Suatu hari saya pernah jalan-jalan ke Tulehu menggunakan mobil untuk mengantar seorang penumpang ke RSUD dr.H. Ishak Umarella.
Menjelang siang itu saya pun meminta izin kepada petugas di pintu jaga untuk ke musalah yang berada di sayap kiri pintu masuk rumah sakit tersebut untuk menunaikan salat duhur.
Saat berada di musallah — di samping saya sudah terlihat ada empat orang jamaah. Bertindak sebagai imam salat Pak Moh Pikalouhatta, SKM, M.Si. Saya dan dua pria lainnya berikut beberapa perempuan di belakang berada dalam posisi sebagai makmum.
Baru sekali ini saya memasuki RSUD di ujung timur Pulau Ambon itu. Perjumpaan saya tanpa sengaja dengan Pak Moh Pikalouhatta di musalah terjadi pada 14 Desember 2023 lalu.
Dari beliau cerita tentang sosok di balik nama besar RSUD dr.H.Ishak Umarella itu bermula.
Inilah RSUD yang kali pertama memelopori sebuah gerakan pemberdayaan pelayanan kesehatan antarpulau di Maluku yang diakronimkan dengan sebutan: “SMS” atau Sail Medical Service.
Yakni sebuah program layanan kesehatan menggunakan kapal laut. Melalui program “SMS” inilah paramedis di RSUD dr.Ishak Umarella berlayar menuju wilayah terpencil dan perbatasan Maluku yang sulit terjangkau untuk memberi pelayanan kesehatan baik dalam bentuk tindakan operasi di tempat maupun dalam bentuk pelayanan pemeriksaan kesehatan.
Menyebut nama dr. Ishak Umarella yang menempel pada nama RSUD ini tentu mengingatkan saya nama dokter Ishak Umarella yang sudah tak asing.
RSUD Ishak Umarella berada di ujung Timur Pulau Ambon tepatnya di sebuah distrik bernama Tulehu. Ia adalah tokoh penting dari seorang dokter inspiratif yang cukup familiar di kalangan warga.
Semasa hidupnya ia dikenal ramah dan telah aktif di dunia medis dan kemanusiaan sejak tahun 1970-an hingga masa konflik sosial.
Beberapa kali saya pernah terlibat sebagai jurnalis bersama beliau mengikuti kegiatan dan diskusi untuk penanganan resolusi konflik baik di Jakarta atau Ambon. Ketika itu ia masih bertugas sebagai Kepala Dinas Kesehatan Maluku dan saat yang sama sebagai Kepala Dinas Sosial Provinsi Maluku.
Di samping sebagai seorang dokter, dr. Ishak Umarella juga dikenal sebagai seorang mubaliq yang sering mengisi khotbah Jumat di Masjid Raya Al-Fatah, Ambon.
Sepeninggal almarhum jejak itu kini melekat pada anak bungsunya yang juga tidak lain seorang ahli medis untuk penyakit dalam bernama dr.H.Sofyan Syarifuddin Umarella.
Mengikuti jejak almarhum sang ayah, dr.Sofyan yang alumni Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar itu kini juga aktif sebagai seorang juru dakwah.
Sudah tiga kali saya ke objek wisata Batu Kuda di Tulehu melewati jalan tempat dimana RSUD ini berdiri tapi baru siang itu saya menyempatkan waktu melihat dari dekat rumah sakit dr. Ishak Umarella.
Meski berstasus Tipe C, tapi dari sisi penataan dan ruang parkir RSUD Ishak Umarella sangatlah luas. Tidak sumpek.
Bila dari arah Ambon menuju Tulehu letak RSUD ini sekitar satu kilomoter di sayap kanan jalan raya. Jauh dari keramaian dan kebisingan bunyi kendaraan membuat suasana lingkungan di RSUD dr.Ishak Umarella terkesan nyaman dan tenang. Sirkulasi dan hawa udaranya relatif bersih.
Pak Moh Pikalouhatta tentu bukan orang baru di RSUD ini. Ia tidak lain Kepala Bidang Pelayanan dan Keperawatan.
“Di RSUD dr.Ishak Umarella ini sudah delapan tahun saya bertugas. Kalau ditotalkan sejak bekerja di RSKD Nania berarti sudah 33 tahun. Dua tahun lagi saya memasuki masa pensiun,” ujarnya.
Dari Pak Moh saya mendapat cerita kalau RSUD dr.Ishak Umarella merupakan salah satu pelopor Layanan Kesehatan Berlayar atau biasa disingkat “SMS”.
Menyinggung proses penamaan RSUD Tulehu menjadi RSUD dr.Ishak Umarella ini, diakui oleh dr.Sofyan Umarella telah terjadi pada masa pemerintahan Gubernur Said Assagaff yang berproses sejak September 2015.
Jadi, pada masa itu atas diskresi pemerintah pusat untuk peningkatan status pelayanan rumah sakit di Tanah Air maka diusulkanlah ke Pemprov Maluku dan Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Maluku untuk diajukan nama RSUD dr.H.Ishak Umarella ke pusat untuk diproses.
“Melalui Kadis Kesehatan Provinsi Maluku waktu itu yakni ibu dr.Fath Basalamah dibuatkanlah usulan ke pusat. Dan, atas diskresi pemerintah pusat status Rumah Sakit Tulehu pun berubah diikuti perubahan nama menjadi RSUD dr.H.Ishak Umarella,” ujar dr. Sofyan Umarella kepada saya, di kediamannya di Perumahan Pasir Putih Village, Ambon, Minggu malam, (28/7/24).
Proses pengusulan nama ini dilakukan dalam sebuah Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan Nama RSUD Tulehu menjadi RSUD dr. H. Ishak Umarella dan disahkan melalui Peraturan Gubernur Maluku Nomor 46 Tahun 2017 tentang Pemberian Nama RSUD Tulehu Provinsi Maluku menjadi RSUD dr. H. Ishak Umarella.
Proses penamaan RSUD Tulehu ini tentu tidak terlepas dari sosok dr. H.Ishak Umarella yang telah berjasa di bidang pelayanan kesehatan di Maluku. Diikuti dukungan bersama unsur Muspika setempat, para raja, saniri, tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat melalui pernyataan sikap, termasuk dukungan dari pihak keluarga yang menyetujui pemberian nama RSUD Tulehu menjadi RSUD dr H. Ishak Umarella.
Pak Moh.Pikalouhatta mengungkapkan ketika status nama RSUD Tulehu ini berubah menjadi rumah sakit Tipe C dan menjadi RSUD Ishak Umarella, salah satu program utama yakni menjadi pelopor Sail Medical Service dibawa Direktur ibu dr. Meikyal Pontoh.
Nama dr.Ishak Umarella tidak lain adalah seorang dokter bersahaja yang lahir di Tulehu, Kabupaten Maluku Tengah, 28 Agustus 1945, dari pasangan Haji Abdul Hamid Umarella dan ibunda Hj. Maryam Nahumarury.
Ia anak bungsu dari lima bersaudara yakni: Khodijah, Abdur Rahman, Ismail, dan Asma.
Dilihat dari nasabnya dr. Ishak Umarella adalah keturunan ke-11 dari penyiar agama Islam di Ambon (Tulehu) yang berasal dari Hadramaut, Yaman, bernama Syeikh Amir Hamzah (Hamzah Bin Husain Bin Syeikh Abubakar Bin Salim) atau yang lebih dikenal di Tulehu dengan nama/gelar: Upu Latu Nusa Huhun, atau Manaputahual.
Menurut sang putera dr.Sofyan Umarella, ayahnya adalah sosok dokter yang separoh hidupnya telah dihabiskan untuk dunia medis.
Setelah tamat dari Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar pada 1972 dan tahun berikutnya 1973 hingga 1979 beliau sudah terjun di wilayah terpencil nun di pulau di Kecamatan Seram Timur, tepatnya di ibukota Geser di ujung timur Pulau Seram.
Dokter Sofyan adalah anak kesayangan almarhum yang juga berprofesi sebagai dokter ahli penyakit dalam. Mengikuti jejak sang ayah, dr.Sofyan juga dikenal di Kota Ambon sebagai sosok dokter bersahaja dan seorang yang taat dalam agama. Baik dalam hal dakwah juga terkait kerja-kerja kemanusiaan.
Ia mengakui diabadikannya nama RSUD Ishak Umarella di Tulehu ini tidak lepas dari sosok sang ayah yang telah lama berkiprah di bidang kesehatan di Maluku.
Jasa-jasa almarhum dalam melayani, membimbing, dan memajukan dunia kesehatan di daerah ini telah terbukti sejak ia berkiprah sebagai seorang dokter di pelosok Pulau Seram. “Orang lain memilih bekerja di kota namun ayah saya justeru memilih ke kampung nun jauh di pelosok,” ujarnya.
Dedikasi dan pengabdian yang diberikan pada masyarakat kala itu tidak mengenal waktu. Siang dan malam selama 24 jam ia tetap setia melayani masyarakat yang membutuhkan pertolongan perawatan.
Walhasil, karena jasa dan pengabdiannya ia yang mestinya bertugas hanya dua tahun di Geser tapi oleh masyarakat merasa keberatan bila sang dokter ini harus pergi ke Ambon meninggalkan mereka.
Karena permintaan masyarakat dan keinginannya untuk belajar dan sekaligus memberikan pelayanan pada masyarakat sebagai dokter di Puskesmas maka masa tugasnya di Geser pun diperpanjang menjadi enam tahun.
“Beliau dikenal senang membantu, meringankan penderitaan orang lain. Di tengah keterbatasan transportasi dan minimnya fasilitas kesehatan di daerah terpencil namun ia bisa memberikan pelayanan kesehatan selama 24 jam,” ujarnya.
Baginya pelayanan kesehatan pada masyarakat lebih penting ketimbang urusan pribadi. Dan, sebagai seorang dokter yang berpendidikan tinggi dibandingkan masyarakat saat itu, kesederhanaan menjadi kuncinya dengan tidak membatasi jarak dengan masyarakat membuatnya ia begitu dicintai.
Almarhum dr.Ishak Umarella menyelesaikan pendidikan formalnya di bangku SD hingga SMA di Ambon. Kemudian melanjutkan pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.
Selama kuliah oleh teman-temannya ia kerab dipangil dengan sebutan: “Atlas Kedokteran Berjalan dari Timur” karena saking pintarnya soal anatomi manusia. Ia termasuk lulusan dan alumni terbaik dan tercepat di almamaternya.
Kalau di dunia pelayaran nakhodah kapal itu punya peta pelayaran untuk menentukan jarak dan posisi kapal maka di dunia kedokteran mereka juga punya namanya atlas. Atlas di sini adalah semacam panduan bagi seorang dokter untuk mengetahui anatomi tubuh manusia.
“Ayah saya itu ahli membaca anatomi manusia. Itulah mengapa teman-temannya di Fakultas Kedokteran UNHAS menjuluki beliau dengan panggilan: Atlas Kedokteran Berjalan dari Timur,” ujar dr.Sofyan.
Berbeda dengan teman-temannya dari Ambon lainnya yakni dr.Rajawane (ahli bedah), dr.Hasan Malawat (ahli bedah), dr.John Pieterz (ahli bedah diagostik), dr. Agustesi (ahli penyakit dalam/hipertensi), dr.Edu Tehupiori (ahli penyakit dalam/asam urat/reumatologi), dr. Yan Luhulima, dr. Attihuta, dan dr. Manuputti, almarhum dr.Ishak Umarella hanyalah dokter umum tapi karena jasanya di bidang pelayanan kesehatan nama beliau pun oleh negara telah diabadikan sebagai nama RSUD dr.H.Ishak Umarella.
Meski hanya dokter umum, tapi almarhum dr.Ishak Umarella sangat dihormati oleh sesama rekan karena punya kemampuan khusus.
Kalau dr.Edu Tehupiori dijuluki karena keahlianya sebagai: Bapak Ahli Asam Urat Asia Tenggara, maka tidaklah salah almarhum dr.Ishak Umarella dijuluki sebagai: Atlas Kedokteran Berjalan dari Timur karena kemampuan membaca anatomi tubuh manusia juga karena kiprahnya di bidang pelayanan kesehatan tidak diragukan.
Menurut dr.Sofyan, almarhum ayahnya tadinya oleh gurunya dr.Wem de Yong asal Belanda pernah menawarkan untuk menjadi dosen di Fakultas Kedokteran UNHAS sekaligus untuk mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Tapi bersamaan dengan itu ayahanda beliau H.Abdul Hamid Umarella jatuh sakit di Tulehu dan beliau pun menolak tawaran tersebut.
Dan, sang ahli anatomi yang bergelar: Atlas Kedokteran Berjalan dari Timur ini pun lebih memilih berbakti dan merawat dorang tuanya ketimbang harus mengejar ilmu. Bagi almarhum mengejar ilmu itu penting tapi berbakti kepada orang tua jauh lebih penting.
Sejak itulah ia memilih kembali ke Ambon hingga kemudian mempersunting gadis pujaannya Hj. Neng Lintje Marlina Ombi.
Dari hasil perkawinannya itu mereka dikaruniai empat orang anak yakni: Dr Farid Umarella dosen komunikasi di Universitas Mercu Buana, Jakarta, Dr Muh Rijali di Jogya, Rosdiana Umara, ST, staf Bapeda Kota Makassar, dan dr.Sofyan Syarifuddin Umarella.(AHMAD IBRAHIM/Bersambung)