Jarangan Pusat Susah Dibendung
RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Dilantiknya Sadali le, sebagai penjabat Gubernur Maluku, menggantikan Murad Ismail, Jumat 26 April lalu, dinilai sebagai bukti masih kuatnya jaringan Murad Ismail di pusat. Bahkan, pelantikan tersebut juga sebagai bukti ‘lemahnya’ usulan penjabat yang diputuskan DPRD Provinsi Maluku.
“Semua spekulasi tentang ketokohan Murad Ismail, di pentas nasional yang sudah melemah terjawab. Ternyata biliau (Murad Ismail), masih miliki pengaruh alias jago. Pelantikan Sadli Ie, sebagai penjabat Gubernur Maluku menjadi bukti,” kata Pengamat Politik, Mohammad Borut, kepada Rakyat Maluku via telepon selulernya, Senin, tadi malam.
Menurut Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unpatti ini, pelantikan Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Maluku, Sadali Ie, harus dibaca sebagai bagian dari kuatnya andil mantan Gubernur Maluku, Murad Ismail.
“Saya yakin sungguh, terpilihnya Pak Sadali karena ada lobi-lobi maksimal dari pak Murad,” kata dia.
Sampai saat ini, kata Moh, kedekatan Murad Ismail dengan sejumlah petinggi negara di pusat masih terbangun dengan baik, sehingga masukan-masukan Murad Ismail, terutama kepada Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian masih sangat didengar.
Terbukti, kata dia, jauh sebelum ada kepastian Sadali Ie bakal dilantik sebagai penjabat Gubernur, mantan Gubernur Maluku, Murad Ismail, dalam beberapa kesempatan telah berujar dengan optimis, bahwa Sadali Ie, akan menjadi penjabat Gubernur Maluku.
“Akhirnya itu terbukti,” tambahnya.
Selain itu, Moh Borut menilai, Pelantikan Sadeli le sebagai penjabat Gubernur Maluku, juga sebagai bukti lemahnya calon-calon penjabat yang diusulkan DPRD.
“Nama Sadali kan tidak ada dalam usulan DPRD, tapi dia yang dipilih. Itu artinya usulan DPRD ada titik lemahnya,” jelas dia.
Tidak hanya itu, kembali mantan Gubernur Maluku, Murad Ismail ke pentas Pilkada Maluku, November 2024, mendatang, sebagai incumbent , masih memungkin peluang Murad menang terbuka lebar. “Peluang incumbent menang masih terbuka,” katanya.
Apalagi, tambah Dosen FISIP Unpatti ini, kesiapan finansial, kedekatan Murad dengan sejumlah ketum-ketum parpol, tokoh-tokoh nasional dan petinggi-petinggi merupakan salah satu indikator yang memungkinkan, Murad bisa kembali memimpin Maluku, untuk kedua kalinya.
Di Maluku, lanjut dia, Murad punya dukungan kuat pada tataran grassroot (akar rumput), atau wong cilik. Sementara untuk elite, sebagian mendukung dan sebagian lagi kontra. Kendati begitu, kontra sebagian elite di Maluku ini, tidak akan mempangaruhi dukungan bagi Murad Ismail.
Setidaknya, salah satu ukuran riil sebagaimana yang diungkapkan itu, adalah, keterpilihan Widya Pratiwi istri Murad Ismail sebagai anggota DPR RI dari Maluku. “Widya Pratiwi pengumpul suara terbanyak dan melaju ke kursi DPR RI, Dapil Maluku. Ini juga salah satu bukti, kalau Murad Ismail masih cukup kuat dan berpengaruh di Maluku,” paparnya.
Informasi yang dihimpun, Murad Ismail dikabarkan sudah mengunci sejumlah partai yang akan memberikannya rekomendasi sebagai tiket maju dalam Pemilihan Gubernur Maluku, November mendatang. Parpol-parpol itu diantaranya; Partai Amanat Nasional (PAN), Demokrat, PKS dan juga Hanura serta sejumlah parpol lainnya.
Dinamika politik di daerah, kata dia, keputusan terakhir di Pusat. “Jadi apapun yang terjadi di daerah, semua akan manut ketika pusat telah memutuskan. Artinya, kekuatan hakiki dari semua dinamika politik di daerah ada pada pimpinan di pusat,” tambahnya.
Menurut dia, semua pendapat-pendapat politik di daerah terkait rekomendasi Parpol harus dilihat dan dipahami hanya sebatas wacana, kerena pendapat yang disampaikan tidak miliki kepastian memutuskan. “Mereka di daerah hanya membuat wacana saja, tapi tidak punya kemampuan memutuskan,” kata dia.
Misalnya, ada Parpol A dan B yang di daerah mengatakan, tidak akan mendukung Murad Ismail atau asal bukan Murad dan sebaiknya Murad tak mendaftar di Parpolnya dan sebagainya. Semua itu, hanya pendapat atau wacana untuk meramaikan dinamika Pilkada Maluku, tapi bukan keputusan Parpol.
Dia memprediksi, incumbent Murad Ismail nantinya, akan mendapat dukungan Parpol-Parpol diakhir penentuan sikap Parpol menurunkan rekomendasi. Pasalnya, keputusan rekomendasi ada pada pimpinan pusat, bukan daerah.
“Ini sama halnya dengan penjabat Gubernur Maluku. Dari daerah, DPRD Maluku, mengusulkan tiga nama, dan Nama Sadali Ie, tidak diusulkan. Tapi, diakhirnya justeru Sadali Ie, yang dilantik sebagai penjabat Gubernur Maluku,” terangnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, membaca politik tidak hanya menggunakan keputusan-keputusan politik di daerah, sebagai sesuatu yang penting, padahal, inti dari semua nyanyian orang-orang di daerah ada pada poros utama, yakni pusat. “Jadi siapa yang menguasa poros utama, maka yang bersangkutan harus diperhitungkan. Murad Ismail, bisa jadi akan kembali memimpin Maluku,” tutupnya. (MON)