Prof Paturusi: Berdosa Kalau Tak Bantu Orang Ambon

  • Bagikan

Prestasi akademik yang dimiliki putra-putri terbaik Kota Ambon di bidang kedokteran membuat para petinggi Kampus Universitas Hasanuddin (UNHAS) dibuat kagum. Maklum sejak kampus ini membuka Fakultas Kedokteran pada 1950-an di antara mahasiswa Ambon pertama itu ada yang memilih fakultas favorit ini sebagai pilihan utama untuk meraih cita-cita. Termasuk almarhum dr.H.Ishak Umarella.

Di banding generasi sebelumnya dr.H.Ishak Umarella termasuk angkatan kedua yang ikut mengambil program fakultas bergengsi bersama rekannya dr.Attihuta, dr. J. Manuputty, dan dr.Nan Polanunu.

Adapun angkatan pertama itu terdapat beberapa nama antara lain dr.Rajawane (ahli bedah), dr.Hasan Malawat (ahli bedah), dr.John Pieterz (ahli bedah diagostik), dr. Agustesi (ahli penyakit dalam/hipertensi), dr.Edu Tehupiori (ahli penyakit dalam/asam urat/reumatologi), dan dr. Yan Luhulima.

Karena kemampuan mendalami ilmu kedokteran itulah ada yang mendapat predikat dengan gelar khusus lantaran dianggap cerdas seperti dr.Edu Tehupiori (ahli penyakit dalam/asam urat/reumatologi) yang diakui sebagai “Bapak Ahli Asam Urat Asia Tenggara,” dan almarhum dr.H.Ishak Umarella yang dijuluki sebagai: “Bapak Atlas Kedokteran Berjalan dari Timur”. Yang terakhir ini diakui karena kemampuannya membaca anatomi tubuh manusia.

Itulah yang membuat mengapa para ilmuwan kedokteran UNHAS yang muncul belakangan begitu menghormati ketika berjumpa dengan para alumni terbaik kedokteran UNHAS asal Ambon itu.

Sampai tiba pada suatu waktu tahun 2007 datanglah dr.Ishak Umarella, dr. J.Manuputty, MPH, dan dr.Attihuta menemui sang Rektor UNHAS Prof.DR.dr.Idrus Paturusi di Kampus Tamalanrea Makassar muncul pengakuan darinya sebagai bentuk penghormatan kepada seniornya itu.

Hal itu bermula saat ketiga dokter senior ini mendapat tugas khusus dalam rangka menjajaki kerjasama untuk pembukaan Fakultas Kedokteran UNPATTI Ambon yang sebelumnya bernama Program Pendidikan Dokter (PPD) di bawah tanggung jawab Fakultas MIPA, itu.

Maklum saat itu impian untuk mendirikan Fakultas Kedokteran UNPATTI sudah lama dirindukan. Nah, untuk mewujudkan impian itu harus ada upaya untuk mendekati semua pihak sebagai bentuk dukungan terutama dari sisi tenaga pengajar. Dan, salah satu syarat untuk mendirikan fakultas baru apalagi Fakultas Kedokteran haruslah didukung oleh tenaga pengajar berkualifaid di bidang kedokteran.

Untuk memenuhi impian dan obsesi agar Maluku memiliki Fakultas Kedokteran diutuslah oleh Pemrov Maluku di bawah Gubernur Karel Alberth Ralahalu dan Rektor UNPATTI Prof HB.Tetelepta untuk ketiga dokter handal yang alumni UNHAS itu untuk menemui sang Rektor Prof Idrus Paturusi.

Jabatan dr.H.Ishak Umarella saat itu adalah Kadis Kesehatan Provinsi Maluku, sementara dr.J.Manuputty, MPH adalah Direktur RSUD Haulussy Ambon, dan dr.Attihuta sebagai dokter senior.

Saat bertemu dan menyampaikan niat baik itu muncul pengakuan dari Prof Idrus Paturusi. Ia mengatakan UNHAS sangat mendukung ide mendirikan Fakultas Kedokteran UNPATTI Ambon.

Sebagai bentuk dukungan UNHAS mengirimkan tenaga dosennya untuk membantu memberikan pelajaran bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran UNPATTI.

Di hadapan ketiga dokter senior itu Prof Idrus Paturusi menaruh hormat atas jasa-jasa orang Ambon yang telah berkontribusi memberikan ilmu dan pengetahuan ketika awal Fakultas Kedokteran UNHAS berdiri.

Saat itu banyak alumni Fakultas Kedokteran UNHAS adalah asisten dosen dari Ambon. Dan, salah satu murid terbaik mereka itu tidak lain Prof Dr dr.Idrus Paturusi. Karena itu walaupun status dosen asal Ambon itu adalah asisten dosen tapi mereka ini sangat dihormati sebagai gurunya.

Di antara para alumni pertama Fakultas Kedokteran UNHAS asal Ambon yang kemudian memilih menjadi asisten dosen itu terdapat beberapa nama antara lain dr.Rajawane (ahli bedah), dr.Hasan Malawat (ahli bedah), dr.John Pieterz (ahli bedah diagostik), dr. Agustesi (ahli penyakit dalam/hipertensi), dr.Edu Tehupiori (ahli penyakit dalam/asam urat/reumatologi), dan dr. Yan Luhulima.

“Kalau bukan karena orang Ambon kita ini tidak bisa seperti ini. Karena itu sangat berdosa kalau ada orang Ambon meminta bantuan kita tidak membantu,” ujar Prof Dr dr Idrus Paturusi sebagaimana dikutip dr.Sofyan Umarella.

Dr.Sofyan Umarella yang tidak lain sang anak dari dr.Ishak Umarella saat itu memang ikut mendampingi ayahnya bersama dr.Manuputty dan dr.Atihuta menemui Prof Idrus Paturusi.

Selain UNHAS terdapat pula Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya yang juga menjadi pendamping untuk mendukung program pengembangan Fakultas Kedokteran UNPATTI.

“Namun, kalau tidak salah 60 persen kontribusi terbesar dukungan itu diberikan oleh UNHAS untuk tenaga pengajar. Setelah melihat perkembangan dan dinilai sudah bisa mandiri barulah dukungan itu perlahan dilepas,” ujarnya.

Bertindak sebagai Ketua Program Pendidikan Dokter yakni dr.J.Manuputty, MPH. Ia adalah Ketua Program Pendidikan Dokter UNPATTI pertama selama empat tahun sejak 2008 hingga kemudian beralih status menjadi Fakultas Kedokteran UNPATTI di bawah Rektor Prof DR Thomas Pentury, M.Si, yang diresmikan Gubernur Karel Ralahalu, Jumat 28 September 2012, dimana dr.J.Manuputty tetap dipercaya sebagai Dekan Fakultas Kedokteran UNPATTI.

SOSOK LAIN Dr.ISHAK UMARELLA

Pengabdian para alumni terbaik UNHAS di bidang kedokteran patut diberi apresiasi. Seperti yang dilakukan almarhum dr.H.Ishak Umarella sebagai dokter dalam membantu dan melayani masyarakat nun di Kecamatan Seram Timur beribukotakan Geser, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), walau di tengah keterbatasan membuat dirinya menjadi matang.

Tidak saja secara medis, sulitnya infrastruktur jalan dan perhubungan laut tidak membuat ia putus asa. Walhasil, selain menjalankan tugas utama sebagai dokter ia juga terbilang tangguh karena telah dididik secara religius.

Sejak kecil dr. Ishak Umarella sudah diajari nilai-nilai keagamaan seperti tauhid dan akhlak oleh ayahnya Tuan Guru H. Abdul Hamid Umarella. Itulah yang membuat mengapa ia menjadi sosok yang kuat.

Dalam sebuah manaqib (kisah) yang ditulis disebutkan sang ayahnya H.Abdul Hamid Umarella adalah seorang pembelajar yang menurun kepada sang anaknya.

Untuk memperdalam pengetahuannya ia harus berkeliling Nusantara bahkan ke luar negeri seperti Patani, Thailand Selatan, Malaysia, Singapura, dll.

Keluarga Umarella ini adalah praktisi dakwah sekaligus sebagai guru/mursyid tarekat Syatriyah. Tarekat ini memiliki sanad atau ketersambungan ilmunya hingga Nabi Muhammad SAW melalui garis keturunan dari Tuan Guru Malaka bernama Muhammad Yusuf Bin Abdul Karim.

Dari sudut nasab, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya (Baca: Pelopor “SMS”, Sang Atlas Berjalan dari Timur), disebutkan dr.H.Ishak Umarella adalah keturunan ke-11 dari penyiar agama Islam di Ambon (Tulehu) yang berasal dari Hadramaut, Yaman, bernama Syeikh Amir Hamzah (Hamzah Bin Husain Bin Syeikh Abubakar Bin Salim) atau yang lebih dikenal di Tulehu dengan nama/gelar: Upu Latu Nusa Huhun, atau Manaputahual.

Adapun silsilahnya adalah: Syeikh Amir Hamzah – Ali – Husain – Abdullah – Abdurrahman – Hasyim Umar – Ali – Umar – Abdul Wahab – Abdul Hamid – dr. Ishak Umarella.

Semasa kecil ia telah diajari tentang tauhid dan akhlak oleh ayahnya. Berbagai kitab telah dipelajari baik melalui ayah dan saudara-saudaranya yang juga dikenal sebagai tokoh agama dan ulama di Tulehu yakni Drs. Abdul Rahman Umarella dan Drs. Ismail Umarella. Kitab-kitab yang dipelajari itu antara lain: Najmul Huda, Ad-Darun Nafis, Khazinatul Asrar, Sirrul Latif, Qasfil Gaibiyah, Kamari Huda, Kasful Asrar, dll.

Ketika bertugas sebagai dokter nun di Pulau Geser pada 1973 itulah terjalin perpaduan kontak keilmuan terkait penanganan kesehatan untuk masyarakat maupun soal keagamaan.

Maklum, tempat tugas baru di Pulau Geser juga merupakan salah satu basis ulama di Maluku. Selain bertugas sebagai dokter, ia juga menimba ilmu agama pada beberapa alim ulama antara lain Tuan Guru Habib Muksin Al-Hamid (Imam Besar Masjid Raudhatul Janah), Tuan Guru Haji Abdullah Badiu (teman diskusi dalam mengkaji kitab kuning), Tuan Guru Rauf Wajo, Tuan Guru Nurdin Rumonin, Tuan Raja Besar Muhammad Kelian maupun keluarga dan murid-murid Tuan Guru Malaka yakni Habib Muhamad Yusuf Bin Abdul Karim Alaydrus.

Pun selama di Ambon almarhum juga dekat dengan tokoh agama antara lain: Haji Ali (Kailolo), Habib Muhammad Bin Abdullah Bin Hasan Al-Attas, Habib Husain Bin Abdullah Bin Idrus Alhabsy, Ustad Zagladi (Kota Jawa), dll.

“Ayah saya adalah seorang yang mencintai ulama dan orang saleh. Meski di tengah kesibukannya sebagai dokter dalam melayani masyarakat 1×24 jam ia masih sempat mencari waktu untuk bersilaturahmi dengan para alim ulama,” ujar dr.Sofyan.

Itulah yang membuat masyarakat Geser di Kecamatan Seram Timur dan sekitarnya setelah enam tahun bertugas dan kembali ke Ambon pada 1979, begitu banyak yang merasa kehilangan pada sosok dokter yang selalu tampil bersahaja itu.

Semasa hidup almarhum pernah bertugas sebagai Kepala Badan Pemberantasan Penyakit Paru-Paru (BP4) Provinsi Maluku, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, Kepala Dinas Sosial Provinsi Maluku, dan Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Maluku.

Di tengah kesibukannya ia tetap aktif berdakwah antara lain sebagai khatib di Masjid Raya Alfatah Ambon maupun sebagai pembina sekaligus rutin mengisi pengajian pada majelis ilmu/majelis taklim di Maluku.

Dalam aktivitas sosial kemasyarakatan lainnya adalah sebagai Wakil Ketua Yayasan Mesjid Raya Al-Fatah, pendiri sekaligus mengepalai Rumah Sakit Al-Fatah Ambon, Ketua Gabungan Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam Provinsi Maluku, dan Ketua Yayasan Darussalam (Universitas Darussalam Ambon).(AHMAD IBRAHIM/Habis).

  • Bagikan