Langkah cepat Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon dan Pemerintah Provinsi Maluku menggelar rapat koordinasi terkait penanggulangan bencana alam akibat badai hujan diikuti pohon tumbang dan tanah longsor yang terjadi belakangan ini boleh dikata belum terlambat.
Meskipun sudah ada jatuh korban luka dan meninggal dunia yang menimpa para pengendara roda dua dan empat akibat beberapa kali pohon tumbang di badan jalan, rapat koordinasi secara daring yang menghadirkan Pj. Wali Kota Ambon Dominggus Kaya, Asisten I Setda Maluku Djalaludin Salampessy, serta Asisten II Kasrul Selang, Sabtu (6/7/24), itu menunjukkan sebuah sikap keseriusan para pemangku kepentingan untuk menyelamatkan warga kita dari ancaman mematikan itu.
Rapat koordinasi diikuti oleh langkah cepat pihak terkait Pemkot Ambon hari itu juga diikuti oleh upaya pemangkasan pohon di Jalan Jend. Sudirman, Kawasan Galunggung, Ambon.
Melalui petugas Dinas Perhubungan Kota Ambon dan instansi terkait terlihat mereka telah melakukan pemotongan sejumlah pohon di Kota Ambon.
Untuk tidak kehilangan moment saya pun harus turun dari angkot mengabadikan gambar saat mana proses penebangan pohon.
Selain mengambil gambar saya juga bertanya kepada petugas. Dan, alasan yang diberikan terkait pemangkasan pohon ini tidak lain untuk menyelamatkan nyawa warga.
Langkah cepat penanggulangan bencana alam Pemkot Ambon untuk menyelamatkan nyawa ini tentu tidak sampai di Jalan Jend. Sudirman saja tapi harus diikuti di tempat-tempat lain.
Ini penting karena sudah berkali-kali terjadi peristiwa mematikan di depan mata itu bukan hanya pada satu titik, tapi sudah terjadi pada sejumlah sudut di kota ini.
Langkah petugas untuk mengajak warga melaporkan kepada Pemkot Ambon bilamana di lingkungan Anda terdapat ancaman pohon tumbang agar membuat laporan untuk segera dilakukan pemangkasan oleh petugas terkesan sebuah langkah bijak.
Tapi, melihat potensi ancaman bencana alam yang datang tiba-tiba dengan resiko yang terjadi diluar batas kemampuan manusia, penyampaian imbauan bernada menunggu pengaduan masyarakat semacam itu terkesan lamban.
Sebagai petugas dan penanggung jawab penanganan bencana alam langkah ikhtiar mestinya jauh hari sudah diantisipasi. Bukan menunggu laporan baru bertindak. Atau menunggu pengaduan barulah ke lokasi bencana. Itu sama artinya menanti ada yang jatuh korban barulah bertindak.
Para pemangku kepentingan dengan kemampuan yang mereka miliki mestinya sudah punya langkah-langkah pencegahan sebelum ancaman itu datang. Apalagi kasus pohon tumbang akibat bencana alam berupa hujan badai sudah beberapa kali terjadi.
Untuk meminimalisir resiko musibah akibat pohon roboh petugas Pemkot Ambon perlu melakukan pengecekan di lapangan selain memangkas pohon-pohon yang berpotensi roboh, perlu pula diikuti oleh peremajaan untuk pohon yang sudah berusia tua.
Guna meminimalisir peristiwa mematikan nyawa pengendara dan pejalan kaki, Pemkot Ambon tidak perlu menunggu laporan atau pengaduan dari masyarakat atau RT setempat di lingkungan dimana potensi pohon itu roboh.
Dengan keahlian tenaga dan peralatan yang mereka miliki mestinya mereka bisa langsung bergerak. Jangan sampai setelah jatuh korban barulah kita bertindak melakukan rapat koordinasi padahal yang terjadi di lapangan sudah banyak warga kita yang korban.
Terbaru tiga pekan sebelumnya kasus yang terjadi di Kawasan Tawiri hingga membuat sang sopir meninggal dunia di tempat setelah mobil Avanza yang dikendarainya tertimpa pohon bersama mobilnya di jalan raya.
Dan, yang terbaru juga terjadi hal serupa di Kawasan Hunut dan terlihat jalanan di sana sempat tertutup oleh dahan pohon hingga membuat jalur di kawasan tersebut macet.
Sebelumnya juga kita pernah menyaksikan terjadi hal serupa di perempatan dekat gedung BCA-kantor gubernur, juga di Kawasan Galunggung hingga membuat pengendara terperangkap di tengah batang pohon bersama motornya.
Begitu banyak terjadinya resiko pohon tumbang seolah tidak diikuti oleh langkah-langkah taktis dari pihak pemangku kepentingan untuk menebang atau melakukan peremajaan pohon-pohon di pinggir jalan di kota ini. Sebab masih terlihat begitu banyak pohon di pinggir jalan dalam posisi miring ke badan jalan dan itu terjadi di hadapan mata.
Saat melintas di Jalan Halong, Passo, Waiheru, Kampus UNPATTI, Kamis sore (4/7/24), misalnya. Di tengah derasnya air hujan diikuti angin kencang saya pun menyaksikan di sisi kiri-kanan masih berdiri pohon-pohon penuh resiko.
Terbaru Jumat pagi, (5/7/24), terlihat pula sebuah pohon besar tercerabut dari akarnya di depan Gedung Pasar Ikan Higiene atau dekat Gedung KPU Maluku.
Terlalu lama pohon-pohon tua itu dibiarkan padahal sangat berisiko bagi pengendara kendaraan dan pejalan kaki.
Resiko pohon tumbang ini juga terlihat di kawasan Jalan Raya Halong, di seputar Jalan Raya Kampus UNPATTI. Berikut di jalur menuju Kampus IAIN, Lorong Gondal, dan Tanjakan 2000 juga perlu mendapat atensi dari pihak terkait demi keselamatan para pengendara kita dan pejalan kaki.
Kedepan, perlu ada keseriusan dari para pemangku kepentingan di kota ini untuk secepatnya melakukan koordinasi menebang pohon-pohon diikuti oleh peremajaan agar kita bisa terhindar dari berbagai risiko.
Sebagai sebuah kota moderen dengan tingkat peradabannya yang tinggi Kota Ambon tentu tidak lepas dari persoalan klasik perkotaan dari soal infrastruktur, penanganan pohon, jalan, sampah, pasar, hingga drainase.
Gejala perkotaan ini sudah berlangsung lama dan seolah belum ada pemecahan.
Seperti setiap musim hujan tiba ada saja pemandangan air bah yang meluap dimana-mana. Dan, jalan raya pun seolah berubah fungsi menjadi aliran sungai.
Dan, hampir dapat dipastikan bila musim hujan tiba sebagian besar jalan raya di Kota Ambon tiba-tiba beralihfungsi menjadi Daerah Air Sungai (DAS).
Debit air hujan yang deras dan tidak diikuti oleh daya tampung drainase yang tidak seimbang diikuti sampah yang berserakan membuat terjadinya genangan air. Tak heran, akibat saluran air tersumbat karena tidak dibersihkan ataupun karena gotnya rusak membuat air hujan mudah saja meluap hingga ke badan jalan.
Sebagai sebuah kota moderen —dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai lebih 350.000 jiwa— Kota Ambon tak luput dari persoalan klasik karena belum diikuti oleh penataan tata ruang kota, ruang terbuka hijau, infrastruktur jalan, jembatan, dan drainase.
Sebaliknya, lemahnya tingkat kesadaran warga seperti membuang sampah secara sembarangan boleh saja menjadi penyebab mengapa kota ini kerab dihadapkan oleh problem perkotaan.
Kota Ambon juga sebagaimana daerah lain tentu memiliki tingkat keragaman dan cara penanganan berbeda. Termasuk menghindarkan warga kita dari ancaman pohon tumbang. Di sini diperlukan tanggung jawab bersama untuk menyelamatkan nyawa kita. Nyawa para pengendara roda dua dan roda empat.
Terima kasih untuk pemangku kepentingan Pemkot Ambon dan Pemrov Maluku atas langkah taktis melalui rapat koordinasi penanggulangan bencana alam dalam rangka menyelamatkan nyawa warga kita dari ancaman mematikan itu.(AHMAD IBRAHIM)