RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — MAMALA, — Ribuan masyarakat Maluku memeriahkan atraksi budaya pukul sapu lidi yang digelar di dua negeri; yakni Negeri Mamala dan Morella, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Rabu 17 April 2024.
Acara yang digelar di lapangan dua negeri tersebut menarik perhatian masyarakat, baik anak-anak hingga orang dewasa. Atraksi pukul sapu lidi diselenggarakan sebagai bagian dari lebaran yang digelar saat hari ketujuh setelah Idul Fitri 1445 Hijriah.
Hadir dalam pembukaan Atraksi Pukul Sapu Mamala itu, Gubernur Maluku, Murad Ismail, Widya Murad Ismail, Sekretaris Provinsi Maluku, Sadli le, Penjabat Bupati Maluku Tengah, Rakib Sahubawa, serta sejumlah Forkopimda Provinsi Maluku.
Penjabat Bupati Maluku Tengah, Rakib Sahubawa dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada warga Maluku yang sudah beramai-ramai menghadiri atraksi pukul sapu yang digelar. Sahubawa yang disebut sebagai salah satu balon Bupati Maluku Tengah ini juga memberikan apresiasi kepada warga Mamala dan Morella yang sudah melestarikan atraksi budaya ini dari tahun ke tahun.
Sama halnya juga Gubernur Maluku, Murad Ismail. Dalam sambutannya, bahkan Gubernur memanfaatkan momen tersebut untuk menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Maluku, terkhusus masyarakat Leihitu yang sudah mensupportnya dalam menjalankan roda pemerintahan selama lima tahun ini.
Saya menyampaikan terima kasih kepada seluruh masyarakat yang sudah mendukung saya dalam menjalankan pemerintahan lima tahun ini, ungkap Murad yang disebut-sebut akan kembali maju sebagai balon gubernur Maluku periode 2024-2029 mendatang.
Murad Ismail, Widya Pratiwi, Sadli le dan sejumlah Forkopimda dipersilakan lebih awal melakukan pukul sapu ke badan peserta sekira pukul 17.30 sebagai tanda dimulainya atraksi pukul sapu di Mamala.
“Ini memang sudah menjadi kegiatan rutin setiap tahun saat Lebaran, tujuh hari setelah Idul Fitri,” kata Raja (Upu) Negeri Morella Fadil Sialana di Ambon, Rabu, 17 April.
Ia menjelaskan, yang ditampilkan dalam kegiatan itu adalah budaya-budaya lokal yang ada di Negeri Morella.
Kegiatan ini dilakukan dengan cara berjalan mengelilingi kampung sambil mementaskan atraksi budaya lokal Negeri Morella, seperti perahu yala, hadrat, tari reti, cakalele, tari manuhuai, bambu gila, tari lisa, tari saliwangi, toki gaba-gaba, karnaval obor kapahaha dan atraksi inti yakni “pukul sapu lidi”.
Diketahui, tradisi “pukul sapu lidi” sudah menjadi tradisi turun temurun sejak tahun 1646, yang dilaksanakan setiap tujuh hari setelah Lebaran.
Dalam bahasa Morella, masyarakat menyebutnya “palasa” atau “baku pukul manyapu” yang artinya saling memukul dengan sapu lidi.
Pada pelaksanaannya, para peserta yang merupakan pemuda Morella dibagi dalam dua kelompok atau regu. Tiap regu berjumlah minimal 10 orang dengan memakai celana pendek, bertelanjang dada, serta memakai pengikat kepala merah atau biasa disebut dengan “kain berang”.
Sebagai informasi, atraksi budaya di kedua negeri itu berlangsung tertib dan damai juga berkat kerja keras aparat keamanan baik dari personel Polresta Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease serta aparat TNI. (MON/ANT)