Ini untuk kesekian kali Capres Anies Rasyid Baswedan bercerita soal seekor nyamuk yang ikut mengubah jalan hidupnya.
Di hadapan jamaah Masjid Raya Al-Fatah, Ambon, 15 Januari 2024, lalu, mantan gubernur DKI Jakarta itu pernah mengungkapkan bahwa semua yang terjadi sejak awal pencalonan dirinya untuk diusung pada Pilgub DKI Jakarta 2017 hingga kemudian mengikuti ajang Pilpres 2024 tidak lepas dari takdir.
“Saya selalu yakin dan bersyukur bahwa semua kejadian yang saya jalani saat ini tidak lepas dari takdir Allah. Yakni ketentuan yang terjadi diluar kendali dan intervensi saya dan semua ini karena atas campur tangan Allah,” ujarnya.
Itulah mengapa ia yakin saat itu menjelang Pilgub DKI Jakarta kalau bukan karena takdir Allah mendatangkan seekor nyamuk maka hari itu boleh jadi ia tidak menjadi gubernur.
Anies Baswedan bercerita sebelum penutupan pendaftaran pencalonan gubernur 23 September 2017 ia sempat dirawat di rumah sakit.
Tanggal yang sama Anies Baswedan dan istrinya juga harus terbang ke Amerika Serikat (AS) untuk menghadiri side event general assembly tentang pendidikan di sela-sela Sidang Umum PBB yang digelar 23 September 2017.
Sayang, undangan yang telah disampaikan oleh PBB sejak Januari 2017 ketika dia masih menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan keburu diganti oleh Presiden Jokowi 27 Juli 2017 atau beberapa bulan sebelum acara PBB itu digelar 23 September 2017.
Uniknya, meski tidak membatalkan undangan PBB setelah diberhentikan sebagai menteri untuk menjadi pembicara pada tanggal yang sama 23 September 2017 dokter mendiagnosa kalau Anies terserang demam berdarah (DBD).
Selama diinfus di rumah sakit Anies dilarang tidak boleh bepergian jauh. Padahal untuk terbang ke AS membutuhkan waktu lebih 20 jam. Akhirnya ia pun batal berkunjung ke AS.
“Kalau bukan karena Allah datangkan seekor nyamuk mungkin hari itu saya tidak ada di Tanah Air. Tapi berada di AS. Dan, kalau bukan karena seekor nyamuk boleh jadi saya tidak ikut dalam proses pencalonan sebagai gubernur,” ujarnya.
Saat diinfus itulah tawaran datang dari para kenalan Anies di Jakarta untuk mencalonkan dirinya sebagai kandidat gubernur.
Anies Baswedan yang tidak tahu menahu apa-apa soal pencalonan untuk melawan gubernur incumbent Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok merasa berat.
Untuk memastikan ikut dalam pertarungan itu ia harus lebih dulu meminta restu sang ibu dan istrinya.
“Kalau Anda yang diminta untuk dicalonkan silakan. Tapi kalau Anda yang menawarkan diri untuk maju sebaiknya jangan,” begitu kata Anies di hadapan jamaah Al-Fatah mengutip ibunya.
Sejak itulah ia yakin apa yang terjadi atas dirinya tersebut pasti di balik itu ada rencana Allah. Pasti ada hikmah. Dan, hikmah itu bukan datang dari belakang tapi selalu datang di depan.
Ia yakin dan bersyukur sebab setelah diberhentikan Presiden Jokowi sebagai Mendikbud ada hikmah. Terbukti setelah tidak lagi menjadi menteri ternyata di balik itu ada rencana Allah untuk Anies Baswedan mengikuti pencalonan Pilgub DKI Jakarta.
Selain nyamuk, jauh sebelumnya Anies Baswedan juga pernah dihadapkan pada kejadian-kejadian unik yang muncul di balik kendali dirinya bahkan hingga mengikuti kontestasi Capres 2024.
Tahun sebelumnya pada Jumat 25 September 2009, misalnya, Kedutaan Besar AS di Jakarta harus mengirimkan kawat diplomatik ke Central Intelligence Agency (CIA), Defense Intelligence Agency, National Security Council dan Menteri Luar Negeri AS.
Isi kawat diplomatik dari Dubes AS Cameron R. Hume yang bocor melalui WikiLeaks sebagaimana dikutip Harian Ambon Ekspres, (20/2/17), itu adalah permintaan visa clearance untuk Anies Baswedan.
WikiLeaks adalah sebuah lembaga nirlaba yang bekerja untuk mempublis dokumen-dokumen rahasia. Lembaga yang didirikan Julian Assange itu telah menimbulkan kemarahan pemerintah AS dengan merilis ribuan kawat diplomatik rahasia AS.
Untuk diketahui, Anies Baswedan yang oleh AS dianggap sebagai tokoh muslim moderat itu saat itu mengajukan permohonan visa kunjungan ke AS menerima penghargaan dari Northern Illinois University, serta mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang kala itu masih menjadi Presiden Rl untuk bertemu kalangan akademisi di Boston.
Dalam laporan berkategori Sensitive But Unclassified (SBU) oleh Kedubes AS di Jakarta melaporkan tentang profil Anies. “Anies teman AS dan secara pribadi dikenal oleh Duta Besar (Cameron Hume,red),” tulis kawat diplomatik itu.
Anies dalam pandangan AS bahkan dalam laporan intelijen AS kala itu juga menyebut Anies sebagai kandidat menteri pendidikan.
Selain itu, kawat diplomatik Kedubes AS juga melaporkan tentang nama Anies yang masuk dalam Majalah Foreign Policy sebagai satu dari 100 cendekiawan top dunia. Kedubes AS di Jakarta ternyata khawatir jika permohonan visa Anies tertahan, maka hal itu akan memalukan.
Anies kala itu tercatat sebagai pemegang paspor bernomor B461837. Pria kelahiran 7 Mei 1969 itu akan melakukan perjalanan ke Dekalb di Illinois.
Dalam kawat diplomatik tertulis bahwa Anies berencana berangkat dari Jakarta pada 26 September 2009. Selanjutnya, pemilik nama Anies Rasyid Baswedan itu berada di AS selama empat hari.
Dalam kawat diplomatik itu juga diuraikan tentang Anies sebagai salah satu cendekiawan terbaik dan cerdas. Anies bahkan pernah diundang sebagai penceramah dalam buka puasa bersama di Kedubes AS.
Anies, tulis kawat diplomatik Kedubes AS, merupakan rektor di Universitas Paramadina yang dikenal prestisius di Jakarta.
Penerima beasiswa Fulbright itu telah berulang kali berkunjung ke AS, dan kunjungan terakhirnya sebelum 2009 adalah pada 2007.
Anies juga tercatat bekerja untuk Fulbright Commission di Jakarta. “Baswedan adalah teman bagi AS, baik secara pribadi ataupun dalam pernyataan publik,” sambung laporan itu.
Karenanya, Kedubes AS saat itu meminta permohonan visa Anies diselesaikan. Harapannya agar tidak menimbulkan hal memalukan dan merusak kepentingan AS.
Dari catatan perjalanan karier maupun politik yang dihadapi cucu tokoh Pergerakan Kemerdekaan Indonesia Abdul Rahman Baswedan ini tidak lepas dari ujian dan cobaan.
Setelah diberhentikan sebagai Mendikbud oleh Presiden Jokowi diikuti oleh undangan ke AS untuk menjadi pembicara di PBB, berikut kisah soal didatangkannya seekor nyamuk hingga terpilih sebagai gubernur DKI Jakarta, maupun catatan diplomatik Kedutaan AS yang menyoal visa clearance Anies Baswedan sebagaimana yang dirilis WikiLeaks dalam bahasa agama boleh jadi ini merupakan pertanda atau takdir Allah yang harus dilalui.
Berikut kedatangan Anies Baswedan ke Kota Ambon sebagai bagian dari rangkaian kampanye diikuti oleh kejadian-kejadian yang muncul di balik kendali dirinya hingga ia mengikuti kontenstasi Capres 2024 tentu juga tidak lepas dari ketentuan Allah.
Kota Ambon dan Maluku ternyata bukanlah orang baru bagi Anies Baswedan. Jauh sebelum menempati posisi sebagai Mendikbud melalui Program Pendidikan Indonesia Mengajar ia telah mengirimkan sejumlah putra-putri terbaik Indonesia menjadi guru di pelosok Tanah Air.
Termasuk kita di Maluku tepatnya di Saumlaki di Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Jadi, kalau soal Maluku jauh sebelum menjadi kandidat presiden ia adalah pendidik yang sudah tidak asing karena melalui Indonesia Mengajar inilah ia telah menginjakkan kakinya ke sejumlah pelosok nun jauh di perbatasan Maluku.
Menarik dari pengalaman hidup, ujian, dan tantangan yang dihadapi Capres Anies Baswedan maka sebagai manusia kita tentu hanya bisa berusaha dan berikhtiar. Sebab, di balik usaha dan ikhtiar itu selalu saja ada hikmah di depannya.
Kini tinggal 10 hari lagi kita akan memasuki Pemilu tanggal 14 Februari 2024. Tanpa mendahului takdir Allah sebagai manusia kita tentu harus berikhtiar untuk memilih calon terbaik presiden kita.
Calon presiden yang kita pilih tentu adalah mereka yang punya kemampuan, integritas, adil, dan amanah untuk membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik, maju, adil, dan sejahtera. Amin.(*)