Kabar duka kepergian mantan aktivis HMI Ambon Drs. Sofyan Harihaya, Senin malam lalu, (27/5/24), telah membawa duka mendalam bagi keluarga besar HMI. Semasa hidup sosok almarhum telah dikenal sejak awal sebagai seorang pekerja keras.
Hingga malam ketiga, Jumat malam, suasana duka di kediaman almarhum di Villa Batu Tagepe, Ambon, itu begitu terasa. Tidak saja bagi keluarga dekat tapi sesama mantan aktivis, pun teman sesama jamaah dan Imam Masjid Raya Al-Fatah Ambon KH.RR.Hassanusi, juga larut dalam duka.
“Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Kita sangat kehilangan sosok seorang pengusaha dan mantan aktivis yang menjadi panutan. Almarhum orang baik. Figur yang low profile. Selalu tampil apa adanya,” ujar teman dekat almarhum Arifin Rumra, Jumat, (30/5/24).
Nama Sofyan Harihaya tak lain aktivis HMI Ambon. Meski lama menetap di Kota Manise almarhum lahir dan besar di Hibualamo yakni sebuah distrik bernama Tobelo tanggal 1 Agustus 1965.
Hibualamo adalah sebutan dari sebuah kearifan lokal yang mengidentikkan nama lain dari sebuah tempat bernama Tobelo.
Di kota yang kini menjadi ibukota Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara, almarhum menghabiskan sekolah dasar hingga di bangku SMA.
Dari Tobelo almarhum kemudian melanjutkan kuliah hingga menyelesaikan studi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNPATTI Ambon 1990.
Selama kuliah di Kota Manise itulah almarhum terjun sebagai aktivis HMI. Bersama rekan-rekannya antara lain Arifin Rumra, Ridwan Marasabessy, Herman Oesman dll. mereka terlibat dalam dunia pergerakan terjun ke lapangan dan memimpin demo.
Selepas kuliah impian almarhum menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pun pudar. Pengalaman sebagai aktivis mahasiswa telah mendorong almarhum lebih memilih jalan melingkar menjadi pengusaha.
Ia mengaku saat itu sangat terinspirasi pada sosok pengusaha bernama Ir.Fadel Muhammad. Mantan menteri dan bekas gubernur Provinsi Gorontalo itu selain sebagai eks aktivis dan birokrat juga adalah seorang pengusaha.
“Pak Fadel itu mantan aktivis HMI tapi juga seorang pengusaha yang sukses. Dengan bekal aktivis saya mengimpikan harus juga bisa menjadi entrepreneur yang sukses seperti Pak Fadel,” ujar almarhum sebagaimana dikutip pada Majalah Info Maluku, edisi Mei 2011.
Kepergian sosok kader HMI Ambon yang telah banyak melahirkan para aktivis terbaik di Maluku itu seolah tidak banyak yang percaya.
Sebelum Provinsi Maluku dimekarkan menjadi Provinsi Maluku Utara, almarhum termasuk satu di antara pelopor asal Maluku Utara yang tetap memilih Kota Ambon sebagai lahan pengabdian hingga akhir hayatnya.
Sebelum itu ada sejumlah nama mantan senior HMI asal Maluku Utara yang juga pernah lahir dan dibesarkan di kota ini dan tidak kalah populer yakni M.Saleh Balakum, Jasmin Rainu, Arifin Neka dll.
Almarhum yang menghembuskan nafas terakhir di kediamannya Senin malam pukul 23.30 WIT, itu seolah tidak banyak yang percaya. Sahabat dekatnya Arifin Rumra yang saat itu juga sedang menghadiri hari ketiga pemakaman ibunda tercintanya di Kota Tual, Maluku Tenggara, juga tak menyangka begitu cepat kepergian rekannya itu.
Mendapat kabar duka itu setelah menghadiri wafatnya malam ketiga sang ibunya ia pun mendadak kembali ke Ambon untuk melayat ke rumah duka.
Mantan ketua HMI Ambon periode 1992-1993 termasuk sedikit di antara para senior terbaik HMI di Kota Manise yang telah pergi mendahului. Karakter dan pembawaan berikut pola hubungan komunikasi yang ramah dan santun membuat penampilan almarhum selalu berkesan. Tidak emosional dan tampil apa adanya.
Ia tidak saja seorang aktivis tapi juga pengusaha. Pun politisi. Tidak seperti kebanyakan orang — putera Hibualamo itu juga seorang yang religius.
Dari pengalamannya memimpin organisasi mahasiswa, pengusaha, hingga sebagai politisi, ada satu hal yang telah diingatkan oleh almarhum bahwa resiko bagi seorang pemimpin adalah siap menghadapi fitnah. “Itu hal yang wajar dan sudah menjadi konsekuensi bagi seorang pemimpin,” ujarnya.
Belakangan saya baru tahu dari almarhum semasa hidupnya — ia adalah sosok dari seorang muslim yang taat dan tekun berpuasa sunnah: Senin-Kamis. Bersama teman-teman yang juga aktifis mereka kerab terlihat aktif di Sekretariat Yayasan Masjid Raya Al-Fatah, Ambon. Bila tiba berbuka mereka pun ramai-ramai menikmati hidangan buka puasa bersama.
“Ternyata tidak saja puasa Senin-Kamis belakangan almarhum malah mengikuti puasa Daud. Sehari puasa sehari tidak,” ujar sahabat dekat almarhum yang juga sesama Jamaah Al-Fatah Jufri Rumalessin di rumah duka.
Walau sama-sama berasal dari utara Provinsi Maluku Utara saya jarang bertemu almarhum. Kecuali pada waktu tertentu saat berpapasan di Masjid Raya Al-Fatah. Saat itulah kita saling berbincang dari soal politik hingga keumatan.
Dalam suatu kesempatan saya juga pernah bersama almarhum menghadiri undangan KADIN Maluku pada acara KADIN Pusat di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, (20/10/15).
Almarhum saat itu selain diundang sebagai anggota KADIN juga sebagai Ketua ARDIN Maluku atas undangan Ketua KADIN Maluku Pak Daniel W Sohilait.
Duduk di barisan kursi kedua dari podium mendampingi Pak Daniel Sohilait di sebelah kanan almarhum terlihat John Keliduan, Arifin Rumra, Ot Pati, Arie Sahetapy, John Pattisahusiwa, Ellen deLima, Irma Betaubun, dan Risnawati.
Usai mengikuti acara KADIN kami bertiga: almarhum, saya dan Bang Arifin Rumra sempat berpose dengan latar belakang mobil Mercy.
Sahabat dekat almarhum Arifin Rumra yang tidak lain Ketua HIPMI Ambon dan Ketua GAPENSI Maluku mengaku bangga ketika kami mengabadikan peristiwa itu. “Ini merupakan wujud dari apa yang disebut HMI Conecting,” ujar Bang Arifin Rumra.
Semasa hidup almarhum bersama Arifin Rumra adalah chemistry — dua sosok yang saling melengkapi saat suka maupun duka. Dua sahabat yang tidak pernah berpisah semenjak sebagai aktivis hingga terjun sebagai pengusaha dan politisi. Almarhum terakhir adalah ketua partai besutan Tomy Soeharto yakni Partai Berkarya Maluku.
Lahir dan besar di organisasi kemahasiswaan di Kampus UNPATTI Ambon dan organisasi pengusaha kedua sosok ini merupakan aktivis yang telah lama malang melintang.
Meski disibukkan oleh aktivitas, jiwa dan semangat mereka sebagai aktivis tak pernah pudar dalam berinteraksi. Semasa hidup hubungan emosional antarsesama yang dibangun oleh almarhum telah melintasi sekat-sekat kelompok dan agama di Maluku.
Itu pula membuat sesama rekan almarhum, sahabat, dan aktivis yang dulu pernah dibesarkan melalui HMI Ambon merasa terpukul saat mendengar kabar kepergian suami dari Ibu Musiya Latuconsina dan ayah dari Ahmad Gibran Toufan, Tatik Gabriela, dan Muhammad Sofyan Putra itu.
Ikut melayat di rumah duka Selasa pagi (28/5/24), mantan Bupati Maluku Tengah Tuasikal Abua, Pj Bupati Buru Syarif Hidayat, Sekda Kabupaten Taliabu, Provinsi Maluku Utara DR.Salim Ganiru, Wakil Rektor UNPATTI Ambon Bidang Perencanaan, Kerjasama dan Sistem Informasi DR. Ruslan H. S.Tawari, M.Si, mantan anggota DPRD Maluku Ridwan Marasabessy, para sesepuh HMI, dan sanak keluarga.
Selamat jalan putera Hibualamo. (AHMAD IBRAHIM)