Tak Sadar Katarak, Takut, dan Biaya: Alasan Mengapa Ribuan Orang di Indonesia Enggan Menjalani Operasi Katarak!

  • Bagikan

RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — JAKARTA, — Penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan, masih menjadi masalah kesehatan mata terbesar di dunia. Di Indonesia, terdapat 1,6 juta orang yang menderita kebutaan, dengan 80% kasus disebabkan oleh katarak. Ironisnya, banyak dari mereka tidak menyadari kondisi mereka, enggan dioperasi, atau tidak mampu membiayai operasi yang sebenarnya minim risiko ini.

Selama Peringatan Bulan Kesadaran Katarak 2024, JEC Eye Hospitals and Clinics dan Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) terus menggiatkan edukasi mengenai pentingnya penanganan katarak. “Kesadaran masyarakat mengenai katarak masih rendah, yang menyebabkan banyak pasien enggan menjalani operasi. Padahal, operasi katarak adalah satu-satunya solusi yang efektif,” kata Prof. dr. Budu, Ph.D, Sp.M(K), M.Med.Ed., Ketua Umum PERDAMI.

JEC dan PERDAMI membeberkan bahwa alasan utama pasien menunda operasi katarak adalah karena tidak menyadari kondisi mereka (51,6%), ketidakmampuan membiayai (11,6%), dan ketakutan terhadap operasi (8,1%). Kesadaran yang rendah ini menunjukkan pentingnya edukasi yang lebih intensif dan menyeluruh.

Direktur Utama RS Mata JEC @ Kedoya, DR. Dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K) menekankan pentingnya pemeriksaan mata rutin untuk mendeteksi katarak sejak dini. “Mengetahui kondisi katarak lebih awal dapat menghindarkan penyandang dari penurunan kualitas hidup yang signifikan,” ujarnya.

Secara ekonomi, katarak yang tidak ditangani dapat membebani keuangan pasien dan keluarganya. Kementerian Kesehatan memperkirakan pengeluaran rata-rata pasien yang buta pada kedua mata mencapai Rp 170-196 juta. Kerugian ini mencakup biaya langsung dan tidak langsung, termasuk hilangnya produktivitas.

Untuk mengatasi masalah ini, JEC dan PERDAMI meluncurkan program operasi katarak gratis sebagai bagian dari inisiatif Bakti Katarak. Selama empat dekade, Bakti Katarak telah membantu lebih dari 3.000 orang mendapatkan kembali penglihatan mereka. Pada Oktober 2024, JEC akan melanjutkan program ini dengan memberikan operasi gratis kepada masyarakat yang membutuhkan.

Ketua Seksi Penanggulangan Buta Katarak (SPBK) PERDAMI, dr. Ahmad Ashraf Amalius, MPH, Sp.M(K), M.Kes menambahkan bahwa kolaborasi lintas sektoral sangat penting untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan mata. “Awareness, barriers of surgery, cost, dan distance adalah empat masalah utama yang harus diatasi,” jelasnya.

Sebagai pionir layanan kesehatan mata, JEC menawarkan beragam pilihan operasi katarak berteknologi mutakhir, termasuk Femtosecond Laser-Assisted Cataract Surgery (FLACS), yang memberikan akurasi tinggi dan proses pemulihan cepat. Hingga kini, JEC telah melakukan lebih dari 200.000 operasi katarak, termasuk 14.415 operasi berbasis FLACS.

Dengan sinergi antara edukasi dan layanan medis yang optimal, JEC dan PERDAMI berharap dapat menurunkan angka kebutaan akibat katarak di Indonesia. Program-program seperti Bakti Katarak dan layanan terpadu JEC adalah langkah konkret menuju visi ini.

Mari bersama-sama mendukung upaya penanggulangan katarak dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Dengan pemeriksaan mata rutin dan penanganan dini, kita bisa mengatasi ancaman katarak dan mengembalikan penglihatan yang hilang. (br)

  • Bagikan