Kompak. Itulah salah satu ciri dalam Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang amal-usaha dan pendidikan. Semangat menjaga kebersamaan dan berkorban haruslah terus dimiliki oleh setiap anggota dan pengurus dalam mengelola organisasi Muhammadiyah.
Kutipan itu saya catat dari pidato tanpa teks yang disampaikan Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Prof.Dr.Muhajir Effendy, MAP, dalam kuliah umum di hadapan civitas akademika Universitas Muhammadiyah Maluku (UNIMKU) di Kampus Wara, Kota Ambon, Sabtu malam, (17/8/24).
Prof Muhajir yang juga tidak lain Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia malam itu selain berbicara soal Muhammadiyah ia juga menyinggung masalah tambang dan makan gratis bagi siswa yang menjadi program andalan presiden dan wakil presiden (Wapres) RI terpilih periode 2024-2029 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. (Baca Monday: Sagu Menko, 19/8/24).
Dengan ciri khasnya yang kalem sesekali dihiasi humor saat menyampaikan pidatonya membuat suasana malam itu tampak santai.
Bagi Prof Muhajir, memimpin amal-usaha Muhammadiyah baik kampus, sekolah, klinik kesehatan, rumah sakit, dll selain kompak juga harus dibarengi oleh keikhlasan serta fokus dan melakukannya secara total.
“Kalau tahun depan tidak lebih baik dari tahun ini itu namanya tidak ada kemajuan dan ini menunjukkan otak kita tidak bekerja,” ujarnya.
Mengutip ungkapan pendiri tokoh Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan: “Hidup-hidupkanlah Muhammadiyah dan Jangan Mencari Penghidupan di Muhammadiyah” yang kerab dikutip oleh anggota dan pengurus Muhammadiyah jangan sampai ungkapan tersebut sehingga dijadikan alasan semata-mata karena untuk Muhammadiyah.
Jangan sampai ada guru yang mengajar atau staf pegawai terlambat tidak digaji sehingga menganggap tidak apa-apa karena untuk Muhammadiyah.
Pesan-pesan Kiyai Dahlan itu hanya mengingatkan anggota dan pengurus untuk terus menghidupkan Muhammadiyah, bukan berarti karena adagium itu lalu mereka yang menjadi bagian dari staf tidak digaji pun menganggap tidak mengapa. Itu keliru. “Semakin baik kita melayani maka semakin baik pula semangat mereka untuk mengabdi,” ujarnya.
Ia punya pengalaman saat menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kalau di tempat lain kita mengenal gaji ke-13 maka saat ia memimpin UMM mereka punya gaji ke-15.
Terhadap staf atau pegawai yang meninggal dunia, misalnya, tidak langsung diberhentikan gajinya, tapi satu tahun setelah pulih dari suasana duka barulah gaji mereka dikurangi secara bertahap.
Ini hanya soal cara bagaimana peran seorang pemimpin di Muhammadiyah memperlakukan staf atau pegawai saat ia diberi amanat menjadi pemimpin. Itu pula harus menjadi kekuatan dan fokus dalam ber-Muhammadiyah.
Di bagian lain ia juga bercerita belum lama ini ada isu yang sengaja dibuat untuk merusak Muhammadiyah gara-gara soal tambang. Sempat beredar informasi di medsos ada dokter yang bertugas di RSU Muhammadiyah memilih berhenti melayani pasien lantaran merasa keberatan setelah pemerintahan Presiden Joko Widodo memberikan fasilitas untuk PP Muhammadiyah mengelola tambang.
Gara-gara Prof Muhajir dipercaya menjadi Ketua Tim Ekonomi dan Bisnis Tambang Muhammadiyah muncullah isu itu. Setelah dicek ke seluruh Pembina Kesejahteraan Umat (PKU) Muhammadiyah di Tanah Air dokter yang mengaku sekian tahun bekerja itu ternyata tidak ada.
Kalau ada alasan yang mengatakan Prof Muhajir dekat dengan Presiden Joko Widodo merupakan hal wajar karena ia adalah anak buah presiden. Jadi keliru bilamana ada anggapan kedekatan itu karena ambisi. Di Muhammadiyah tidak ada tradisi semacam itu.
“Saya menjadi menteri ini ditunjuk langsung oleh presiden. Tidak ada namanya perantara. Saya pertaruhkan hal itu. Jadi, tolong saya didukung,” ujarnya.
Untuk diketahui, sebelumnya pada Mei 2020 Muhammadiyah pernah menolak dan ikut mengkritik revisi Undang-Undang No.4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara (Minerba) yang disahkan DPR-RI.
Kritik itu disampaikan karena dinilai bertentangan dengan jiwa dan nilai-nilai dasar serta konstitusi negara karena lebih banyak memberikan keuntungan bagi perusahaan-perusahaan tambang dan mengabaikan hak-hak masyarakat serta lingkungan.
Ia pun bertanya di hadapan peserta kuliah umum malam itu, jika karena alasan itu dan sekarang Muhammadiyah menerima tawaran pemerintah untuk mengelola tambang apa ada yang salah. Dasar penolakan itu tidak harus membuat Muhammadiyah menolak mengelola tambang.
Jika Prof Muhajir disuruh harus memilih antara ikut atau menolak tawaran pemerintah untuk mengelola tambang maka ia lebih memilih mengikuti tawaran pemerintah.
Sembari berikhtiar dalam pengelolaannya nantinya oleh Muhammadiyah akan memberikan contoh sebagai pelaku amal-usaha dan bisnis tambang terbaik.
Tidak ada maksud Muhammadiyah untuk berburu keuntungan, tapi kepentingan kita kedepan semata-mata bagaimana menjadi pelaku amal-usaha yang baik. Kalau ada keuntungan kita kembalikan.
Muhammadiyah pada dasarnya tidak melarang tahlil, sebaliknya yang diperbanyak dan diperpanjang justeru amal-usahanya. Sesuatu yang dinilai baik dan bisa diterima sepanjang tidak menyimpang dengan nilai-nilai agama termasuk dalam pengelolaan tambang pada dasarnya dibolehkan. “Dari pada kerjanya hanya mengumpat orang lain lebih baik kita perbanyak amal-usaha,” ujarnya.
Dalam beragama sebaiknya jangan terlalu keras dalam mendoktrin, tapi berikanlah pemahaman yang lapang dan yang penting adalah pengamalan nilai-nilai amal ibadah.
Bagi Muhammadiyah dalam pengelolaan masalah usaha dan bisnis sudah teruji. Jadi tidak perlu ada yang harus dikhawatirkan.
Setelah 15 tahun menjadi rektor UMM hingga menjabat menteri dan kini sebagai Ketua Tim Ekonomi dan Bisnis Tambang Muhammadiyah ia mengaku hidupnya begini-begini saja. “Tidak kaya raya juga,” ujarnya.
Jangan sampai ada suasana yang menganggap karena menjadi bagian dari pendukung pemerintahan lalu di antara kita terbawa dalam suasana emosi dan saling mencaci atau saling bully itu berbahaya. “Lalu, kalau di antara para pimpinan kita sudah punya persepsi semacam itu lantas siapa lagi yang harus kita harapkan,” ujarnya.
Bagi Muhammadiyah prinsip amar-makruf tidak harus dilakukan diluar pemerintahan. Tapi beramar-makruf itu juga bisa menjadi bagian dalam pemerintahan. Kalau kita tidak menjadi bagian dalam pemerintahan maka tidak ada yang berubah.
Dan, kalau Muhammadiyah menolak tawaran mengelola tambang maka siapa lagi yang harus melakukannya sementara Indonesia masih membutuhkan cadangan mineral dan batubara hingga tahun 2066.
Kakek dan ayah Prof Muhajir dulu tidak peduli saat memulai amal-usaha dengan mendirikan sekolah dan pesantren di Kota Malang. Mereka saat itu tidak membayangkan akan seperti apa imbas dari kebaikan yang telah mereka lakukan. Tenaga dan pikiran mereka habiskan hanya untuk Muhammadiyah.
Seiring berjalannya waktu ternyata belakangan dampak dari kerja keras mereka itu berimbas kepada anak dan keturunannya. Jadi keterlaluan kalau kerja keras, tenaga dan pikiran yang kita infakkan untuk sebuah kebaikan amal-usaha tidak berimbas kepada anak dan keturunan kita.
“Yakin, bahwa semua amal-usaha yang kita kerjakan hari ini kelak akan dinikmati kalau bukan kita pasti anak atau keturunan kita yang akan memanen hasil kerja keras orang tua mereka,” ujarnya.
Jadi setiap amal-usaha yang diikuti oleh keikhlasan pasti akan memberikan keberkahan dan meninggikan derajat kita karena di sana ada syafaat dari orang tua kita. “Dan, kendaraan yang paling baik untuk mengantarkan dan meninggikan derajat kita itu adalah Muhammadiyah,” ujarnya.
Prof Muhajir ikut merasakan efek dari keberkahan atau syafaat dari kakek dan orang tuanya itu setelah mereka bersusah payah membangun sekolah dan pesantren. Hasil karya mereka itulah kini dinikmati oleh anak-anak dan keturunannya.
Karena itu salah satu kebiasaan Prof Muhajir bila berkunjung pada suatu daerah ia selalu menyempatkan waktu berziarah pada makam orang-orang saleh.
Kalau di suatu tempat pernah ada pondok pesantren atau sekolah berarti di situ dulu pernah ada orang saleh. Itu berarti orang tersebut termasuk orang hebat.
Ada pesan dari Prof Muhajir agar memulai sesuatu apapun amal-usaha di Muhammadiyah itu harus fokus dan kompak serta jangan sampai tidak bertanggungjawab. Sebab di balik tanggung jawab itu pasti ada imbalannya. Berikut rejeki kita akan lancar pun derajat kita akan ditinggikan serta anak-anak dan keturunan kita bakal menjadi generasi yang baik.(AHMAD IBRAHIM)