Lima Jam Trans Seram Lumpuh

  • Bagikan

Warga Kecewa Pelaku Pemerkosaan Belum Ditangkap

RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Warga Tihulale, Kecamatan Amalatu, memblokade Trans Seram. Penutupan jalan utama penghubung tiga kabupaten, yakni Seram Bagian Barat, Maluku Tengah, dan Seram Bagian Timur, ini dilakukan pada Kamis, 25 Juli 2024, sekira pukul 11.00 Wit.

Dari informasi yang diperoleh Rakyat Maluku, pemalangan jalan dilakukan lantaran terduga pelaku perkosaan berjumlah lima orang belum ditangkap oleh aparat kepolisian setempat.

Sebelumnya, Rabu, 24 Juli 2024, keluarga korban dan warga Tihulale mengancam blokir jalan jika pelaku tak ditangkap, tapi batal karena Polsek Amalatu berhasil meredam mereka dengan jaminan akan menangkap para pelaku.

Namun hingga Kamis pagi, janji itu tidak direalisasi, sehingga masyarakat pun menutup jalan. Penutupan Trans Seram berbuntut pada kemacetan panjang sekitar lima jam, baik kendaraan yang hendak menuju Kota Masohi dan Kota Bula, maupun sebaliknya.

Sekira pukul 16.00 Wit, jalan akhirnya dibuka setelah aparat Kepolisian dan TNI setempat berkoordinasi dengan Pemerintah Desa Tihulale.

Kapolres SBB AKBP Dennie Andreas Dharmawan, yang dikonfirmasi membenarkan penutup jalan itu. Menurutnya, jalan tersebut kini sudah dibuka, dan lalu lintas Seram sudah kembali berjalan normal.

“Arus lalu lintas sudah normal. Tidak ada lagi blokade atau palang-palang jalan. Situasi sudah aman terkendali. Masyarakat kami imbau untuk tetap tenang, jangan melakukan aksi-aksi yang bisa berdampak lebih besar. Mari kita sama-sama jaga situasi dan kondisi keamanan di SBB ini,” ajak Kapolres.

Kopelres menambahkan, untuk terduga pencabulan anak di bawah umur yang terjadi di Desa Rumahkay, satu dari lima orang telah ditangkap oleh aparat Polres SBB dan Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Maluku.

“Setelah kita melakukan serangkaian pemeriksaan terhadap korban dan para saksi, maka sudah terungkap identitas terduga pelaku. Baru satu terduga kita tangkap di Kota Ambon siang tadi,” kata Kapolres.

Menurut Kapolres, peristiwa pencabulan itu terjadi pada Kamis, 18 Juli dini hari, dan baru dilaporkan pada 23 Juli kemarin.

“Setelah kita menerima laporan, kita langsung melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi, dan korban. Korban juga sudah kita visum. Namun belum genap dua hari setelah laporan itu, warga langsung melakukan aksi pemalangan jalan dengan menuntut para pelaku ditangkap. Padahal kan baru dilaporkan, tapi tidak apa-apa. Sebab, sudah satu yang kita tangkap,” jelas Kapolres.

Kapolres mengatakan, pihaknya akan melakukan pengejaran terhadap terduga pelaku lainnya yang masih belum ditangkap.

“Mudah-mudahan malam ini ada juga yang akan kita tangkap. Untuk sementara dari hasil pemeriksaan itu terungkap jika terduga pelaku ini lebih dari dua orang,” beber Kapolres.

AKBP Dennie menegaskan, selama ini pihaknya tidak diam dalam menangani kasus yang baru dilaporkan itu.

“Kita bukan diam, tapi kan kita kerja sesuai prosedur. Sejak menerima laporan itu kita langsung berupaya semaksimal mungkin. Bahkan kedua raja dan para tokoh, sudah kita pertemukan di Polsek untuk meminta agar bantu kami dalam menemukan para pelaku ini. Selain raja masyarakat Rumakay juga sudah kita imbau agar tidak menyembunyikan para pelaku. Para pelaku ini belum pernah kami amankan,” imbaunya.

Dikatakan, dari hasil penyidikan ternyata para terduga pelaku tersebut sudah kabur dari Kabupaten SBB, dan diketahui kini berada di Kota Ambon.

“Segala upaya sudah kami lakukan padahal boleh dibilang kasus ini baru dilaporkan. Para pelaku ini sudah kabur ke Ambon, makanya kita bersama Polda lakukan pengejaran,” kata Kapolres.

Dengan upaya tersebut, maka dirinya mengimbau, kepada masyarakat untuk percayakan penanganan kasus tersebut kepada aparat Kepolisian. (AAN)

  • Bagikan

Exit mobile version