Sosok di samping saya ini pasti sudah banyak yang tahu. Ia tak lain bukan orang asing di bidang hukum bernama DR. H.Fahri Bachmid, SH, MH.
Ia yang kini dipercaya menempati posisi penting sebagai Pj Ketua Umum DPP Partai Bulan Bintang (PBB) menggantikan Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra yang mengundurkan diri dari jabatan Ketum PBB dalam sidang Musyawarah Dewan Partai (MDP) di DPP PBB, Jakarta, Sabtu, 18 Mei 2024.
Pengacara top ini sehari-hari juga dikenal sebagai Tim Kampanye Nasional (TKN) Capres 02 Prabowo Subianto-Gibran Raka Bumiraka.
DR.Fahri Bachmid saat ini sedang berada di Ambon. Dua hari lalu ia menjenguk keluarga di Kota Manise sekaligus dalam rangka Lebaran Idul Adha bersama kerabat.
Usai salat Idul Adha tanpa sengaja saya pun berpapasan di halaman Masjid Alkautsar BTN Kanawa Ambon.
Suami dari Dokter Mona Rumata ini sedang berbagi hewan kurban berupa seekor sapi di masjid tempat tinggalnya itu.
Saat berpapasan saya pun berbincang dengan dosen Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar yang baru berusia 46 tahun itu.
DR Fahri Bachmid sendiri beberapa pekan ini sempat menyita perhatian setelah dirinya dipercaya sebagai Pj Ketum PBB. Ia mengakui pergantian itu sebagai bagian dari langkah untuk penyegaran kepemimpinan di tubuh DPP PBB.
“Ini juga sekaligus menunjukkan kepada publik bahwa PBB bukan partai berdasarkan trah, tapi partai terbuka,” ujar pakar hukum itu, Senin, (17/6/24).
“Bagaimana Anda bisa dipercaya memimpin partai sebesar PBB dan langsung mengganti posisi Prof Yusril?,” tanya saya.
Ia tidak menampik pertanyaan itu, tapi dari fakta yang ia temukan banyak yang tidak menyangka jika dia bisa dipercaya sebagai Pj Ketum PBB.
“Itulah Pak Yusril,” kata Bang Fahri.
Orang mengira setelah lebih 20 berkuasa Pak Yusril menjadi seorang yang menganut kepemimpinan mengandalkan trah.
“Pak Yusril itu orangnya open minded. Ia ingin menjadikan PBB sebagai partai yang tidak menganut kultus individu. Karena itu ia percaya harus ada regenerasi di tangan anak-anak muda,” ujarnya.
Partai masa depan itu, menurut nyong Ambon, kelahiran Desa Waimangit, Pulau Buru, Provinsi Maluku, 29 Agustus 1977, itu harus bertumpu pada sistem bukan pada orang.
Itu pula mengapa partai sekelas PBB yang notabene dikelilingi orang-orang hebat harus dipegang oleh seorang Fahri Bachmid yang datang dari nun di timur Indonesia, itu.
Salah satu alasan ya itu tadi karena Pak Yusril ingin membuktikan bahwa PBB adalah partai terbuka, bukan partai berdasarkan keturunan atau trah.
Fenomena partai masa depan, kata Bang Fahri Bachmid, adalah partai yang menganut azas keterbukaan dan bukan mengandalkan feodalisme.
“Fakta yang terjadi saat ini partai-partai kita banyak mengandalkan faktor keturunan. Kalau sudah ayahnya yang memimpin diikuti kemudian anaknya. Pak Yusril tak mau itu terjadi di PBB,” ujarnya.
“Tapi kok Anda yang nota benenya dari timur bisa dipercaya menakhodai PBB,” tanya saya lagi.
“Itulah Pak Yusril, ia ingin membagi kepemimpinan PBB ini merata. Selama ini kalau kepemimpinan partai bertumpu pada Jawa sentris maka kedepan PBB tidak ingin itu terjadi. Dan, kedepan partai itu harus bertumpu pada sistem bukan pada orang,” ujarnya.
Fenomena kepemimpinan model ini membuat partai menjadi lebih hidup. Kepemimpinan bisa berganti, figur bisa berubah atau dipegang oleh orang lain tapi sistem tetap jalan.
“Model kepemimpinan yang mengacu pada sistem itu baru terlihat di Partai Golkar. Orangnya bisa berganti, tapi sistemnya jalan,” ujarnya.
DR. Fahri Bachmid saat ini boleh jadi adalah sosok satu-satunya orang timur dalam politik kontemporer Indonesia yang dipercaya memimpin partai di level nasional. Sebelumnya ada orang Ambon yang juga memimpin partai tapi baru sekelas Sekjen seperti almarhum Bung Alex Litay di PDIP.
Dan, Bang Fahri Bachmid adalah sosok termuda berusia 46 tahun yang diserahi amanah menakhodahi partai berbasis Partai Islam Masyumi yang identik dengan sang pelopor tokoh kemerdekaan Indonesia Mohamad Natsir itu.
Jika dilihat dari estafet kepemimpinan PBB itu diawali oleh Mohamad Natsir lalu dilanjutkan oleh Prof Yusril Ihza Mahendra maka DR.Fahri Bachmid adalah penerusnya.
Dan, kalau Prof Yusril selama ini diidentikkan dengan Natsir Muda, maka DR Fahri Bachmid adalah Natsir Muda dari Timur untuk Indonesia.(AHMAD IBRAHIM)