Mengalir Darah Wartawan

  • Bagikan

Nama Agus Ririmasse sebagai Sekretaris Kota Ambon tentu sudah akrab di telinga warga Kota Ambon. Tapi, sebagai sosok yang mengalir dalam dirinya tinta dan darah dari seorang wartawan itu tentu belum semua tahu.

“Tinta dan darah dalam tubuh saya ini mengalir dari seorang wartawan. Dan, saya bersyukur menjadi bagian dari keluarga wartawan,” ujar Sekkot Agus Ririmasse (49).

Agus Ririmasse hari itu sedang melakukan kunjungan sekaligus dialog podcast yang dipandu presenter Intan Tuankota dalam rangka HUT Koran Rakyat Maluku ke-16, juga terkait kesiapan dirinya menghadapi pertarungan Pilwakot Ambon 2024 di markas Kawasan Tanah Rata, Galunggung, Ambon, Rabu, (7/8/24).

Kedatangan Agus Ririmasse disambut Direktur/Pemred Koran Rakyat Maluku Syaikhan Azzuhri Rumra, Direktur Klikmaluku.Com Jonathan Madiuw, dan Pemred Klikmaluku.Com Rudy Muhrim.

Saat menuju tempat dialog di Lantai II Koran Rakyat Maluku itulah saya meluangkan waktu bertanya.

Ia rupanya tidak tahu ayah beliau almarhum Pak Johanis Ririmasse atau biasa dipanggil Pak John Ririmasse dulu 30 tahun lalu adalah teman baik saya sebagai wartawan di Koran Suara Maluku.

Karena itu begitu saya menyebut nama ayah beliau Pak John Ririmasse sebagai sahabat ia tampak terkejut. Saat itulah ia mengaku bersyukur sebab dari tinta dan darah seorang wartawan itulah lahir seorang anak yang kini menempati posisi penting sebagai Sekkot Ambon.

Karena itu kunjungannya ke Kantor Redaksi Koran Rakyat Maluku hari itu selain memenuhi undangan ia juga merasa menjadi bagian dari keluarga wartawan.

Itu pula membuat dalam berbagai kesempatan ia merasa wartawan sebagai bagian dari sahabat dan keluarga. Karena itu, ia mengaku dari perjalanan hidup orang tua almarhum Pak John Ririmasse itulah kelak lahir dan besar seorang putera terbaik hingga bisa mengikuti studi dan menempati posisi penting di birokrasi pemerintahan.

Nama Agus Ririmasse saat ini memang santer sebagai kandidat Pilwakot Ambon dan menjadi figur yang kini mendapat banyak perhatian.

Ia juga telah digadang-gadang untuk menjadikan Muhammad Novan Liem sebagai calon wakil walikota. Pak Novan Liem tidak lain mantan anggota DPRD Kota Ambon dua periode dari PPP sebagai wakilnya.

Sebagai sosok yang banyak mendapat simpati pada Pilwakot, ia mengaku semua itu tidak lepas dari sikapnya dalam menjalankan tugasnya sehari-hari selama ini selalu dilandasi oleh sikapnya yang tulus, rendah hati dan terbuka.

Ia beranggapan Kota Ambon merupakan rumah bagi siapa saja. Bukan hanya yang berasal dari Maluku khususnya Kota Ambon, namun juga daerah lainnya.

Selama ini ia merasakan bahwa kehidupan orang di Maluku sangatlah santun, karena kita bersaudara satu dengan yang lain. Sebagai pusat ibukota Provinsi Maluku Kota Ambon memiliki penduduk yang heterogen atau beragam baik suku dan agama.

Karena itu sebagai warga kota yang baik, membangun Kota Ambon haruslah dilandasi oleh hati yang terbuka dan harus pula menjadi berkat untuk semua orang.

Di tengah serangan dan sorotan miring yang ditujukan kepada dirinya oleh lawan politik Pak Agus Ririmasse bergeming. Rupanya nyali putera dari seorang ayah yang berdarah Desa Haruku, Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, dan ibunya berdarah Desa Rutong, Pulau Ambon, itu tidak menjadi kendor.

Sebaliknya ia justeru melakukan counter opini dengan sikapnya yang teguh dan tulus. Ia mengaku terkesan dengan pesan-pesan almarhum ayahnya bahwa bila ada kejahatan yang sengaja dilakukan oleh orang lain untuk menjatuhkan dirinya maka lawanlah kejahatan itu dengan cara berbuat baik.

Ayah Pak Agus Ririmasse yakni almarhum Pak John Ririmasse yang wartawan itu tentu bukan orang baru. Dari sisi usia beliau lebih senior di antara beberapa teman wartawan di Koran Suara Maluku.

Pos liputan Pak John Ririmasse sangat beragam dari soal pendidikan, politik, olahraga, sosial kemasyarakatan dan keagamaan menjadi fokus liputan.

Ia adalah wartawan yang tekun. Ia belum mau beranjak dari meja redaksi hingga menjelang larut malam sebelum hasil liputannya diedit oleh redaktur atau penanggung jawab halaman.

Ia baru meninggalkan kantor redaksi setelah memastikan tidak ada lagi pertanyaan dari redaktur sebelum berita naik di mesin percetakan.

Cirinya yang lain almarhum adalah sosok tinggi/besar. Kulitnya putih. Cakep. “Iya. Papi saya tinggi dan putih,” ujar suami dari Yohana Pakereng, itu.

Saat membuat berita di depan meja komputer di lehernya selalu menempel handuk ukuran kecil.

Menyebut nama Pak John Ririmasse mengingatkan saya rekan lain yang juga menjadi teman diskusi kala itu. Di sana ada nama Pemred Pak Etty Manduapessy, GM Pak Elly Sutrahitu, Redpel M.Din Kelilauw, Pak Demi Hattu, Pak Max Aponno, Pak Yongker Rumteh, Pak Agus Latumahina, Pak Novi Pinontoan, Pak Rudy Fofid, Pak Darmosius Sosebeko, Pak Herry Luturmas, Pak Nevi Hetharia dll.

Sebelum bergabung dengan Koran Suara Maluku almarhum Pak John Ririmasse pernah menjadi wartawan Tabloid Nasional yang dipimpin almarhum Pak Wem Manuhutu juga merangkap sebagai wartawan freelance untuk Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara Ambon yang dipimpin Pak John Mayaut.

Saat Jawa Pos melalui jaringan Jawa Pos News Network (JPNN) yang dipimpin Pak Dahlan Iskan dan Pak HM.Alwi Hamu melebarkan sayapnya di sejumlah daerah di Tanah Air satu di antara media lokal yang diajak kerjasama adalah Koran Suara Maluku.

Koran tabloid yang tadinya terbit di Ternate pada era 1950-an dan kemudian dicetak di Ambon setelah melalui kerjasama JPNN di bawah asuhan pendiri Pak H.Nani Andili dan Pemred Pak Etty Manduapessy itulah pada 17 Februari 1993 resmi menjadi harian di Kota Ambon.

Sejak itu pula tidak sedikit wartawan ataupun calon wartawan bergabung menjadi bagian dari grup JPNN di Kota Manise. Satu di antara wartawan itu tak lain Pak John Ririmasse.

*
Terkait Pilwakot Ambon mendatang, menurut Pak Agus Ririmasse, kita harus melahirkan sosok leader dengan jiwa kepemimpinan yang baik. Siap menerima kritikan dan siap pula disudutkan.

Pemimpin yang bijak itu tentu harus punya kemampuan menjual visi dan misi serta program yang elegan dan bermartabat. Bukan melakukan black campaign, tentu.

“Dan, menjadikan kota yang bersih, terang di malam hari, dan harmonis itulah visi dan misi saya,” ujarnya.

Tentang pasangan calon wakil walikota Ambon Pak Novan Liem, ia mengaku dia bukan orang baru. Sosok Novan Liem merupakan figur yang sudah lama ia kenal.

Pak Novan Liem selama ini adalah politisi dari Negeri Batu Merah Kota Ambon. Sedangkan ibu kandung Pak Agus Ririmasse itu dari Rutong. Dua negeri yang masing-masing punya pertalian sejarah yang kuat.

Novan Liem di mata Pak Agus Ririmasse adalah sosok sederhana dan memiliki banyak persamaan dengan dirinya.

“Kalau Pak Novan Liem putera asli Batu Merah sedangkan ibu kandung saya adalah dari Rutong. Jadi, saya dan Pak Novan Liem itu chemistry. Ada kesamaan. Ada kecocokan,” ujarnya.

Pak Agus Ririmasse adalah putera bungsu dari tiga bersaudara. Mereka merupakan anak kesayangan dari pasangan almarhum Pak John Ririmasse dan Ibu Elsye Emma Ririmasse-Souisa.

Dari perkawinan Pak John Ririmasse dan Ibu Elsye Emma Ririmasse itu mereka dikaruniai tiga anak laki-laki yakni Adventus Levian Ririmasse, Lexi Ririmasse, dan Agus Ririmasse.

“Saya anak bungsu. Yang tertua menetap di Manado. Saya dan kakak saya Lexi Ririmasse menetap di Ambon,” ujar alumni terbaik STPDN, Jatinangor, 1997, itu.

Setamat STPDN Pak Agus Ririmasse langsung ditempatkan di Kota Kupang. Di kota inilah ia membangun karier di pemerintahan dari tadinya sebagai seorang lurah di Kota Kupang hingga kemudian kembali ke tanah kelahiran di Kota Ambon dengan posisi sebagai Sekkot Ambon.

Pak Agus Ririmasse lahir di Kota Ambon pada 22 Februari 1975, menamatkan sekolah pada SMA Negeri 7 Ambon tahun 1993 dan pada tahun yang sama ia mendatarkan diri pada STPDN.

Ia mempersunting seorang gadis bernama Yohana Pakereng yang juga tidak lain alumni STPDN angkatan 1993.

“Setamat STPDN pada 1997 saya langsung ditempatkan di Kota Kupang,” ujarnya.

Kini, mungkinkah obsesi dan impian di tangan seorang calon walikota yang mengalir tinta dan darah wartawan bernama Agus Ririmasse itu bisa terwujud Kota Ambon yang harmonis, bersih di siang hari, dan terang di malam hari? Entalah.

Yang pasti, siapapun figur yang terpilih dalam Pilwakot Ambon Nopember 2024 nanti visi dan misi besar ini haruslah tetap menjadi impian bagi seorang pemimpin untuk kota ini.

Dan, untuk menuju ke arah yang lebih baik tugas seorang pemimpin di kota ini tentu haruslah punya impian dan obsesi diikuti oleh hati yang jujur dan keikhlasan agar kelak apa yang menjadi cita-citanya itu bisa menjadi berkah bagi semua orang yang hidup dan menetap di Kota Manise tercinta ini.(AHMAD IBRAHIM)

  • Bagikan