Om Mester dari Tulehu

  • Bagikan

Di kampungnya ia biasa disapa Om Mester. Padahal, nama aslinya adalah Muhammad Riza Laiq Lestaluhu, SH. Ia termasuk satu di antara pendidik yang datang dari sebuah distrik di ujung timur Pulau Ambon bernama Tulehu.

“Di kampung ayah saya biasa dipanggil Om Mester. Kalau di kampus ia kerab dipanggil Pak Les atau Pak Mad. Sekadar untuk memudahkan agar gampang diingat,” ujar putera kesayangan almarhum Muhammad Riza Laiq Lestaluhu, SH, bernama Salahuddin Muhammad Thariq Lestaluhu atau biasa disapa Demzi, Minggu, (20/10/24).

Mengutip DR.M. Djen Latuconsina, dosen Fakultas SOSPOL UNPATTI, banyak yang mengira inisial nama almarhum MR (Muhammad Risa Laiq) itu adalah Meester in de Rechten, gelar sarjana hukum lulusan dari universitas, yang mengikuti sistem yang berlaku di Belanda dan Belgia.

Nanti saat ia wafat barulah diulas nama panjangnya hingga publik mengetahuinya inisial MR itu adalah Muhammad Risa Laiq.

“Namun sebenarnya sapaan Om Mester oleh warga di Tulehu itu sesuai dengan latarbelakangnya sebagai seorang sarjana hukum,” ujarnya.

Lalu, siapa gerangan Om Mester itu?

Ia tidak lain adalah mantan Rektor Universitas Pattimura (UNPATTI) Ambon selama dua periode: 1976-1980 dan 1981-1985 kelahiran Tulehu 15 Januari 1933 yang kini namanya telah diabadikan sebagai nama Gedung Sport Center Lestaluhu di Kampus UNPATTI.

Nama pembangunan gedung Sport Center Lestaluhu UNPATTI yang diikuti pencanangan dan peletakan batu pertama, Senin, 7 Oktober 2024, itu sempat heboh di kalangan dunia kampus, pemerhati olahraga, dan politisi.

Keheboan itu bermula karena nama gedung sport center ini sempat disandingkan dengan nama sang pemrakarsa yang tidak lain Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang juga Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia, di Kampus Poka.

Namun menjelang peletakan batu pertama pembangunan Gedung Sport Center Bahlil Lahadalia siang itu ikut meredup setelah berganti dengan nama lain yakni Gedung Sport Center Lestaluhu.

Nama Bahlil di balik nama Sport Center UNPATTI itu mengundang polemik karena ada pesan politis pada nama sang politisi Partai Golkar itu walau nama itu merupakan hasil pemberian oleh pihak UNPATTI.

Nama Bahlil Lahadalia di balik pembangunan gedung olahraga akhirnya dibatalkan meski pada sejumlah spanduk dan baliho sebelumnya telah tertera nama Pak Bahlil. Atas persetujuan Pak Bahlil dan mengenang jasa besar maka diganti dan diabadikanlah nama mantan rektor kedua UNPATTI bernama Om Mester itu.

Om Mester ternyata adalah sosok akademisi yang telah ikut berjasa membesarkan Kampus UNPATTI. Atas nama keluarga mereka berterima kasih kepada Civitas Akademika UNPATTI dan khususnya kepada Pak Bahlil yang telah mengabadikan nama orang tuanya sebagai nama Gedung Sport Center Lestaluhu.

Sepintas nama Om Mester yang diabadikan itu tentu tidak lepas dari pengalaman panjang yang telah disumbangkan kepada lembaga pendidikan tinggi di Kampus Orang Basudara itu.

“Ayah saya itu seorang egaliter. Mengayomi semua orang di kampus. Pembawaannya humanis. Suka membantu orang tidak mau menyulitkan mahasiswa kalau ada studinya terhalang karena faktor teknis atau kekurangan biaya dll,” ujar Demzi.

Suatu ketika saat mengawali sebagai rektor pada periode pertama Om Mester menjumpai ada lebih 40 staf pegawai di lingkungan kampus tidak terurus status kepegewaiannya walau sudah berpuluh tahun mengabdi hingga menjelang pensiun.

Berkat jasa Om Mester di periode pertama sebagai rektor ia mengangkat status mereka dari honor menjadi PNS. Untuk mengurusi status lebih 40 staf pegawai itu ia harus ke Menteri Dikbud Pak Daud Yoesoef di Jakarta hingga Presiden Soeharto harus turun tangan.

“Tidak ada dalam sejarah kepegawaian di Tanah Air ada pegawai yang hari ini diangkat menjadi PNS besoknya langsung pensiun kecuali di UNPATTI,” ujarnya.

Pun persoalan mahasiswa bila dijumpai ada keluhan terkait biaya atau faktor teknis berupa pelanggaran karena soal komunikasi, soal nilai mata kuliah atau persoalan biaya kuliah dia mengajak dekan atau dosennya untuk dikomunikasikan dengan mahasiswa secara baik agar tidak menghambat studi mereka.

“Tidak semua mereka itu orang mampu. Makan juga kadang sulit karena itu harus diberi jalan keluar tanpa harus membebani agar studi mereka tidak terhambat,” ujar Demzi.

Sejak itulah Om Mester menjadi sosok yang dihormati dan dikenang sebagai seorang pendidik yang peduli pada kemanusiaan.

Demzi adalah putera pertama Om Mester. Dia sangat dekat dengan ayahnya. Sehari-hari ia menjadi sopir pada kendaraan mewah Mark II Toyota untuk sang ayah kemanapun pergi. Pada zamannya mobil hasil pemberian kawan dekat HM.Jusuf Kalla seharga Rp 39 juta itu termasuk langka.

“Walau diberikan Pak JK tidak berarti tidak dibayar. Pak JK memang memberikan gratis, tapi ayah saya tidak mau nanti dicap negatif. Ayah saya baru melunasi cicilan setelah dua tahun,” ujarnya.

Itulah mengapa semua aktivitas sang ayah selalu ia ikuti dengan detail. Ia menyaksikan suatu ketika saat ayahnya memanggil dosen di ruang kerjanya di kampus lama Jl.A.Yani (kini Hotel Anggrek) saat menyampaikan keluhan mahasiswa seketika dosen mata kuliah itu meneteskan air mata.

Sang ayah tidak saja sebagai pendidik, tapi juga seorang pengayom yang ikut terus mendorong dan mendidik mahasiswa untuk menjadi orang yang sukses. Tidak sedikit melalui tangan dingin Om Mester banyak di antara dosen UNPATTI dan mahasiswa dicarikan jalan keluar untuk mendapatkan beasiswa melalui bantuan lembaga donor untuk mengambil studi S2 dan S3.

Berkat jasa orang tuanya itu, Demzi mengaku senang dan bersyukur atas kebaikan itu. Sebagai anak ia merasa bangga, setiap kali bertemu dengan bekas mahasiswa atau siapapun yang pernah ditolong mereka selalu bangga dengan sang ayah. “Kami bisa seperti ini karena Om Mester,” ujarnya.

Suatu ketika saat bertemu Kadis Perikanan Maluku Romelus Far Far di ruang kerjanya untuk suatu urusan ia kaget kalau yang datang adalah anaknya Om Mester. Begitu ia perkenalkan namanya sebagai putera Om Mester di UNPATTI sang Kadis terkejut. “Kalau bukan karena Pak Les (Om Mester) kami ini tidak bisa seperti ini. Berkat jasa Pak Les saya bisa dapat beasiswa S2,” ujarnya.

Demzi adalah anak sulung dari sembilan bersaudara. Tiga di antaranya mengikuti jejak sang ayah sebagai pendidik. Namun dari tiga itu hanya satu yang meneruskan jasa ayahnya di dunia akademik yakni Zulfiqar M Ali Lestaluhu sebagai dosen di Universitas Darussalam Ambon.

Demzi yang tadinya menjabat sebagai dosen selama lima tahun di Fakultas Kehutanan UNPATTI dan adiknya Sevdet Zauqi Lestaluhu juga dosen selama 10 tahun di Fakultas Ekonomi UNPATTI memilih berhenti sebagai PNS dan bekerja sebagai wirausaha. “Rasanya saya lebih bergairah sebagai usahawan bukan akademisi,” ujarnya.

Keluarga Om Mester selain sebagai pendidik dan aktivis HMI, Muhammadiyah, juga usahawan. Ayahnya sejak muda adalah seorang peternak sapi di atas hutan Hurnala Tulehu. Juga pengusaha angkot dan bus. Hingga menjelang pensiun dari UNPATTI ia punya lebih 400 ekor peternakan sapi.

Sejak muda Om Mester boleh dikata tidak kekurangan uang. Di samping sebagai rektor, peternak sapi, dan pengusaha angkot dan bus, Om Mester adalah seorang pekerja keras.

Tadinya setamat dari Fakultas Hukum UNHAS tahun 1960 ia menjadi seorang akademisi di fakultas yang sama. Ia termasuk alumni Fakultas Hukum UNHAS yang ke-7. Setelah lima tahun menjadi staf pengajar di UNHAS dan pada tahun 1966 Om Mester bersama istrinya Sitti Nafisa Lawe asal Pinrang dan anak-anaknya harus kembali pindah mengabdi sebagai pengajar di UNPATTI Ambon.

Selama menjadi mahasiswa di UNHAS ia telah banyak bersentuhan dengan dunia pergerakan mahasiswa. Salah satunya adalah HMI Cabang Sulsel. Di HMI Sulsel inilah ia berkenalan dan bersentuhan dengan tokoh-tokoh aktivis HMI diantaranya HM.Jusuf Kalla. Ketika Jusuf Kalla yang juga adalah pengusaha otomotif Toyota Sulsel itu menjadi Ketua HMI Sulsel Om Mester adalah sekretarisnya.

Jadi, persentuhan ayahnya dengan Pak Jusuf Kalla yang belakangan sebagai Ketua Umum DPP Golkar 2004 sudah terbangun sejak lama. “Juga dengan Pak Akbar Tanjung, Pak Cosmas Batubara dll,” ujar Demzi.

Om Mester memang sangat dekat dengan tokoh-tokoh nasional. Sekembalinya dari Makassar kemudian menjadi dosen, pembantu rektor hingga rektor dua periode di Kampus UNPATTI beragam tantangan kerab ia hadapi. Tapi, seberat apapun tantangan itu, kata Demzi, ia selalu bersikap tawadu atau rendah hati.

Menghadapi pemilihan rektor UNPATTI pada masa jabatan kedua 1981-1985, misalnya. Ketika namanya tidak masuk dalam tiga nama yang diusulkan Gubernur Maluku Soemitro ke pusat Cq Presiden Soeharto saat itu Om Mester memilih tenang.

Tapi siapa sangka, tiga bulan kemudian dari tiga nama yang diajukan oleh gubernur itu tidak satu pun disetujui oleh Pak Harto. “Yang kembali justeru nama ayah saya sebagai Rektor UNPATTI,” ujarnya.

Dari mana gerangan nama Om Mester yang kini diabadikan sebagai nama Gedung Sport Center Lestaluhu bisa kembali menjadi rektor periode kedua — bukan yang tiga nama sebagaimana yang diusulkan Gubernur Soemitro?

Itu tidak lain karena ada peran orang dekat Pak Harto di Irjenbang bernama Soedjono Oemar Dani. Orang dekat Pak Harto inilah yang ikut berkontribusi sehingga Om Mester kembali dipercaya memimpin UNPATTI untuk kali kedua setelah sebelumnya mendapat persetujuan melalui Mendikbud Daud Joesoef.

Mengutip ayahnya dalam hidup kita harus selalu membantu orang. Selagi kita masih punya jabatan sebisa mungkin kita bisa berkontribusi bila ada orang lain meminta bantuan. “Kalau bisa ya kita bantu, tapi kalau tidak bisa harus kita beri penjelasan agar orang tidak bisa berharap,” ujarnya.

Selain mahasiswa yang meminta pertolongan untuk mendapatkan kemudahan studinya, tidak sedikit almarhum juga membantu orang-orang di sekitarnya untuk melamar sebagai PNS, guru, menjadi anggota TNI atau Polri. “Bahkan ada yang tadinya menjadi pengangkut barang di pasar berkat jasa ayah saya mereka pun menjadi PNS,” ujarnya.

Selain aktivis HMI dan Muhammadiyah, keluarga Om Mester adalah pendidik. Dari tujuh bersaudara empat diantaranya adalah pendidik. Tertua Abdurahman Lestaluhu adalah PNS KPLP, Ny. Zubaedah Lestaluhu Kepsek SMA Muhammadiyah Talake, Ahmad Lestaluhu Kepsek SMPN Ternate, H.Ny Arfah Lestaluhu, H.Maryam Lestaluhu Dosen Keguruan FKIP UNPATTI, dan bungsu Muhammad Riza Laiq Lestaluhu, SH alias Om Mester adalah Rektor UNPATTI.

Setelah tidak lagi menjabat Rektor UNPATTI ia pun merintis berdirinya Kampus Universitas Darussalam Ambon. “Setelah berhenti sebagai Rektor UNPATTI 1985 oleh Gubernur Maluku Hasan Slamet bersama teman-teman kami pun diajak untuk mendirikan Kampus UNIDAR. Beliau orang pertama sebagai rektornya. Saya saksinya yang ikut mengambil SK di Jakarta,” ujar Demzi.

Om Mester telah berjasa di bidang pendidikan. Dan, tak salah bila kemudian oleh Civitas Akademika UNPATTI mengabadikan nama Om Mester dari Tulehu ini sebagai nama Gedung Sport Center Lestaluhu.(AHMAD IBRAHIM)

  • Bagikan

Exit mobile version