Otto Kuyk Belum Dibayar

  • Bagikan

Yayasan Santo Lucas Jangan “Tutup Mata”

RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Yayasan Santo Lucas Keuskupan Amboina diminta untuk tidak “menutup mata” atas persoalan tunggakan pembayaran jasa pelayanan medis dokter pada Rumah Sakit (RS) Hative/ Otto Kuyk Passo, Kecamatan Baguala, Kota Ambon.

Pasalnya, sebanyak sembilan dokter RS Hative Passo yang terdiri dari enam dokter umum dan tiga dokter spesialis, hingga tahun 2025 ini belum juga menerima hak mereka (jasa pelayanan medis dokter) selama 14 bulan atau sejak Juli 2022 sampai dengan Agustus 2023.

“Kami minta apapun cara pembayarannya, mau dicicil ataupun tidak, yang penting ada itikad baik atau kejelasan dari ketua yayasan maupun direktur rumah sakit kepada kami,” tegas dr. Sofyan Umarella, Sp.PD, salah satu dokter spesialis RS Hative Passo, kepada media ini di Ambon, Rabu, 29 Januari 2025.

dr. Sofyan mengungkapkan, tunggakan jasa pelayanan medis yang belum dibayarkan kepada sembilan dokter itu di antaranya, DPJP atau dokter penanggungjawab, Poli Penyakit Dalam, Konsultasi Dokter, USG, dan Visite.

“Kalau dihitung-hitung, tunggakan jasa pelayanan medis untuk satu orang dokter spesialis saja nilainya ratusan juta. Sedangkan untuk satu orang dokter umum nilainya puluhan juta,” ungkapnya.

Dijelaskan, sebelumnya para dokter tersebut telah menyurati secara resmi ditujukan kepada Ketua Yayasan Santo Lucas RP. Amandus J. Balubun, MSC, dan tembusannya ke Direktur RS Hative Passo dr. Hans Liesay, M.Kes, dengan maksud menanyakan kejelasan pembayaran tunggakan jasa pelayanan medis dokter.

Menanggapi surat tersebut, Direktur RS Hative Passo dr. Hans Liesay, M.Kes, menerbitkan surat pernyataan yang diketahui Ketua Yayasan Santo Lucas RP. Amandus J. Balubun, MSC, tertanggal 18 November 2023, yang isinya menyatakan bahwa RS. Hative Passo akan menyelesaikan seluruh tunggakan jasa pelayanan medis dokter sejak Juli 2022 sampai dengan Agustus 2023.

“Karena memang terbukti tidak ada realisasi sebagaimana surat pernyataan yang diterbitkan direktur RS Hative Passo, maka kami kembali menyurati yang kedua kalinya ditujukkan kepada ketua Yayasan Santo Lucas tertanggal 15 Januari 2025, perihal hak kami kapan akan dibayarkan. Dan sampai sekarang pun tidak ada kejelasan,” keluh dr. Sofyan.

Ia beserta rekan seprofesi dan senasib juga telah bersepakat untuk melakukan aksi demonstrasi pada Sabtu, 1 Februari 2025, guna menyampaikan aspirasi atau keluhan mereka secara langsung di RS Hative Passo agar dapat menjadi perhatian serius.

“Rencana kami akan melakukan aksi demonstrasi di rumah sakit pada hari sabtu. Aksi demo ini sebagai bentuk kekecewaan kami karena hak kami tak kunjung dibayarkan oleh pihak yayasan dan rumah sakit,” tuturnya.

Meski tunggakan pembayaran jasa pelayanan medis dokter belum diselesaikan, sambung dr. Sofyan, namun dirinya bersama beberapa orang dokter yang senasib dengannya, hingga kini masih melakukan tugas-tugas mulia dengan melayani masyarakat.

“Walaupun tidak digaji namun sampai detik ini kami masih berpraktek, masih visite dan terkahir masih poli. Tapi nanti kedepannya kami tidak tahu. Karena salah satu dokter bedah sudah keluar karena masalah tersebut tak ada kejelasan. Sementara kami masih melakukan tugas karena kemanusiaan,” pungkas dr. Sofyan.

Terkait hal itu, Ketua Yayasan Santo Lucas RP. Amandus J. Balubun, MSC, mengakui bahwa pihaknya belum menyelesaikan tunggakan pembayaran jasa pelayanan medis dokter sejak Juli 2022 sampai dengan Agustus 2023.

Menurut Santo, dirinya juga sudah menyampaikan hal itu kepada Direktur RS Hative Passo dr. Hans Liesay, M.Kes, untuk memberikan penjelasan kepada sembilan dokter bahwa pihaknya bukan tidak mau membayar atau melupakan tunggakan jasa medik tersebut, tetapi akan tetap dibayar.

“Dalam laporan keuangan kita itu terhitung sebagai hutang kepada jasa medik. Pada prinsipnya kita tetap menjadikan tunggakan itu sebagai hutang dan kita wajib membayar tapi dengan cara menyicil. Dan kita juga tidak bisa menentukan pasti berapa besarannya yang akan kita cicil kepada masing-masing dokter tersebut,” akuinya.

Dijelaskan, dirinya mulai masuk Yayasan Santo Lucas pasca Covid-19 tahun 2023 lalu. Saat itu, rumah sakit sedikit kesulitan dalam hal pembiayaan rumah sakit dan juga ada penyelesaian bank yang harus diselesaikan.

“Kita waktu itu mengambil kebijakan untuk menyelesaikan di bank dulu. Setelah itu dalam pembicaraan dengan teman-teman dokter masalah tunggakan akan dinyatakan sebagai utang rumah sakit,” jelas Santo.

Tahun 2024, lanjut Santo, setelah pembayaran bank selesai, keuangan rumah sakit mulai membaik, dan rumah sakit bisa membayar jasa-jasa medik dengan normal.

“Saya juga sudah bicara dengan dr. Sofyan dua kali. Kita nyatakan bahwa kita akan bayar tapi mungkin tunggu waktu. Kita waktu itu juga sudah membuat surat pernyataan, kita kirim ke para dokter bahwa kita janji untuk membayar tapi kita tidak menentukan kapan pastinya kita akan bayar,” tuturnya.

“Dua Minggu lalu, dr. Sofyan juga telepon saya, dan saya sampaikan juga bahwa kita berjanji akan membayar tapi mungkin tahun ini kita akan membayar tapi tidak semua. Lalu dr. Sofyan juga mengatakan bahwa beliau juga mengerti karena rumah sakit juga kesulitan,” sambungnya.

Terkait salah satu dokter bedah yang keluar dari rumah sakit, kata Santo, dari informasi yang ia dengar bukan karena soal tunggakan jasa medik tidak dibayarkan, melainkan karena yang bersangkutan ingin fokus di tempat lain.

“Beliau tidak secara eksplisit mengatakan kepada kami yayasan atau kepada direktur rumah sakit bahwa beliau keluar dari rumah sakit karena jasanya tidak dibayar. Sejauh yang saya dengar, beliau tidak ada alasan seperti itu sebab yang saya tahu beliau itu orang baik,” pungkasnya.

Sementara itu, Direktur RS Hative Passo dr. Hans Liesay, M.Kes, yang coba dihubungi tidak merespon hingga berita ini diterbitkan. (RIO)

  • Bagikan

Exit mobile version