Sagu Menko

  • Bagikan

Selain jagung yang masuk dalam program makan bergizi gratis yang merupakan program andalan presiden dan wakil presiden (Wapres) RI terpilih periode 2024-2029 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, sagu juga bisa menjadi salah satu produk lokal makanan Maluku ini sebagai alternatif karena mengandung kalori rendah.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia Prof. Dr. Muhajir Effendy, MAP, dalam kuliah umum di hadapan civitas akademika Universitas Muhammadiyah Maluku (UNIMKU) malam itu mengulangi kembali penyampaian soal pentingnya jagung sebagai bagian dari program makan gratis pemerintahan terpilih itu di Kampus Wara, Kota Ambon, Sabtu malam, (17/8/24).

Ikut mendampingi menteri Ketua PW Muhammadiyah Maluku DR.H.Thalib Hansouw, M.Ag, Rektor UNIMKU DR.H.Mohdar Yanluan, M.Ag, Asisten Sekda Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemrov Maluku Dr. Djalaludin Salampessy dan pengurus Muhammadiyah Maluku.

Prof Muhajir yang tidak lain juga adalah Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu terlihat santai dan sesekali dihiasi dengan humor membuat suasana malam itu tampak rileks.

Maklum, beberapa pekan terakhir mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini sedang dalam sorotan setelah ide makan gratis jagung disusul soal polemik pengelolaan tambang yang diberikan kepada PP Muhammadiyah oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo dimana ia ditunjuk sebagai ketua tim pengelola tambang.

Bukan tokoh Muhammadiyah sekelas Prof Muhajir atau yang lainnya kalau tidak punya alasan dalam berargumen untuk “mematahkan” sorotan miring itu.

Terkesan cair saat ia menyampaikan ceramah tanpa teks namun tetap memiliki argumentasi ilmiah. Dari soal pentingnya makanan sagu, jagung, atau makanan berkalori rendah hingga pengelolaan tambang dan pengaruhnya untuk lingkungan ia ceritakan dengan alasan dan dalil secara detail.

Saat ini, menurut Prof Muhajir, Indonesia termasuk salah satu negara pengimpor beras tertinggi dari India dan Thailand mencapai 350.000 ton setiap tahun.

Kita juga termasuk negara pemakan gandum tertinggi terutama mi instan. Dengan memanfaatkan jagung dan produk lokal seperti sagu selain terjadi deversifikasi di bidang pertanian kita juga bisa mengurangi kecanduan anak-anak kita dari ketergantungan mereka pada zat-zat adiktif.

Di dalam produk makanan dan minuman yang dihasilkan oleh pabrik selalu mengandung zat adiktif. Yakni sejenis obat atau bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi secara terus-menerus oleh organisme tubuh kita — dapat menimbulkan ketergantungan yang sulit dihentikan dan berefek ingin menggunakannya secara terus-menerus.

Dalam gandum, misalnya. Produk pertanian ini juga terdapat protein yang bila tidak dibatasi bisa membuat ketergantungan sehingga mengundang emosi dan bisa membuat pikiran menjadi kacau.

Anak-anak kita itu malas sebab ada kecanduan karena dalam metabolisme mereka yang dihasilkan oleh produk-produk makanan dan minuman itu banyak mengandung zat adiktif. Memang ada kenikmatan tapi rasa enak itu tidak bagus untuk kesehatan tubuh.

Makanan yang dihasilkan oleh pabrik selalu mengandung bahan adiktif. Dari sisi medis itu berbahaya untuk tubuh kita, tapi dari sisi bisnis itu menguntungkan buat perusahaan atau produser.

Sebab, dengan adanya rangsangan pada produk makanan dan minum itulah anak-anak kita akan semakin kecanduan untuk terus membelinya.

Roti manis sebagai contoh. Di sini ada mengandung gula rafinasi, yakni sejenis gula kristal putih yang terbuat dari gula mentah yang telah mengalami proses pemurnian dari sebuah tahap penyulingan antara gula bit dan gula tebu yang diekspor dimana kandungan gulanya sangat tinggi.

Makanan atau minuman yang mengandung rafinasi sejenis gula yang dicampur sebagai bahan pengawet dan penambah rasa pada daging, makanan laut, sayuran, hingga tahu cenderung mengandung kadar gula tinggi.

“Termasuk minuman jos. Jadi jangan sampai Anda kebablasan mengonsumsi minuman jos, biar tidak kena jos,” ujarnya disambut senyum para undangan.

Guna menghindari kadar gula tinggi dan lemak ada saran dari Menko Muhajir Effendy agar sebaiknya kita batasi untuk tidak mengonsumsi nasi dan minuman yang mengandung adiktif.

Untuk mereka yang telah berusia lanjut Prof Muhajir menyarankan sebaiknya berhenti mengonsumsi beras dan beralih ke jagung atau sagu karena kadar kalorinya lemah. “Orang tua seperti saya ini bagus untuk mengonsumsi jagung saja. Berhenti makan nasi,” ujarnya.

Mengapa jagung? Sebab, secara medis metabolisme kita tidak bisa menampung makanan lebih banyak manakala terdapat kalori yang tinggi. Dan, kalori yang tinggi itu kebanyakan terdapat pada nasi. Sedangkan jagung dan sagu kalorinya relatif lemah. Dan, bila metabolisme kita sudah tidak bisa lagi bekerja untuk menampung kalori yang tinggi bisa berujung merusak pangkreas.

“Yang tua-tua seperti saya ini jangan lagi menikmati makanan yang mengandung kalori tinggi seperti beras dan gandum karena metabolisme kita sudah tidak bisa lagi menampung dan itu dapat merusak pangkreas. Karena itu agar tubuh kita tidak dibuat ruwet sebaiknya rutin konsumsi saja jagung rebus atau ketela,” ujarnya.

Kalori yang tinggi sangat bermanfaat untuk mereka yang aktif beraktivitas atau berolahraga. Sebab saat dia bekerja atau berolahraga semua energi yang keluar dari metabolisme tubuh bisa berfungsi dengan baik, tapi untuk mereka yang kerjanya hanya duduk saja energi mereka tidak terbuang dan itu menjadi lemak jahat. Lemak inilah menjadi penyebab rusaknya pangkreas.

Menumpuknya karbohidrat yang dipicu oleh nasi atau gandum diikuti oleh protein yang tinggi bisa menimbulkan kadar lemak kita naik hingga berimplikasi pada tingginya gula darah. Naiknya gula darah bisa menimbulkan penyakit kencing manis dan diabetes hingga berujung cuci darah dan itu berbahaya.

Karena itu Menko Muhajir menyarankan kita untuk mengurangi beras sembari mengajak mengonsumsi jagung atau sagu. Tokoh Muhammadiyah ini juga mengharapkan orang tua agar membiasakan anak kita menyantap jagung karena baik untuk kalori mereka.

Sebaliknya, untuk mengontrol agar lemak mereka terjaga maka sebaiknya rutin mengonsumsi ikan, sebab kadar protein ikan jauh lebih baik karena tidak mengandung lemak jahat ketimbang daging. Jadi protein itu selain mendukung perkembangan otak juga menguatkan otot anak.

Ia beranggapan mengapa orang Ambon itu cerdas karena salah satu faktor adalah mereka rutin mengonsumsi ikan. “Kalau ada orang Ambon yang tidak cerdas berarti orang itu tidak suka makan ikan,” ujarnya disambut tawa undangan.

Selain sagu sebagai produk karbohidrat, Maluku sendiri merupakan salah satu produk protein ikan terbanyak di Tanah Air. Dan, ikan tuna terbaik itu terdapat di Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku.

Mantan Mendikbud itu mendapat laporan dari Kota Tual saat menjadi Inspektur Upacara HUT RI ke-79 tanggal 17 Agustus 2024, mengaku ada pengusaha dari Jakarta membeli ikan tuna di Kepulauan Aru untuk dikirim ke Cina. Ini menunjukkan produk unggulan ikan tuna terbaik memang ada di daerah ini.

Bagaimana dengan program makan gratis yang merupakan program andalan presiden dan wapres terpilih Prabowo Subianto-Gibran itu?

Pada kesempatan itu Menko Muhajir mengakui meskipun program makan gratis untuk anak sekolah ini belum jalan, ia menyarankan sudah harus ada perencanaan di sekolah Muhammadiyah.

Dan, itu bisa dipelopori oleh ibu-ibu Nasiyatul Aisyiah salah satu sayap organisasi Muhammadiyah Maluku. Dimulai dari yang simpel-simpel saja.

Misalnya, membuat program anak didik mereka di sekolah jangan dulu diajak pulang saat jam belajar siang selesai. Tapi bagaimana mereka ini diberi pelajaran tambahan seperti membaca Al-Quran atau belajar Bahasa Arab.

“Buatkan yang simpel-simpel saja dulu. Untuk makanannya bisa dimulai dari membawa nasi atau jagung rebus dari rumah. Adapun lauknya bisa disiapkan atau urunan oleh ibu-ibu Aisyah. Tinggal menyesuaikan,” ujarnya.

Tapi, kalau harga lauk-pauk mahal bisa dicarikan yang lain. Jangan juga telur rebus melulu, namun juga bisa diselingi telur teplok, telur mata sapi atau ikan.

“Saya dengar di Ambon harga telur mahal. Kalau mahal ya buatkan saja kandang untuk beternak ayam. Biar harga telurnya murah,” ujarnya disambut tawa.

Ini tentu bukan tanpa alasan. Di kampungnya di Malang, misalnya. Sang menteri ini punya sekolah dan pesantren yang menjadi warisan orang tuanya itu sudah melakukan hal yang sama. Di sekolahnya itu ada 100 orang siswa/siswi diberi makan bergizi gratis dalam sebulan tidak sampai Rp 10 juta.

“Orang tua siswa membawa nasi ditambah lauk. Untuk meningkatkan protein dan mineral. Ini sekaligus bisa menjadi alasan bagi guru dan orang tua kita untuk mengecek komposisi makanan anak didik kita,” ujarnya.

Untuk diketahui, guna menutupi kekurangan biaya makan gratis yang menjadi program andalan presiden terpilih Prabowo-Gibran nanti negara harus mengucurkan anggaran sebesar Rp 71 Triliun dari total yang diusulkan sebesar Rp 270 Triliun.

Karena dananya terbatas untuk dipakai pada seluruh sekolah di Tanah Air maka tidak ada cara lain harus ada subsidi silang melalui program gotong royong antara orang tua dengan pemerintah untuk mendukung suksesnya program makan gratis untuk siswa ini.

Ok gas. Mari kita gas!!!(AHMAD IBRAHIM)

  • Bagikan