Ini soal cerita sukses sang “anak kampung”. Ia adalah seorang mantan sopir angkot di Jayapura, Papua, yang berhasil menaklukan Jakarta.
Namanya Bahlil Lahadalia, SE, M.Si yang tidak lain Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Di hadapan civitas akademika di Lantai 2, Aula Rektorat Kampus Universitas Pattimura (UNPATTI), Ambon, saat tampil memberikan stadium general si “anak kampung” ini memompa semangat mahasiswa disertai kiat dan rumus menjadi orang sukses.
Ia melihat peluang mereka yang kuliah di UNPATTI masih jauh lebih beruntung dari pada dirinya yang kuliah di Papua. Tempat kuliah Pak Bahlil Lahadalia kerab diplesetkan dengan ungkapan “Sekolah Tidak, Ijazah Ada”.
Status sekolah dan perguruan tinggi yang kerab dianggap buangan untuk kelas “anak kampung” seperti dirinya itu membuat peluang untuk mendapatkan porsi kerja jauh lebih suram ketimbang dengan mereka yang kuliah di perguruan tinggi negeri.
Untuk diketahui Pak Bahlil Lahadalia kecil pernah sekolah dasar di SD Inpres, SMP YPKP, dan SMA Yapis. Sedangkan tempat kuliahnya di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) di kota yang sama.
Salah satu cita-cita dan menjadi impian bagi kebanyakan mahasiswa setamat kuliah adalah menjadi PNS. Itu pula menjadi obsesinya.
Selain ingin cepat kaya yang menjadi cita-cita setiap mahasiswa namun belakangan justeru berubah. Perubahan zaman membuat seorang Bahlil Lahadalia harus punya pilihan.
Ia melihat kemampuan yang mengsyaratkan setiap calon PNS harus punya nilai IPK 3,5 tidak memungkinkan seorang “anak kampung” seperti dirinya bisa bersaing dengan mereka yang secara akademik jauh di bawah rata-rata yang dimiliki Bahlil Lahadalia dengan IPK hanya 2,5.
Ini mustahil. Dan, ia harus punya pilihan menjadi penguasa di perusahaannya. Dalam dirinya ia punya impian suatu saat jika Tuhan menghendaki menjadi pengusaha sukses dia harus menggaji dan mempekerjakan mereka para PNS yang notabenenya IPK 3,5 itu.
Karena itu ia melihat mahasiswa UNPATTI harus jauh lebih beruntung. Kampusnya lebih baik dari perguruan tinggi Pak Bahlil di Papua sebagai kampus buangan. Tidak ada yang tidak bisa kecuali kalau tidak memulai.
Jadi kiat untuk menjadi orang sukses tidak ada cara lain Anda harus kuliah dan punya prestasi. Apapun yang Anda inginkan sebagai enterpreneur atau pun PNS harus melewati bangku kuliah.
Karena IPK tidak memungkinkan sebagai PNS, Pak Bahlil Lahadalia pun bermimpi menjadi orang kaya melalui jalur pengusaha. Tapi rumus yang harus dipegang untuk menjadi pengusaha kaya tidak boleh menjadi karyawan.
Ia tetap harus punya mimpi menjadi bos di perusahaan. Dengan impian itu mereka yang tadinya punya IPK tinggi kelak bisa menjadi bawahan Anda karena mampu menggaji mereka dengan gaji tinggi.
Itulah rumusnya menjadi kaya. Dan, itu sudah terbukti pada diri Bahlil Lahadalia seorang pengusaha yang tadinya merangkak dari Tanah Papua hingga bisa memimpin perusahaan di Jakarta dan menggaji mereka para alumni dari perguruan tinggi favorit di Pulau Jawa.
Dan, itu sudah terbukti dilakukan oleh si “anak kampung” itu. “Ide saya suatu saat mereka yang pintar-pintar itu harus saya pekerjaan,” ujarnya disambut applaus mahasiswa.
UNPATTI adalah salah satu perguruan tinggi terbaik di Kawasan Timur Indonesia. Jadi, kalau Anda ingin sukses tidak ada pilihan lain kecuali Anda harus kuliah yang benar.
Sebab menjadi kaya itu impian semua orang, tapi tidak semua orang bisa berhasil kecuali dibarengi oleh kerja keras, serius dan selalu menjaga kredibilitas.
Pak Bahlil Lahadalia mengaku ia bisa menjadi pejabat seperti yang diemban saat ini dari Ketua Umum HIPMI, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), kemudian Menteri Investasi Indonesia, dan kini Menteri ESDM, tak lepas karena menjaga integritas, jujur, dan selalu meninggalkan jejak rekam yang baik.
Pagi itu, Kampus UNPATTI memang kedatangan tamu terhormat atas kunjungan Pak Bahlil.
Selain memberikan kuliah umum, juga dalam rangka peletakan batu pertama dimulainya pembangunan gedung bernama Sport Center Bahlil Lahadalia di Kampus Orang Basudara itu, Senin, 7 Oktober 24.
Nama Bahlil di balik nama Sport Center UNPATTI itu sempat mengundang polemik karena ada pesan politis pada nama sang Ketua Umum Partai Golkar itu walau nama itu merupkan hasil pemberian oleh pihak UNPATTI.
Nama itu akhirnya dibatalkan meski pada sejumlah spanduk dan baliho telah tertera nama Pak Bahlil. Atas persetujuan Pak Bahlil dan mengenang nama besarnya nama Sport Center Bahlil Lahadalia akhirnya diabadikan kepada salah satu mantan rektor UNPATTI kedua dua periode bernama Muhammad Riza Laiq Lestaluhu dengan nama Sport Center Lestaluhu.
Menteri yang belum lama ini membuat heboh jagat politik Tanah Air dengan ungkapan “hati-hati dengan si raja Jawa” ini berbicara di hadapan civitas akademika dengan tema: Transformasi, Sinergi, Inovasi Menuju Word Class University.
Dalam catatan saya kunjungan pria kelahiran Pulau Banda 7 Agustus 1976 dan besar di Pulau Geser, Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku, ke Kampus UNPATTI, ini merupakan kali kedua.
Sebelumnya pada 2017 ia juga pernah ke Kampus UNPATTI saat pembukaan Kongres HMI ke-30 di Auditorium UNPATTI oleh Presiden Joko Widodo.
Di acara itu, saya pernah berfoto bersama sang menteri yang kala itu baru saja diangkat sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rabu, 23 Oktober 2017.
Tapi, kunjungan kali kedua ini sang menteri didaulat menjadi penceramah di hadapan mahasiswa.
Selain memacu semangat, ia juga mengajak mahasiswa UNPATTI agar tidak minder dengan mahasiswa dari perguruan tinggi di Pulau Jawa.
Setengah dari orang Jakarta itu orang hebat. Tapi, saat ini mahasiswa UNPATTI juga tidak kalah hebat dengan orang Jakarta. Buktinya “anak kampung” seperti Pak Bahlil Lahadalia dari Papua bisa dipercaya untuk memimpin sebuah departemen terdepan. Jadi, mahasiswa UNPATTI haruslah bangkit dan merasa lebih hebat dari mereka.
Seperti dirinya ia mengajak para cerdik pantai di Kampus Orang Basudara ini harus bermimpi menaklukkan Jakarta seperti si “anak kampung” Bahlil Lahadalia.
Setelah sekian tahun berkiprah sebagai entrepeneur di Papua ia pun tidak menyangka bisa menginjakkan kaki di Jakarta pada 1999. Hingga suatu saat ketika melintasi jalan tol ia melihat begitu banyak jalan layang yang melingkar seperti anak-sungai.
“Saya tadinya heran, kok di tengah ibukota ada sungai melingkar tapi tidak ada air. Saya mengira itu anak sungai padahal itu jalan layang. Ya, begitulah anak kampung,” ujarnya disambut tawa.
Sebagai seorang aktivis HMI ia juga aktif di HIPMI Papua. Hingga tiba saatnya Munas HIPMI di Jakarta ia pun berhasil menaklukkan senior-senior yang lain termasuk anak pejabat, anak jenderal atau anak politisi dan dia pun terpilih sebagai Ketua HIPMI. “Dari sini saya berkenalan baik dengan Pak Joko Widodo yang belakangan menjadi Presiden RI,” ujarnya.
Sejak perkenalan Pak Bahlil Lahadalia bersama Pak Joko Widodo hingga kini tak pernah putus hingga kemudian ia dipercaya menjadi menteri.
Semua amanah dan pekerjaan yang diberikan oleh negara kepada dirinya tidak pernah ia khianati. Bahkan dari tangan si anak kampung inilah ia bisa meraup keuntungan lembaga yang dipimpinnya dari laba yang dihasilkan Rp 800 Triliun menjadi Rp 800.000 Triliun.
“Ini baru namanya anak kampung yang sukses. Walau bahasa Inggrisnya pata-pata, namun saya tidak meninggalkan jejak jelek setiap lembaga menteri yang dipercayakannya,” ujarnya.
Itulah mengapa ia mengajak pentingnya mahasiswa selain bergelut secara akademik, tapi mereka perlu pula mengenal dunia organisasi. Karena dari sinilah mereka bisa ditempa kematangan baik secara individu maupun dalam berorganisasi.
Jadi, mimpi menginjakkan kaki di Jakarta itu perlu. Dan, itu sudah ia buktikan hingga kemudian mengantarkan si “anak kampung” ini berhasil merambah ibukota dengan segala dinamika politik.(AHMAD IBRAHIM)