Tinggal dua hari lagi kita akan memasuki hari pencoblosan di bilik kotak suara untuk pemilihan kepala daerah secara serentak di seluruh Tanah Air tanggal 27 Nopember 2024.
Hari dimana kita akan menentukan siapa calon terbaik kepala daerah yang telah digadang-gadang untuk memimpin daerah kita lima tahun mendatang.
Dari catatan yang didapat pesta demokrasi lima tahunan ini akan diikuti oleh 37 provinsi dan 508 daerah/kota di seluruh Indonesia. Sebelum tiba minggu tenang, kita sudah menyaksikan begitu banyak program, visi, dan misi yang disampaikan oleh para pasangan calon kepala daerah: gubernur, bupati dan walikota.
Tak beda jauh dengan tempat lain, memasuki H-2 pencoblosan itu kita di Provinsi Maluku juga disibukkan oleh perang opini untuk menjagokan calon pemimpinnya. Isu yang muncul tak ada yang menonjol kecuali di antara para kandidat sedang beradu strategi mencari dukungan meraup kantong-katong suara.
Kita juga sudah melihat, membaca, dan menelaah pesan-pesan politik dan aneka janjinya kepada para pendukungnya dengan beragam petuah atau wejangan baik dengan nada santai hingga mengumbar sentimen.
Di tempat yang lain kita juga tidak lupa mencatat begitu banyak ucapan hingga memicu resistensi yang beredar di dunia nyata dan dunia maya (medsos) dengan bernada hasutan diikuti oleh bumbu-bumbu politik berbau SARA segala.
Menanti hari pencoblosan lusa alangkah baiknya kita harus menahan diri dari sikap-sikap negatif yang dapat memancing resistensi. Kita boleh berbeda dan menghargai setiap pilihan yang kita ambil berdasarkan keyakinan dalam memilih pemimpin. Tapi, perbedaan itu tidak mengharuskan kita saling membenci untuk kemudian kita saling menjatuhkan dengan cara-cara yang tidak elegan.
Pernyataan Ketua KPU Maluku M.Shaddek Fuad saat menggelar Sosialisasi Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang Damai dan Bermartabat di Provinsi Maluku Tahun 2024 bersama Pemrov Maluku, di Auditorium Universitas Pattimura (UNPATTI), Ambon, (20/11/24), patut diapresiasi.
Sosialisasi bertema: Sukseskan Pilkada Serentak Sebagai Implementasi Atas Cita: “Memperkokoh Ideologi Pancasila dan Hak Asasi Manusia (HAM)” yang dibuka oleh Pj Gubernur Malumu Sadali Lie, mengingatkan kita pentingnya melahirkan sosok pemimpin yang berkualitas.
Dalam sambutannya itu, Ketua KPU Shadek Fuad menekankan perlunya keikutsertaan dan partisipasi masyarakat pemilih agar dimengerti sehingga suara mereka tersampaikan dan kelak lahir pemimpin daerah terbaik.
Partisipasi masyarakat tentu diperlukan sehingga nantinya terwujud pemilu yang lancar, aman, damai, dan bermartabat. Selain pemilu yang damai, yang tidak kalah penting adalah lahir pemimpin daerah yang mumpuni.
Salah satu teori dalam dunia kepemimpinan menyebutkan maju tidaknya suatu negara atau daerah sebagaimana dikutip politisi Misbahul Huda sangat ditentukan oleh faktor kepemimpinan.
Dan, Pilkada tahun ini tentu sangat menentukan siapa figur sesungguhnya yang layak kita pilih nanti. Karena itu jangan sampai salah dalam memilih — siapa sosok pemimpin yang akan kita amanahkan itu maka sejak dini kita harus punya pilihan dan keyakinan yang tepat.
Jangan sampai impian kita untuk mewujudkan Indonesia emas hanya akan berujung kecemasan karena kesalahan kita dalam memilih pemimpin. Bukannya lahir generasi emas yang terjadi malah generasi cemas.
Dalam suasana memasuki minggu tenang untuk menanti hari pencoblosan kita harus lebih banyak merenung serta melihat sosok dan rekam jejak setiap calon kepala daerah yang akan kita pilih. Sebab, dari banyak pengalaman Pilkada dalam suasana semacam ini tidak sedikit kita memperoleh laporan oleh para kandidat melalui tim sukses banyak melakukan praktek money politik untuk “membeli” suara dengan mendatangi para pemilih.
Untuk melahirkan pemimpin berkualitas dan mumpuni sebagaimana yang diisyaratkan pengamat politik yang juga mantan wartawan itu tidak ada cara lain kita harus menghindari diri dari praktek-praktek kecurangan.
Sebab, terlalu mahal untuk mendapatkan pemimpin daerah berkualitas bila kita masih menjumpai kecurangan diikuti oleh tekanan di sana-sini.
Saatnya kita harus menjadi pemilih yang cerdas, tidak mau dibodohi oleh praktek politik uang. Pun politik pencitraan. Selagi kita masih membiarkan praktek kecurangan Pilkada ini terus terjadi maka sepanjang itu pula sebagai rakyat biasa kita akan terus dibodohi. Dan, mereka para calon pemimpin yang dipilih menggunakan praktek money politik akan terus menjadikan kemiskinan, kebodohan, pun pencitraan dalam arti negatif untuk melakukan kebohongan agar diterima di suatu lingkungan sosial masyarakat sebagai ajang eksploitasi guna meraih kekuasaan.
Karena itu, dengan melihat rekam jejak para kandidat jangan sampai kita salah dalam memilih pemimpin untuk mereka yang semata-mata memanfaatkan kemiskinan dan kebodohan sebagai ajang eksploitasi untuk meraih kantong-kantong suara.
Selain merendahkan harkat dan martabat, dalam demokrasi praktek jual beli suara ini akan melahirkan pemimpin yang tidak bermutu. Padahal untuk melahirkan kebijakan politik dan kesejahteraan rakyat sangatlah ditentukan oleh faktor kepemimpinan.
Dan, sebagaimana disebutkan sebelumnya oleh pengamat Misbahul Huda sebanyak 80 persen kemajuan suatu daerah sangat ditentukan oleh faktor kepemimpinan.
Untuk itu tinggal dua hari lagi kita menuju ke tempat pemungutan suara, sebaiknya kita sudah harus punya kesiapan untuk menentukan pilihan yang tepat siapa calon kepala daerah yang kita gadang-gadangkan.
Di sini dibutuhkan keseriusan dan komitmen kita bersama selain menyukseskan pesta demokrasi, kita juga harus sukses memilih siapa pemimpin terbaik kita lima tahun mendatang.
Peran dan kontribusi serta partisipasi dari seluruh elemen masyarakat menjadi salah satu indikator pentingnya kita dalam mendukung pelaksanaan Pilkada untuk melahirkan sosok kepala daerah yang mumpuni.
Kita berharap ajang politik lima tahunan di Provinsi Maluku ini bisa melahirkan pemimpin yang berkualifaid untuk membangun masa depan daerah ini menjadi lebih baik, aman, damai, dan bermartabat.
Dan, semoga tak ada kecurangan dan rekayasa segala. Jangan karena alasan demokrasi lalu ada upaya melalui tangan-tangan tersembunyi (invisible hand) untuk mempetakonflikkan masyarakat memilih calon tertentu. Selain mencederai demokrasi terlalu mahal resiko yang harus kita bayar.
Untuk menghindari konflik kepentingan kita berharap para pemangku kepentingan yang diberi tanggung jawab: KPU, Bawaslu dan semua stakeholder haruslah netral dan tak berpihak pada elite tertentu: pusat dan daerah atau oligarki segala.
Sebagaimana daerah lain di Tanah Air kita semua tentu wajib menjaga dan memelihara agar negeri tercinta Jaziratul Almulk ini tidak dirusak oleh orang-orang tidak bertanggung jawab. Dan, insyaAllah negeri ini selalu dijauhkan dari segala marabahaya dan tetap dalam lindunganNya.
Selamat memilih para pemimpin terbaik kita demi membangun masa depan dan peradaban yang lebih baik, maju, aman, damai, sejahtera, dan bermartabat di negeri tercinta ini.
Selamat mencoblos.(AHMAD IBRAHIM)