Menuju Pilkada Ambon
RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Pengamat Politik yang juga dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pattimura (Unpatti), Said Lestaluhu, menilai semua bakal calon Walikota dan Wakil Walikota Ambon periode 2024-2029, sama-sama mempunyai peluang menang. Hal itu dilihat dari tingkat popularitas dan akseptabilitas yang dimiliki masing-masing kandidat.
“Berdasarkan asumsi saya bahwa dengan tingkat popularitas dan akseptabilitas, kemudian itu bisa menunjukkan bahwa seseorang itu mempunyai peluang untuk memenangkan pertarungan. Jadi, untuk saat ini saya kira semua punya peluang untuk menang,” kata Lestaluhu, dalam Live Podcast Obrolan Rakyat Maluku via media sosial TikTok @rakyatmalukuonline, Kamis, 4 Juli 2024.
Ditanya siapa yang paling berpeluang antara ketiga pasangan calon yang digadangkan seperti Bodewin Wattimena- Ely Toisuta, Agus Ririmase- Novan Liem dan Jantje Wenno-Syarif Bakri Asyathri, Lestaluhu mengatakan sebagai pengamat dirinya tidak bisa mengklaim siapa pasangan bakal calon yang paling unggul.
“Berdasarkan pendekatan sosial politik, sebagai pengamat tentu tidak bisa mengklaim siapa yang unggul nanti. Sebab dinamika politik itu sangat tinggi, sehingga tidak dapat ditebak,” tandasnya.
Di kesempatan live podcast, Pengamat Politik yang juga Direktur Lembaga Parameter Research Consultant (LPRC), Edison Lapalelo, mengatakan, tiga pasangan calon yang digadangkan seperti Bodewin Wattimena- Ely Toisuta, Agus Ririmase- Novan Liem dan Jantje Wenno-Syarif Bakri Asyathri, belum final.
“Sementara semua tahu bersama bahwa ini (pasangan bakal calon) belum final. Dan dilihat dari hasil survei memang simulasi berpasangan masih acak. Semua dapat berubah pada waktunya,” terangnya.
Dia menjelaskan, jika saat ini hasil survey di antara tiga pasangan bakal calon tersebut ada yang lebih unggul, maka pasangan bakal calon tersebut belum tentu dipastikan akan memenangkan Pilkada Ambon. Sebab, saat ini masih tergantung pada partai politik yang mengusung mereka.
“Tergantung partai kawinnya, partai pasangan. Bisa saja naik dan juga bisa turun. Ini tergantung nanti bagaimana kemistri kedua pasangan calon. Belum juga ada manis-manisnya partai politik di dalam. Kalau ada manis manisnya digabungkan yang tadinya manis jadi pahit. Ini juga akang memperkeruh elektoral bakal calon yang digabungkan itu,” jelas Lapalelo. (MON)