Maulid dan Circle Anak Muda Ala Nabi

  • Bagikan

Ini untuk kesekian tahun aktivitas dakwah yang dipelopori oleh sekelompok anak muda di bawah asuhan Ustad Hatta Ingratubun, Lc bernama: Hijrahokmain.

Berkolaborasi dengan sejumlah remaja mesjid di Kota Ambon mereka menggelar dakwah secara bergilir dengan tema berbeda sesuai momentum atau dalam bahasa gaul: kekinian.

Seperti yang digelar bersama Remas Masjid Al-Kautsar BTN Kanawa, Ambon, Minggu malam, (29/9/24), topik kajian yang diangkat dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW tahun ini berbeda. Temanya: Circle Anak Muda Ala Nabi.

Selain menghadirkan anak-anak muda dan Ibu-Ibu Majelis Taklim BTN Kanawa dan Tim Pengajian Quran Center Maluku para pengkaji syirah nabawiah dan menjadi penceramah juga adalah anak muda. Mereka adalah para ustad jebolan universitas terbaik dari Timur Tengah dan Jakarta yang telah lama menimba ilmu di sana.

Mereka adalah Ustad Hatta Ingratubun, Lc jebolan Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Ustad Husein Abdul Aziz Arbi, Lc, MA jebolan Universitas Islam Madinah, dan Ustad Alhafidz Zulkifli Farojai yang juga dikenal sebagai penghafal Al-Quran alumnus terbaik Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran Jakarta.

Sebelum memperingati puncak Maulid Nabi Muhammad SAW tadi malam acara diawali oleh kajian syirah nabawiah atau perjalanan hidup nabi.

“Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW itu tidak sekadar kita memperingati kemudian setelah itu dianggap selesai. Kalau kita membaca syirah nabawiah, perjalanan hidup Nabi Muhammad berlaku sepanjang hayat. Tidak berhenti pada hari lahirnya saja,” begitu kata Ustad Ingratubun.

Dari proses menjelang kelahiran lalu menjadi bayi hingga dewasa kemudian wafat semua kisah perjalanannya dipenuhi oleh pelajaran, ilmu, dan pengetahuan.

Pun bagaimana pergaulan nabi dengan sahabat, generasi muda bahkan dengan musuh sekalipun selalu diwarnai oleh sikapnya yang egaliter tanpa membedakan.

Sampai-sampai seorang Imam Syafii mengatakan: “Cukup dengan memahami pergaulannya dengan sesama sahabat dan orang-orang sekitarnya di Madinah sudah menjadi bukti kalau Nabi Muhammad itu seorang utusan Allah SWT yang tidak perlu diragukan kerasulannya,” ujar Ustad Farojai mengutip kitab Imam Syafii.

Bagaimana pergaulannya dengan anak-anak muda kala itu? Kalau membaca syirah nabawiah ditemukan sebagian besar dari sahabat-sahabat nabi itu anak muda.

Abdullah Ibnu Abbas, misalnya. Ia yang juga dikenal salah satu periwayat hadis nabi diceritakan dalam usia 12 tahun sudah menjadi bagian dari sahabat nabi.

Dalam suatu kesempatan pertemuan diceritakan berkumpullah bersama sahabatnya yang lain. Usai pertemuan itu ada sisa minuman di gelas yang hendak dibagikan ke yang lain. Tapi oleh Abdullah Ibnu Abbas ia lebih dulu mengambil sisa air di gelas sang nabi itu dan meminumnya.

Ternyata dalam diri Abdullah Ibnu Abbas ada syir (rahasia) yang tertanam dalam dirinya dan itu hanya bisa diketahui oleh nabi.

Belakangan Abdullah Ibnu Abbas dalam sejarah Islam ia adalah satu di antara sahabat yang sangat dibanggakan oleh nabi karena dalam dirinya ada rahasia keberkahan.

Lantas bagaimana dengan sahabat nabi yang lain bernama Usama Bin Zain. Ternyata dalam syirah nabawiah juga diceritakan di usia 18 tahun ia sudah menjadi sahabat nabi.

Dalam sebuah kisah di Padang Arafah saat Haji Wadah atau Haji Perpisahan menandai berakhirnya tugas kerasulan Nabi Muhammad, nabi pernah memerintahkan di hadapan lebih 100 ribu jamaah yang hadir saat itu untuk mencari yang namanya Usama Bin Zain.

Ia sangat respek kepada anak muda, karena itu sebelum mereka melanjutkan perjalanan dari Padang Arafah di atas seekor unta tunggangannya nabi memerintahkan untuk mencari Usama Bin Zain.

Dari pengalaman Usama Bin Zain yang berusia 18 tahun, ia sudah menjadi sahabat selevel dengan Abubakar Assidiq, Umar Bin Khattab atau Ali Bin Abi Thalib.

“Begitu besar perhatian nabi kepada anak muda ini dan hanya gara-gara satu orang bernama Usama Bin Zain nabi harus menunda perjalanan,” ujarnya.

Lalu bagaimana dengan sahabat nabi bernama Zaid Bin Tsabit? Ia adalah sekretaris nabi dan penulis mushaf Al-Quran di usia muda 13 tahun.

Zaid Bin Tsabit bertemu Rasulullah SAW dan diperintahkan belajar bahasa Ibrani/Suryani dalam tempo seminggu ia pun sudah menguasai.

Ia menjadi seorang penulis surat Rasulullah kepada para raja dan kaisar di Konstantinopel dan Romawi dan menjadi penerjemah ke dalam berbagai bahasa.

Lahir di Madinah, sahabat nabi bernama Zaid Bin Tsabit ini dikenal karena kecerdasan dan kemampuannya dalam berbagai bidang terutama dalam menulis dan menghafal.

Dalam banyak kisah diceritakan anak-anak muda yang menjadi sahabat nabi adalah tonggak penting dalam sejarah Islam bahkan mereka sudah menjadi mujahid dalam perang di usia muda.

“Sejak muda mereka ini sudah menjadi syahid. Lah kita sekarang yang sudah usia di atas 40 tahun syahid dan penghafal Al-Quran pun tidak lalu apa yang harus kita lakukan mengikuti jejak para sahabat nabi itu,” ujar Ustad Ingratubun.

Tidak ada jalan lain, kata Ustad Ingratubun, di usia yang tersisa ini kecuali kita harus terus belajar dan meneladani Rasulullah SAW seperti yang diceritakan dalam syirah nabawiah berikut mengambil pelajaran dan hikmah dari mereka para sahabat nabi untuk kita terus melakukan yang terbaik.(DIB)

  • Bagikan

Exit mobile version