Sampah di Banda, Lola Maretha Pertanyakan Peran Pemerintah

  • Bagikan

RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Setelah melakukan praktik baik di sejumlah sekolah di Banda Naira, Komunitas Guru Penggerak (KGP) kemudian mengikuti workshop dan sekolah alam.

Kegiatan ini berlangsung di Gedung Istana Mini Banda Naira, Rabu, 22 Mei 2024, sekira pukul 14.43 WIT.

Sebagai pemateri, Lola Maretha, mengatakan, sekolah alam banyak pelajarannya, tetapi untuk workshop, sampah menjadi contoh pembahasan dan bisa langsung digerakkan atau dipraktekkan.

Pentingnya membahas sampah, karena sampah dimasukkan ke mata pelajaran apapun itu dapat. IPA, IPA, Matematika. Sampah juga bisa diolah menjadi pupuk.

“Bisa langsung langsung dicontohkan dan digerakkan oleh para guru penggerak. Karena dari sampah bisa bawa perubahan,” katanya kepada wartawan.

Sampah, sambung Lola, masih ditemukan di Banda. Beda dengan wisatawan luar negeri. Daerah mereka bersih. Nah, sehingg berkunjung ke Banda dan melihat seperti ini bagi mereka itu tidak baik.

“Ini soal kebiasaan.
Jika sudah menjadi pembiasaan suatu daerah, maka itu tidak bisa. Apalagi bagi masyarakat setempat sudah menganggap sampah biasa. Dan sekolah alam ini cara agar kita buka mindset mayarakat,” ucapnya.

Ia selalu berdiskusi dengan pemandu wisata di Banda. Ketika ditanya ada masalah, mereka jawab tidak. Padahal, ada sampah.

“Tetapi karena budaya kita yang sudah terbiasa dengan sampah sehingga dianggap itu tidak masalah. Saya bingung apakah ini tidak ada kebijakan pemerintah atau bagaimana,”akui Counfounder Sekolah Alam Indonesia ini.

Persoalan sampah katanya, bukan menjadi tanggungjawab satu orang, tetapi seluruh lapisan masyarakat. Namun kali ini dimulai dari sekolah melalui guru penggerak agar bisa dilihat masyarakat luas.

Dengan begitu akan menjadi satu kebiasaan tertib sampah dan memberikan dampak positif, terutama lokasi wisata seperti di Kecamatan Banda.

“Kalau saya melihat untuk Banda panoramanya bagus, tapi terhalang dengan sampah. Tadi saya duduk di sana (pantai wisata Banda) banyak sampahnya. Padahal disekitar saya ada mahasiswa yang duduk tapi sampah dibiarkan begitu saja tidak tergubris,” sebutnya.

Dengan diberi kepercayaan oleh Balai Guru Penggerak (BGP) Maluku, ia mengucapkan terima kasih. Materi yang dibawakan kepada Komunitas Guru Penggerak, bisa membawa suatu perubahan bagi lingkungan yang dimulai dari sekolah.

“Pentingnya tertib sampah di mulai dari sekolah. Nanti mereka para guru bikin kuota dengan menggunakan Maps atau lokasi, sekolah ini tangani situs sejarah mana untuk dibersihkan dari sampah. Sekolah yang lain juga demikian. Ini yang harus dilakukan k
Komunitas Guru Penggerak,” jelasnya.

Guru SMA Negeri 5 Tual John Elton Ngabinggan menjelaskan, apa yang disampaikan pemateri, tentu memberikan sebuah motivasi kepada guru penggerak.

“Orang lain saja mau datang untuk membersihkan daerah kita apalagi kita sendiri, dengan datangnya mereka ini memberikan sebuah angin segar bagi kita, bahwa lingkungan kita ini perlu dijaga,” ujarnya.

Hadirnya Confounder sekolah alam seluruh Indonesia
ini, diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat di Banda khususnya dan masyakarat Maluku pada umumnya untuk lebih mencintai alam dan laut.

“Nanti setelah pulang dari sini saya berpikir bagaimana kita mengelola sampah itu dengan baik, tentu butuh support yang besar, butuh sebuah semangat yang besar.
Karena mengubah mindset orang ini memang tidak mudah. Tapi saya kira tidak terlambat juga untuk kita mulai,”akuinya.

Sementara Sonya Elly, Guru Penggerak SMA Negeri 2 Ambon, mengaku ada hal baru didapatkan dari dari materi yang disampaikan Confounder Sekolah Alam.

“Saya sadari bahwa masalah sampah itu penting menjadi perhatian, dan di sekolah kami SMA Negeri 2 Ambon sudah ada tempat sampah. Anak-anak sudah kami ingatkan berkali-kali bagaimana membuang sampah pada tempatnya, tapi kenyataannya tetap ada kelas-kelas yang tetap kotor dan sebagainya,” jelas Sonya.

Dengan pembiasaan dan karakter yang sudah terlanjur terbentuk dari anak-anak ketika SD hingga SMA, maka untuk merubah kebiasaan itu perlu ada kerja keras dari guru.

“Saya tangkap satu hal tadi, tentang slogan datang bersih pulang lebih bersih lagi. Ini yang saya akan bawa pulang ke sekolah saya untuk bisa diterapkan. Apalagi sekolah kita rencana akan melakukan Studi tiru ke Sekolah Alam Depok, tentu akan menambah pengetahuan dan pengamalan kita,” ungkapnya. (AAN)

  • Bagikan