Pasca Kursinya Anjlok dalam Pileg
RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Kontestasi Pemilu Tahun 2024 telah berakhir. Meski sampai saat ini tahapan rekapitulasi dan penghitungan suara di berbagai tingkatan sedang berlangsung di tingkat KPUD kabupaten/kota namun mulai partai-partai mana yang mendominasi perolehan suara di legislatif, terutama di tingkat provinsi yang menjadi barometer keberhasilan.
Penghematan media ini, ada beberapa partai politik pemilik kursi di parlemen Maluku gagal mengendorse kadernya. Banyak yang mencalonkan tetapi sedikit yang terpilih.
Salah satunya adalah Partai Golkar, kendati secara nasional ada peningkatan yang cukup signifikan sehingga banyak kalangan menilai, partai berlambang beringin akan direbut Joko Widido, namun di Maluku, partai yang dikomandoi Ramly Umasugi (RU), mantan Bupati Buru itu terdegradasi.
Menurut kalangan akademisi, pegiat, praktisi politik, termasuk banyak kader beringin di daerah ini, Ketua DPD Golkar Maluku Ramly Umassugi gagal memimpin partai.
Karena itu, sebagaimana Presiden Joko Widodo, nama Murad Ismail (MI), mantan Ketua DPD Partai Demorkasi Indonesia (PDI-P) Maluku yang juga Gubernur Maluku disebutkan layak untuk menggantikan posisi Ramly sebagai ketua DPD Golkar Maluku.
Kepada media ini dua Mantan Ketua AMPG Maluku, masing-masing Hamzah Nurllili dan Rony Elia Sianressy mengungkapkan kegagalan Ramly dan anjloknya Partai Golkar di Maluku.
“Banyak indikator kemunduran yang terjadi ketia ia mempin Golkar di Maluku. Karena itu, kami yang tergabung dalam kader muda Golkar Maluku menilai saudara Ramli Umasugi gagal memimpin partai ini dan meminta DPP partai Golkar untuk mengevaluasi kepemimpinannya,” tegas Hamzah Nurlili, mantan ketua DPD Provinsi AMPG Maluku, Kamis, 7 Maret 2024.
Menurut Hamzah, sudah sepantasnya Umassugi dievaluasi mengingat dalam waktu dekat daerah ini akan menghadapi hajatan pemilihan kepala daerah baik pemilhan gubernur maupun pemilihan bupati dan walikota. Dibutuhkan energi besar untuk mengobati elektoral partai yang ambruk ini.
Lantas siapa figur yang berenergi besar, yang layak gantikan RU? Banyak juga di Internal ada Hamzah Sangadji, Azis Samual, Dirk Loupatty maupun beberapa anggota DPRD terpilih lainnya. Tetapi tak kalah menarik jika partai Golkar ini dipimpin oleh figur non struktural yang potensial, katakanlah Irjen (Purn) Murad Ismail, gubernur Maluku saat ini.
Kuatnya popularitas, jejaring serta sumberdaya tak heran juga jika ada banyak suara diluar sana bahkan di internal kader yang menginginkannya sebagai solusi tepat untuk memimpin partai ini kedepan, memperbaiki elektoral dan kemenangan partai ini di hajatan pilkada provinsi dan kabupaten/kota yang akan berlangsung akhir tahun ini.
“Kan kiprah beliau di POLRI (dulunya ABRI-Red) punya benang merah historikal dengan partai Golkar sebagaimana sejarah awal pendiriannya pada 20 Oktober 1964 sebagai partai bentengnya Pancasila dan penjaga NKRI. Track rekordnya sebagai purnawirawan Jenderal pasti sinkronlah dangam paradigma baru partai Golkar yang Pancasilais dan moderen. Menurut kami beliau layak dan capable untuk kondisi Golkar Maluku saat ini. Kita sudah kalah di legislatif jangan sampai kalah lagi di pilkada,” tandasnya.
Sementara itu, Mantan Ketua AMPG Provinsi Maluku lainnya Ronny Elia Sianressy merincikan apa-apa saja yang menjadi indikator kegagalan Umasugi.
“Perolehan kursi DPR RI yang merupakan harapan semua kader tak berhasil dikembalikan. Padahal Ramli sendiri telah berjanji mengembalikan kursi DPR RI pada beberapa acara nasional partai di Jakarta,” kata Elia Ronny Sianressy.
Sianressy menyebut, sebagai ketua DPD provinsi, RU sendiri juga ikut sebagai calon untuk DPR RI dan hanya mendapat dukungan suara yang sangat tidak signifikan. Bahkan di kandangnya, di pulau Buru kursi DPRD provinsi yang periode kemarin mendapatkan dua kursi, pada Pemilu 2024, berdasarkan data yang ada Golkar tidak mendapatkan satu kursi pun. Bahkan jumlah kursi DPRD kabupaten Buru dari delapan kursi menyisakan tiga kursi.
“Di kandangnya saja beliau gagal. Artinya secara umum lemahnya elektoral karena lemahnya beliau dalam mengkonsolidasikan jejaring kader, struktur partai dan sumber daya internal yang ada,” akuinya.
Di tingkat provinsi, kata Sianressy, dari enam kursi, dipastikan tinggal empat kursi. Dan hampir dipastikan sang beringin akan hilang dari unsur pimpinan di DPRD provinsi Maluku. Sementara dari 11 kabupaten/kota pada tahun 2019 Golkar berhasil mendapatkan 33 kursi dan di Pemilu tahun 2024 ini, perolehan kursi Golkar cenderung menurun, tingal 27 kursi.
Menurunnya perolehan kursi dan suara di semua tingakatan DPR RI, provinsi maupun kabupaten/kota, akibat lemahnya RU dalam mengkonsolidasikan sumber daya yang ada baik di internal kepengurusan, ormas partai maupun organisasi sayap partai.
“Contoh kecil, seingat saya kemarin dari awal hajatan caleg ini, kita tidak pernah melakukan kegiatan orientasi Caleg, seperti pencalegkan tahun 2019, sehingga memberikan nutrisi mental kekaderan dan kejuangan sehingga sangat siap dalam berjuang. Kader saja jika doktrin lemah semangat dan loyalitas kekaderan lemah, apalagi orang-orang rekrutan yg baru masuk partai langsung caleg. Kan banyak juga kader Golkar yang pindah ke partai lain berhssil mendapatkan kursi di partai barunya. Semua ini satu rangkaian benang kusut akibat lemahnya ketua DPD provinsi dalam menjalankan fungsi pengawasan, koordinasi, konsolidasi dan evaluasi pada tingkatan dibawahnya,” urainya.
Sianressy mengaku, sudah bukan rahasia lagi, sejak awal kepemimpinannya di tahun 2021 partai disibukan dengan kisruh internal terkait kepengurusan. Bahkan sampai saat ini, RU satu-satunya ketua DPD Golkar di Indonesia yang memimpin tanpa pelantikan. Bahkan proses Musda di 11 kabupaten/kota yang hampir 75 persen harus berakhir di mahkamah partai. (**)