RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON — Anggota DPR RI Komisi X dari Fraksi PDI Perjuangan dapil Maluku, Mercy Chriesty Barends, melaksanakan reses di daerah pegunungan Negeri Maneo, Kecamatan Seram Utara Timur Kobi, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), Jumat, 13 Desember 2024.
Dalam pertemuannya bersama Raja Negeri Maneo Nikolaus Boy Ratan dan lima kepala dusun setempat dalam rangka menjaring aspirasi, di antaranya Dusun Siahari, Dusun Maneo Tinggi, Dusun Kabaelu, Dusun Mausuane, dan Dusun Siliha, Mercy Barends mengungkapkan bahwa masyarakat mengalami keterbatasan dalam banyak hal.
“Ini adalah masa reses yang saya isi dengan beberapa kegiatan. Khusus di Pulau Seram ini, saya memilih Negeri Maneo. Ternyata, masyarakat suku-suku pedalaman yang berada di Pulau Seram, khususnya Negeri Maneo ini, mengalami banyak sekali keterbatasan dalam banyak hal,” ungkap Mercy, kepada media ini.
Mercy mengatakan, sejumlah keterbatasan yang dikeluhkan masyarakat setempat itu di antaranya, pertama, aksesibilitas dan atau pembangunan infrastruktur publik termasuk jalan. Di mana, sampai dengan hari ini jalan masuk sampai ke suku pedalaman atas kurang lebih 19 km masih terlihat jalan bebatuan.
Meski telah dibongkar oleh PT. Nusa Ina, namun masyarakat tetap membutuhkan dukungan negara. Apalagi, menurut warga setempat status jalan ini masih jalan kabupaten. Jadi, harus dikoordinasikan dengan Dinas PU Kabupaten Malteng maupun Provinsi Maluku untuk mencari solusi yang terbaik.
“Kami di nasional misalnya, ketika berbicara jalan, maka yang bisa kami tangani adalah jalan yang statusnya nasional. Jadi, memang harus ada komitmen yang kuat oleh seluruh pemangku kebijakan untuk menolong masyarakat yang berada di wilayah-wilayah sulit atau terisolir seperti begini,” ucap Mercy.
“Sehingga kedepannya mobilisasi barang dan jasa termasuk hasil-hasil bumi mereka, hasil-hasil kebun mereka, bisa pasarkan dengan mudah. Dan hasil penjualannya bisa mereka gunakan untuk biaya pendidikan anak-anak mereka,” sambungnya.
Kedua, masalah sarana dan prasarana kesehatan. Menurut Mercy, yang dibutuhkan masyarakat di pegunungan Maneo adalah Puskesmas rawat jalan yang berada di Desa Morokay agar bisa ditingkatkan menjadi Puskesmas rawat inap.
Sehingga, masyarakat suku-suku pedalaman di Pulau Seram ini, ketika mereka berada di posisi mengidap penyakit kronis, maka pengobatannya cukup ke Puskesmas Morokay, dan mereka bisa tertangani dan tertolong sebagai tindakan pertolongan pertama.
“Dengan demikian harapannya adalah status Puskesmas yang awalnya hanya melayani rawat jalan pasien, kini bisa ditingkatkan menjadi Puskesmas rawat inap,” terang Mercy.
Yang ketiga, berkaitan dengan urusan pendidikan. Dikatakan Mercy bahwa di daerah ini setiap dusun mempunyai sekolah, termasuk sekolah yayasan dari YPPK. Sayangnya, tidak ada guru yang mengajar.
Apalagi, lanjut Mercy, dengan peraturan terbaru yaitu guru ASN ditarik dari sekolah-sekolah swasta. Sehingga, semua bertumpuk di sekolah SD dan SMP yang ada di Dusun Siahari, Negeri Maneo.
“Yang terjadi adalah satu guru baru saja pensiun dan tersisa satu orang guru, namanya Ibu Koba Batamala. Ibu guru ini ini harus mengurus seluruh anak-anak sekolah SD mulai dari kelas satu sampai dengan kelas enam. Setiap hari dia harus membagi tugas sekolah di luar. Kalau tidak cukup lagi, maka anak-anak didik harus datang ke rumahnya untuk proses belajar mengajar,” tuturnya.
“Ini tidak mudah, dan ini masih di Pulau Seram Kabupaten Maluku Tengah yang berhadapan dengan Pulau Ambon. Lantas bagaimana dengan pulau-pulau yang berada di daerah-daerah perbatasan? Saya yakin pasti ini akan lebih berat lagi,” sambung Mercy.
Sebagai anggota Komisi X yang membidangi urusan pendidikan, Mercy mengaku telah berkomitmen bersama masyarakat yang berada di wilayah Negeri Maneo, bahwa beasiswa yang berasal dari aspirasi anggota DPR RI di Komisi X, akan diberikan kepada anak-anak mereka mulai dari tingkat SD sampai SMA melalui Program Indonesia Pintar (PIP) hingga kuliah melalui program Kartu Indonesia Pintar) Kuliah.
“Karena ini kunjungan tutup masa kerja 2019-2024 dan buka masa kerja 2024-2029 di pegunungan seram ini, maka masyarakat pedalaman yang terpencil ini saya prioritaskan anak-anak mereka mendapatkan beasiswa tanpa mengabaikan masyarakat yang ada di berbagai belahan Provinsi Maluku, akan saya bagi secara adil dan merata,” janjinya.
“Sehingga harapannya semua anak Maluku itu bisa bersekolah. Sumber Daya Masyarakat (SDM) Maluku meningkat dan kita memiliki SDM yang berkualitas dan berdaya saing tinggi,” tambah Mercy.
Yang keempat, masalah sertifikasi tanah hak ulayat masyarakat Negeri Maneo. Dikatakan Mercy bahwa sebagian masyarakat telah mendapatkan sertifikat dukungan dari program prona, dan sebagian masyarakat lainnya oleh BPN tidak dikeluarkan sertifikatnya karena dianggap sebagian masyarakat tinggal di kawasan hutan lindung.
“Ini harus kita cari titik temunya. Masyarakat sudah tinggal di sini turun temurun 100 tahun begitu lamanya, kenapa pada saat pemberlakuan prona ini, hanya sebagian masyarakat saja yang dapat. Padahal mereka tinggalnya bertetangga,” ujar Mercy.
Kelima, terkait dengan masalah air bersih. Mercy menceritakan, ketika terjadi peristiwa kebakaran pada tahun 2015 lalu, seluruh instalasi air bersih terbakar. Kemudian dari musrenbang ke musrenbang, informasi atau usulan sudah disampaikan berulang-ulang kali, termasuk aksesibilitas jalan dan air bersih, namun tidak ditanggapi oleh pemerintah.
“Harapan kami baik pemerintah daerah, pemerintah provinsi, maupun pemerintah pusat, dapat melihat masalah yang dialami oleh masyarakat suku-suku terasing yang berada di wilayah pegunungan seram ini,” harapnya.
Dan yang keenam adalah masalah perekonomian. Menurut Mercy, masyarakat telah menyampaikan kepadanya bahwa Maneo adalah daerah yang sangat kaya akan hasil bumi atau kebun yang sangat banyak, namun belum dikelola secara profesional untuk peningkatan ekonomi masyarakat setempat.
“Harapan kami program pemberdayaan ke depan ini bisa berjalan dan masyarakat bisa kita bantu untuk meningkatkan kapasitas perekonomiannya secara bertahap,” ujarnya.
Mercy menjelaskan bahwa kehadirannya saat ini adalah bagaimana menjembatani, sehingga berbagai persoalan yang dialami masyarakat khususnya di daerah pegunungan Maneo bisa dicarikan solusinya.
“Tentu kita akan memperjuangkan namun kami membutuhkan data yang lengkap dan valid yang didukung oleh masyarakat setempat. Karena ada banyak persoalan tetapi persoalan-persoalan yang mengemuka seperti aksesibilitasi jalan, air bersih, pendidikan, kesehatan, perekonomian dan hak tanah ulayat adat ini juga menjadi perhatian serius kita bersama,” jelasnya.
Dalam rangkaian kegiatan reses, Mercy Barends juga menggelar acara syukuran awal pelayanan sebagai Anggota DPR RI Periode 2024-2029 bersama warga pegunungan Negeri Maneo yang dihadiri ratusan masyarakat dari Dusun Siahari, Dusun Maneo Tinggi, Dusun Kabaelu, Dusun Mausuane, dan Dusun Siliha.
Acara yang digelar di Gereja Sumber Kasih Dusun Siahari itu, dirangkai dengan ibadah Natal dan Tahun Baru, dilanjutkan pembagian bingkisan Natal berupa sembako sebanyak 250 paket secara simbolis oleh Mercy Barends kepada masing-masing kepala dusun tersebut.
Pantauan media ini, bahwa untuk tiba di Dusun Siahari ini, Mercy Barends didampingi suami Arnolod Lopulalan dan anak laki-laki Nessa Cicero Lopulalan beserta rombongan Rumah Aspirasi Mercy Chriesty Barends (RA-MCB), melakukan perjalanan lintas dari Ambon menggunakan mobil bus selama 15 jam, sejak pukul 05.00 sampai dengan 20.00 Wit.
Setibanya di pintu masuk pertama Dusun Siahari, Mercy Barends bersama keluarga dan rombongan Tim RA MCB disambut warga dengan Tarian Cakalele dan pengalungan Lopa-Lopa (tas gandong kecil yang dibuat dari bahan kulit pohon sagu).
Beberapa langkah berjalan menuju pintu kedua, Mercy Barends bersama keluarga dan rombongan Tim RA MCB disambut warga dengan nyanyian adat Negeri Maneo diiringi alat musik gitar. Selanjutnya di pintu ketiga, kembali disambut dengan nyanyian adat Negeri Maneo diiringi alat musik tifa. (RIO)