Tanggal 16 Juli besok 2024 menjadi hari penting menandai haul emas sejarah panjang kepergian ulama terpandang di Maluku Utara almarhum Alhabib Hasyim Bin Muhammad Albaar.
Haul emas ini diperingati tepat 50 tahun wafatnya sang mufti Kesultanan Ternate bertepatan 10 Muharram 1446 H.
Nama Habib Hasyim Albaar atau lebih dikenal Matuang Kota Matiti Malibuku ini wafat pada 10 Muharram 1394 H atau 3 Februari 1974. Sejak kepergian sang habib ini membuat Kota Ternate kehilangan tokoh besar dan salah satu paku bumi di Maluku Utara.
Makam sang waliyullah ini pernah saya ziarahi pada Mei 2022 di Pemakaman Islam Ternate. Letaknya tepat di sebelah makam ibunya Syarifah Salma Binti Husein Alhabsyi dan berada di bawah kaki ayahnya Al Habib Muhammad Bin Abdurrahman Albaar.
Ayah Habib Hasyim ini juga adalah salah satu tokoh penyiar agama dan juga Mufti Kesultanan Ternate. Salah satu basis yang menjadi pusat dakwah beliau yakni nun di Loloda Kepulauan yakni di Desa Dagasuli, Pulau Dagasuli.
Di kampung ini ayahnya yakni Alhabib Muhammad Bin Abdurahman Bin Hasyim Albaar diberi gelar dengan panggilan Matuang Ololamoko atau guru besar.
Sepeninggal ayah mereka dakwah beliau dilanjutkan oleh putera-puteranya salah satunya Alhabib Hasyim Albaar yang memilih Desa Dama, di Loloda Kepulauan sebagai basis dakwah.
Habib Hasyim dikenal memiliki karomah karena itu sang waliyullah ini sangatlah dihormati. Untuk mengenang jasa dan keteladanannya setiap tahun selalu diadakan haul Habib Hasyim.
Mengutip Wikipedia, haul seperti diketahui yakni tradisi peringatan kematian seseorang yang diadakan setahun sekali dengan tujuan mendoakan ahli kubur agar semua amal ibadah yang dilakukannya diterima Allah SWT sekaligus mengenang keteladanan semasa hidup dari tokoh yang diperingati tersebut.
Tahun ini tentu menjadi moment penting bertepatan 50 tahun kepergian sang ulama itu.
Dari catatan yang diperoleh jadwal haul dimulai Senin 15 Juli 2024 diawali rauhah dan buka puasa tasu’a bersama, lalu diikuti oleh pembacaan doa asyuro dan burdah almadih.
Dilanjutkan Selasa, 16 Juli 2024 ziarah ke kubro (collecting point Masjid CIM Annur Sigi) dan buka puasa Asyura bersama diikuti puncak haul.
Seperti tahun lalu, haul kali ini disebut haul emas untuk mengenang kekaguman sang habib. Almarhum Habib Hasyim tidak saja dikagumi oleh masyarakat Kota Ternate dan Maluku Utara tapi juga oleh para ulama seperti almarhum Prof Dr Buya Hamka, juga tokoh pendidik dari Lembaga Pendidikan Al-Khairaat Kota Palu Alhabib Idrus Bin Salim Aljufri.
Mereka para pengikut setia yang menyelenggarakan haul ini selain keluarga dekat banyak di antara mereka adalah muridnya, juga masyarakat pencinta habaib yang telah lama menimba ilmu dari sosok Alhabib Hasyim Albaar ini.
Dalam sebuah catatan manaqib Alhabib Hasyim sebagaimana yang dibacakan oleh Habib Syaihan Bin Ahmad Albaar pada Haul Habib Hasyim ke-49 tahun 2023 lalu, disebutkan saking kagumnya kepada sang waliyullah ini membuat Buya Hamka harus membatalkan kepulangannya ke Jakarta setelah ulama kharismatik dari Kota Padang itu berkunjung ke Ternate pada 1970.
Maklum saat itu Buya Hamka teringat atas pesan ayahnya KH Abdul Karim Amirullah atau biasa disapa Haji Rasul yang merupakan sahabat dekat Alhabib Hasyim Albaar saat mereka berdua menuntut ilmu di Kota Makkah.
Dari cerita ayahnya KH.Abdul Karim Amirullah itu Buya Hamka teringat pesan ayahnya agar suatu saat bila berkunjung ke Ternate sempatkan waktu untuk menyempurnakan ilmunya pada Habib Hasyim Albaar. Setelah berbilang tahun Buya Hamka lupa bahkan saat berada di Ternate ketika itu ia lengah atas pesan ayahnya itu.
Malam sehari sebelum kepulangan ke Jakarta, Buya Hamka pun bermimpi bertemu ayahnya KH Abdul Karim Amirullah. “Kenapa kamu tidak mendatangi masjid yang menghadap ke lautan.”
Mendapat pesan dalam mimpinya itu paginya Buya Hamka pun bertanya. Seketika ia mendapat penjelasan kalau yang dimaksud “masjid yang menghadap ke lautan” itu tidak lain rumah Habib Hasyim yang menghadap ke laut.
Mendapat jawaban itu sembari mengingat pesan ayahnya untuk bertemu sang habib bila suatu ketika melawat ke Ternate membuat Buya Hamka harus membatalkan kepulangan.
Keesokan harinya ditemani anaknya Rusdi Hamka ia pun meminta izin untuk bertemu di rumah sang habib yang selalu tampil sederhana namun penuh tawaduh itu. Setibanya di depan pintu rumah Alhabib Hasyim — Buya Hamka terkesima melihat wibawa dan kharisma Habib Hasyim.
“Jika kamu ingin melihat seorang ulama besar maka lihatlah Alhabib Hasyim. Sungguh terpancar dari kedua matanya cahaya keilmuan,” ujar Buya Hamka di hadapan anaknya Rusdi Hamka.
Di antara karomah beliau lainnya sebagaimana diceritakan oleh putri beliau Syarifah Nur Binti Hasyim Albaar adalah ketika kunjungan Buya Hamka ke rumah Alhabib Hasyim.
Habib Hasyim kala itu memerintahkan kepada keluarganya untuk mempersiapkan dua ekor ayam sebagai jamuan makan bagi Buya Hamka.
Kala itu Habib Hasyim memerintahkan anaknya untuk mengolahnya menjadi makanan berkuah. Ketika Buya Hamka datang betapa terkejutnya keluarga beliau karena Buya Hamka ditemani sekitar 20 sampai 30 orang.
Seketika Alhabib Hasyim mempersilahkan tamu-tamu tersebut agar makan satu per satu. “Dan dengan izin Allah SWT seluruh tamu Alhabib Hasyim mendapatkan jamuan tanpa kekurangan sedikit pun,” ujar Habib Syaihan Bin Ahmad Albaar dalam Manaqib Alhabib Hasyim.
Alhabib Hasyim memiliki karomah yang besar. Ia masuk dalam kelompok Auliya Ahlul Khutwah atau para wali yang mampu menjadikan jarak yang begitu jauh menjadi beberapa langkah saja.
Dikisahkan, suatu saat di akhir hidupnya beliau tidak pernah melaksanakan salat Jumat di masjid, sehingga menimbulkan prasangka buruk pada seseorang.
Mengetahui hal tersebut Alhabib Hasyim mengajaknya untuk salat di dalam kamarnya. Ketika orang tersebut selesai bertakbir untuk memulai salatnya kemudian mengangkat kepalanya, betapa terkejutnya dia ketika melihat mereka berada di Masjidil Haram persis di depan Kakbah.
Ia juga seorang wali yang mencapai kemampuan khusus yang disebut dengan Yatajazza’ yaitu ia pernah berkhotbah Idul Adha di Masjid Annur, masjid sekitar Sulamadaha, Kota Ternate dan masjid di Pulau Hiri secara bersamaan.
Diceritakan oleh adik Alhabib Hasyim yakni Alhabib Abdurrahman Bin Muhammad Albaar bahwa beliau melihat setelah wafatnya Al Habib Hasyim — pada saat yang sama Alhabib Hasyim juga menghadiri acara tahlil Habib Hasyim sendiri sehingga pada saat mereka menghadiri Haul Habib Hasyim tidak diragukan karena saat yang sama Alhabib Hasyim juga hadir di tengah-tengah peserta haul. Itulah karomahnya.
Habib Hasyim adalah sosok yang memilih hidup dalam kesederhanaan di Kota Ternate. Beliau lebih memilih terkenal di hadapan penduduk langit dari pada penduduk bumi.
“Sifat khumul dan zuhud inilah yang terus beliau amalkan hingga akhir hayatnya. Selama hidupnya beliau tinggal di rumah yang sangat sederhana bahkan tempat pijakan sehari-harinya di rumah adalah tanah bukan keramik yang mahal atau mewah,” ujarnya.
Beliau juga adalah seorang ulama yang sangat wara’ yaitu berhati-hati dalam masalah halal dan haram. Beliau menjaga diri dari hal-hal yang tidak jelas status kehalalannya atau yang disebut syubhat.
“Beliau selalu menjaga perutnya dari masuknya sesuatu yang haram ataupun syubhat, sehingga dengan sifat wara’ atau menjaga diri dari hal-hal yang syubhat, Allah SWT membuka tabir-tabir dari mata Alhabib Hasyim sehingga beliau bisa mengetahui hal-hal syubhat secara nyata,” ujarnya.
Hal ini bisa kita ketahui dari cerita yang masyhur, bahwa ada seorang murid Alhabib Hasyim yang datang ke rumahnya membawa hadiah berupa beberapa butir telur. Sesampainya di hadapan Alhabib Hasyim dan memberikan hadiah tersebut kepada Habib Hasyim, Habib Hasyim pun memilih beberapa telur dari hadiah tersebut dan mengembalikan beberapa butir lainnya.
Ketika itu sang murid pun berkata: “Wahai habib ambillah semua telur-telur ini, karena ini adalah hasil dari ternak ayam milikku,” ujarnya.
Seketika Habib Hasyim pun menjawab: “Ya, telur dari hasil ternakmu sudah saya ambil, adapun sisa yang saya kembalikan adalah telur dari ayam yang bukan milikmu. Ayam tersebut hanya bertelur di dalam kandang milikmu.”
Selamat memperingati haul emas sang waliyullah, mufti kesultanan, pendidik, pengajar, dan tokoh panutan Alhabib Hasyim Bin Muhammad Albaar.(AHMAD IBRAHIM)